Pagi tadi isteri saya tidak percaya waktu saya umumkan sekilas info bahwa timnas sepakbola kita menang 2-1 dalam laga kualifikasi Piala Asia lawan Kuwait. Gak sia-sia saya melek sampe jam satu dini hari, wong timnas menang...
"Bukannya di kandang Kuwait? Kok hebat?" itu isteri saya masih tidak percaya.
Ya, saya jawab bisa saja, kenapa tidak? Lawan tim dari timur tengah memang kadang kita kan mengejutkan, bukan cerita baru sepertinya. Walau teknik dan organisasi bermainnya lebih baik tapi kecepatan tim-tim timur tengah ini gak terlalu istimewa. Dan Kuwait sendiri pun bukan tim yang begitu kuat saat ini. Shin Tae yong pun bilang begitu...
"Pidihil kemarin di media Vietnam katanya kita belum siap di level Asia" isteri saya berkomentar lagi setelah memarahi saya yang tadi susah dibangunkan.
Kemudian pembicaraan bergeser ke ngapain media Vietnam kok semangat amat ngurusin timnas Indonesia. Ya boleh-boleh saja sih, wong namanya berita, apalagi berita bola Indonesia yang bisa memancing jutaan netijen Indonesia, baik yang berbudi maupun yang tidak punya budi. Pangsa pasar...
Dan ya,
Kita memang menang, dan kita lalu senang, karena kita jadi punya peluang.., peluang ke putaran final Piala Asia
Lawan berikutnya Yordania yang cukup berat dan Nepal yang tentu secara di atas kertas tidak seberat Yordania dan Kuwait...
Kita menang, tapi masih banyak catatan yang harus diperbaiki. Kesalahan mendasar seperti salah passing masih sering dilakukan. Setelah unggul, timnas juga sulit sekali memainkan skema permainan, tidak bisa pegang bola lama akhirnya terebut. Ya, untungnya kualitas penyelesaian pemain Kuwait juga tidak terlalu bagus malam tadi.
Dua gol diciptakan oleh Marc Klok melalui penalti dan Rahmat Irianto, si pemain bertahan. Lha kalau diingat-ingat, tim Shin Tae yong dalam beberapa turnamen terakhir memang mampu menciptakan lumayan banyak gol. Tapi yang nyetak gol seringnya bukan striker karena memang sampai saat ini posisi striker pak Shin ini masih belum memiliki pilihan yang fix.
Semalam, di awal laga, Stefano Lilipaly mengisi starting line up untuk posisi penyerang tengah, tepatnya sebagai false nine karena Fano memang bukan penyerang murni.
Di babak kedua masuk Muhammad Rafli menggantikan Fano mengisi posisi striker, di saat bersamaan Witan menggantikan Irfan Jaya di penyerang sayap kiri. Pergantian yang berhasil karena kerja sama mereka langsung melahirkan gol Rahmat Irianto di awal babak kedua.
Dan Rafli pun kemudian digantikan lagi oleh Dimas Drajad. Bukan kali ini saja Shin Tae yong mengganti dan mengganti lagi striker dalam satu babak, bukti kalau blio ini juga masih galau dalam hal pemilihan striker.
Salah satu faktor pembeda di lini tengah adalah adanya Marc Klok. Malam tadi Klok sepertinya sudah merasa lebih nyaman dibanding saat SEA Games kemarin. Dan jujur, satu-satunya pemain yang ketika megang bola saya bisa merasa agak tenang karena sulit direbut pemain Kuwait ya Marc Klok ini.
Saddil Ramdani dapat kesempatan main full. Peranannya malam tadi memang jauh lebih kelihatan dibanding saat SEA Games. Dribblingnya beberapa kali merepotkan pertahanan Kuwait walau kadang produk akhirnya berupa umpan maupun shooting yang masih megecewakan, tapi ada progress lah untuk Saddil ini.Â
Catatan lagi kalau buat Sadil adalah kartu kuning, ini yang bikin deg-degan. Kita tentu ingat dengan bagaiman emosionalnya Saddil ini, kalau dia masih kurang bisa mengontrol emosi jelas akan membawa kerugian besar buat tim.
Untuk posisi penyerangan saya kok lebih suka, Witan dan Saddil di penyerang sayap dan Fano di false nine. Semalam Fano memang tidak terlalu bisa berbuat banyak, tapi seiring waktu mungkin dia lebih bisa menyesuaikan diri dengan taktik Shin Tae yong, atau sebaliknya Shin yang bisa lebih paham Fano dan mampu membuatnya menemukan performa terbaik.
Satu lagi yang beda dari SEA Games adalah Elkan Baggott. Bermain dengan forasi tiga bek, semalam Elkan bermain cukup baik. Hal tersebut didukung dengan kecepatan pemain Kuwait yang tidak secepat pemain-pemain Vietnam ataupun Thailand.Â
Dengan demikian kelemahan Baggott terkait kecepatan tidak terlalu tereksploitasi. Duel dengan pemain-pemain Arab yang tinggi memang Elkan secara taktik cocok juga. Dan tentu, dia masih 19 tahun masih perlu mengasah konsistensi dan masih bisa meningkatkan skill tentunya...
Melawan Yordania, sepertinya Shin akan memainkan skema yang tak jauh berbeda dengan taktiknya lawan Kuwait. Apabila ini dilakukan, hal utama yang harus dilakukan ya tentu meminimalisir kesalahan-kesalahan yang tidak perlu, menjaga fokus lebih baik dan lebih sabar dalam memainkan bola.Â
Semalam itu, terutama setelah unggul 2-1 setiap timnas pegang bola sepertinya kok sulit keluar dari pressure tim Kuwait dan gampang kerebut bolanya. Dan tentunya, finishing saat penyerangan harus lebih baik lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H