Ya, mungkin ini bukan sekedar masalah geografis belaka, seperti Pidi Baiq yang bilang kalau Bandung itu bukan hanya urusan geografis belaka tapi lebih jauh dari itu melibatkan perasaan yang bersamanya ketika rindu. Eaa...
Ya, urusan cinta dalam sepakbola juga sering melibatkan perasaan. Wajar, suporter selalu dengan penuh perasaaan mendukung tim yang mereka harapkan selalu jadi juara. Urusan cinta memang selalu identik dengan baper, bawa-bawa perasaan...
Masalahnya, menjadi pengurus organisasi sepakbola nasional, haruskah juga menuruti perasaan-perasaaan itu? Soalnya ini kok responsnya cepat sekali seolah-olah unsur bapernya kelihatan banget.
Tapi di sisi lain, Ketua PSSI juga sebenarnya menjelaskan akan mempertimbangkan dulu untung dan ruginya.
Ya bagus lah kalau ada pertimbangan lebih jauh. Bapernya sudah mengikutkan pemikiran sekarang, sudah dipertimbangkan untung dan ruginya. Memang harus begitu...
Tapi kalau dari pengamatan kasa mata, lha ini PSSI protes trus protesnya belum ditanggapi, kok trus ujug-ujug wacana pindah tongkrongan diakomodir sebagai solusi. Sepertinya protesnya belum maksimal, diskusi atau pisuh-pisuhan dengan AFF juga belum to the max...
Sepertinya, ya karena tidak hanya sepakbola, negara-negara ASEAN kan ya semua tetangga kita. Banyak sekali aspek yang mesti dipertimbangkan sehingga tidak dengan begitu cepat isu pindah zona diakomodir
Idealnya ya, pindah zona ya pilihan terakhir lah.Â
Walaupun sebenarnya pertandingan AFF juga gak masuk di kalender di FIFA. Meskipun begitu, saya pribadi masih cukup bisa menikmati persaingan dengan rumpun ASEAN ini.
Saya pribadi tidak menganggap Piala AFF ini penting banget. Menyasar Piala Asia dan syukur-syukur Piala Dunia jauh lebih penting dari Piala AFF. Tapi untuk urusan gayeng-gayeng, keikutsertaan di AFF masih diperlukan. gayeng-gayeng artinya seru-seruan...
Gayeng-gayeng dalam artian, bersama-sama dengan negara-negara serumpun menjalin kompetisi untuk maju bersama di kancah sepakbola internasional. Keren to ya?