Pertandingan sepakbola edisi jeda internasional untuk kualifikasi Piala Dunia sudah terlaksana dengan berbagai cerita.
Di zona Eropa, tim-tim unggulan mencatatkan hasil yang maksimal di laga terakhir pekan ini, kecuali Inggris yang kebobolan di saat akhir lawan Polandia dan harus puas dengan skor 1-1.
Beberapa tim besar mencatat kemengan dengan skor yang cukup mencolok. Jerman menang 4-0 atas tuan rumah Islandia, Belanda menghajar Turki 6-1 dan juara Eropa Italia menang telak 5-0 atas Lithuania.
Jadwal yang padat, maka tim dengan skuad yang lebih dalam akan bisa mendapatkan keuntungan. Dengan padatnya jadwal, fisik pemain yang menurun tentu bisa teratasi dengan rotasi pemain. Dan syarat utama rotasi pemain tentu anda harus punya tim dengan banyak pemain yang mumpuni, pemain yang  cukup merata antara pemain inti dan pemain cadangan. Ya minimal kualitas pemain cadangan tidak terlalu jauh dari pemain inti.
Portugal di pertandingan terakhir menang 3-0 atas Azerbaijan dengan tanpa diperkuat Cristiano Ronaldo. Pelatih tentu bisa menghitung kekuatan lawan dan memiliki gambaran tentang siapa saja yang akan mendapatkan giliran untuk diturunkan di pertandingan.
Italia tampil full team saat imbang lawan Swiss di hari Senin. Lawan berikutnya adalah Lithuania yang di atas kertas kualitasnya masih dibawah Swiss, apalagi Italia main di kandang maka skuad yang turun lawan Lithuania berbeda dengan saat menghadapi Swiss.
Setidaknya ada delapan pemain yang bukan pemain inti yang main sebagai starter saat melawan Lithuania, termasuk duet penyerang muda Moise Kean dan Giacomo Raspadori. Hasilnya, dengan pemain yang lebih segar Italia sukses mencetak lima gol dan tak terbalaskan.
Bermain tiga kali dalam sepekan jelas tidak mudah, apalagi jika tim anda tidak punya stok pemain yang merata. Mengandalkan sebelas pemain untuk tiga laga ditengah kompetisi liga domestik yang baru saja dimulai memang bukan hal yang mengenakkan.
Bagi penonton bola sendiri, terutama penonton netral, pertandingan kualifikasi seperti ini sebenarnya juga tidak terlalu menarik. Penyisihan grup jelas tidak menawarkan pertandingan besar, kalaupun ada tentu hanya satu atau dua pertandingan dengan dua tim yang memiliki kekuatan seimbang dalam satu grup.
Apalagi liga baru dimulai beberapa minggu. Liga Inggris baru memainkan tiga pertandingan, Liga Italia malah baru dua laga. Banyak klub yang belum menemukan ritme permainan terbaiknya, transfer pemain juga baru selesai, Cristiano Ronaldo juga belum sempat memainkan partai debut keduanya di Manchester United. Eh, ada jeda internasioanal tiga pertandingan dalam sepekan.
Yah, untungnya masih ada sisa euforia Euro dan Copa America kemarin sehingga masih cukup menarik melihat atau membahas tim nasional yang kemarin baru saja bertarung di dua turnamen tersebut.
Bagi klub, ini jelas merugikan. Lha baru mengontrak pemain sudah harus disuruh main di timnas, ada kemungkinan cedera pula, belum lagi jika harus berurusan dengan protokol kesehatan di negara masing-masing terkait pandemi.
Bagi pemain, jelas ini sangat menguras fisik dan juga psikis. Lelah fisik jelas, lelah psikis juga karena harus bermain di dua iklim yang berbeda, timnas dan klub. Dilema juga menyangkut tugas negara dan menjaga profesionalitas di klub.
Namun di sisi lain,
Jadwal padat nan melelahkan juga membawa angin baik bagi para pemain yang tidak terbiasa menjadi pilihan utama. Dua penyerang muda Italia, Kean dan Raspadori adalah contohnya. Padatnya jadwal membuat Mancini harus melakukan rotasi dan kesempatan untuk main dari menit awal pun mereka dapatkan.
Mendapat kesempatan bermain dan mencetak gol tentu baik buat dua pemain muda yang baru berkembang. Klub mereka tentu juga senang melihat pemain mudanya bertambah pengalaman internasional. Kepercayan diri  bisa meningkat, kabar baik tentunya buat klub yang membutuhkan jasa mereka.
Atau memang sebaiknya FIFA atau UEFA atau federasi manapun memang sebaiknya membuat jadwal yang sedemikian padat agar makin banyak pemain yang dapat kesempatan bermain. Padat jadwal yang kemudian bisa menjadi padat karya. Kalau perlu pergantian pemain boleh dilakukan sebelas kali dalam satu pertandingan. Pergantian yang banyak juga bisa meminimalisir kelelahan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H