Mohon tunggu...
heru suti
heru suti Mohon Tunggu... Administrasi - Merdeka

Menulis untuk menghasilkan tulisan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Siapa, atau Apa Itu Pemersatu Bangsa?

26 Juni 2022   08:36 Diperbarui: 26 Juni 2022   08:42 1207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: nusantaranews.co

Surya Paloh mengusulkan komposisi duet capres cawapres yang bisa menghilangkan polarisasi yang tumbuh suburdi masyarakat. Duet ideal sepertinya Ganjar Pranowo-Anies Baswedan, karena kemarin partainya Pak Surya ini juga mengusulkan tiga nama: Anies Baswedan, Ganjar Pranowo dan Andika Perkasa.

"Ha trus Pak Andikanya kemana?" Kang Yitno bertanya

"Ya mungkin jadi di posisi nomor sepuluh, Kang. Di belakang dua striker, trequartista..."

"Woo lha malah balbalan.." Kang Yitno kesal dengan jawaban saya. Balbalan itu Bahasa Jawa, artinya sepak bola.

Saya lalu iseng googling, mengetikkan kata kunci "capres pemersatu bangsa". Saya lalu klik pilihan "gambar" di mesin pencari tersebut. 

Yang muncul pertama adalah gambar Pak Hasto Kristiyanto, sekjen PDIP yang belakangan merespon bahwa pemersatu bangsa itu adalah bukan figur tapi Pancasila.

Gambar lain, tentu gambar Pak Anies dan Pak Ganjar, juga gambar Pak Surya Paloh dan tokoh-tokoh politik lain.

Lalu saya coba menghilangkan kata "capres" pada kata kunci saya tadi, sehingga kata kunci yang ada jadi: "pemersatu bangsa".

Dan wow,

Yang muncul adalah deretan foto wanita-wanita sexy dengan pose maupun pakaian yang aduhai. Wah, Pak Hasto maaf (setidaknya menurut google) sepertinya untuk saat ini pemersatu bangsa bukan Pancasila...

"Tahu Tante Erni, Kang?" saya lalu bertanya ke Kang Yitno

"Woo.., ya jelas tahu lah.." jawab Kang Yit sambil mengambil HP android jadulnya dan memperlihatkan akun instagram @himynameisernie yang bercentang biru.

"Wah luar biasa, malah follow instagram Tante Erni Kang?" saya cukup surprise dia segaul itu ternyata.

"Lha iya lah, ketimbang pusing mikir utang ya mending liat yang bening-bening gini. Si Erni ini orangnya terlihat dewasa, sexy tapi tidak norak, bersih dan suegerrr walo sudah agak tua..." kang Yit memamerkan pengetahuannya ihwal tante Erni.

Ya, Ernie Judojono alias Tante Ernie adalah selebgram yang dulu viral dan mendapat julukan sebagai tante pemersatu bangsa. Setelah itu sepertinya istilah pemersatu bangsa lantas melekat pada cewek-cewek sexy lainnya.

"Lha ya apa benar tante Erni itu bisa jadi pemersatu bangsa to, Kang?" saya iseng nanya Kang Yitno lagi.

"Ya kalo cuma untuk lucu-lucuan ya gak papa lah. Wong bercanda saja mosok gak boleh?" jawab Kang Yit diplomatis.

"Tapi ya kadang bisa juga kok disebut memersatukan anak bangsa. Wong biasanya bahasan apa saja itu netijen mesti ribut kok. Mbahas bola ribut, mbahas merek HP ribut, mbahas agama atau politik apalagi... wis pasti gelut online. Tapi kalau lalu ada postingan yang seksi-seksi, atau yang mengarah urusan bokep trus pada sepakat: ini seksi, trus minta link lengkapnya. Gitu je, Kang.."

"Yang namanya wanita cantik semlohay itu kalau dijadikan bahan pembicaraan itu memang bikin semegrak..,  tapi nanti kalau salah satu ada yang terlibat lebih dalam dengan si cewek itu, sudah ada main perasaan. wis nanti pasti jadi gelut juga akhirnya. Kayak si Gundul dan si Mbendhol dulu itu lho. Mereka jadi hampir gelut gara-gara sama-sama suka sama si Mimin, hahaa.." Kang Yit ngakak ingat cinta segitiga dari sebuah legenda lokal di masa lalu.

"Lha pemersatu bangsa ki ya Pancasila..." saya gak tahu apakah Kang Yit sudah membaca artikel tentang pernyataan sekjen PDIP yang mengatakan bahwa pemersatu bangsa ya Pancasila. Tapi untuk argumen ini saya setuju belaka...

Wacana yang digulirkan oleh Surya Paloh memang masuk akal, secara teori pasangan yang berasal dari presentasi nasionalis dan relijius memang mewakili polarisasi besar yang sekarang ada. Dalam tataran permukaan memang sepertinya ini akan berhasil...

Tapi ya dibalik perselisihan dan polarisasi itu kan ada dua ideologi besar, religius dan nasionalis. Mungkin dua capres tadi memang merepresentasikan pilihan dua kutub ideologi ini. Tapi sejujurnya, representasi dari sebuah ideologi itu sebenarnya bisa siapa saja.

"Lha ini nanti kalau bener kejadian (capres/cawapres pemersatu bangsa), saat menentukan siapa jadi wakil dan siapa yang jadi presiden saja pasti ribut kok..." Kang Yitno berkomentar lagi.

"Lha misal gak usah pakai pemilu, langsung saja mereka dijadikan presiden dan wapres. Lha itu nanti juga pendukungnya masih bisa gelut kok.." Kang Yit menambahkan.

"Haha.., iya Kang. Nanti bisa ada istilah Presiden lawan Real Presiden... Tapi ya kalau mau dicoba gak papa to Kang, siapa tahu berhasil?"

"Woo lha.., milih capres kok coba-coba, ges.." Kang Yit menirukan tagline sebuah iklan minyak angin.

"Ya.., memang mungkin gak ada salahnya dicoba. Tapi ya proyek mempersatukan bamgsa ini ya tidak hanya dengan menyatukan capres potensial. Setelah capres bersatu ya harus secara masif diupayakan moderasi dua kutub ideologi tadi. Lha Pancasila itu kan ya wujud moderasi itu, ada nilai nasionalisme, sosialisme dan relijiusitas didalamnya dipersatukan dengan semangat musyawarah mufakat. Bisa lho Kang?"

"Omonganmu apik. Tapi cumak teori tok.." Kang Yit menyruput kopinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun