Menerima lalu mengenali, mengenali lalu menjalani...
Lalu...,
Level yang lebih tinggi dari nrima/pasrah diungkapkan oleh Presiden Jancukers Sujiwo Tejo dalam unggahan di Instagramnya. Beberapa waktu lalu Mbah Tejo mengunggah foto lukisan wajah Budi Dalton yang ia buat.
Lukisan itu khusus ia persembahkan buat budayawan Sunda, orang yang tidak kalah eksentriknya dengan Mbah Tejo, Budi Dalton. Lukisan tersebut dibuat setelah mereka berpodcast dan berkesenian bersama di kanal youtube Sujiwo Tejo. Ah, senang rasanya melihat tokoh budaya Jawa dan Sunda berkolaborasi bersama...
Dalam captionnya, Mbah Tejo mengungkapkan seperti ini (saya kutip utuh dari akun instagram @president_jancukers):
Hiburanku setiap nglukis tokoh begini: Aku punya bayangan sendiri tentang tokoh tersebut di mata batinku... lalu kuserahkan pada tubuh terutama jari-jari untuk mewujudkannya yang belum tentu jadinya persis dengan bayangan batin. Sebab Tuhan selalu campur tangan dengan mengirim "kecelakaan-kecelakaan" seperti pas nggores garis tiba-tiba jari kedutan... atau coretan melenceng jauh karena sambil ngusir nyamuk, dan lain-lain. Dulu yang begituan membuatku marah. Sekarang aku pasrah.. semua kesulitan itu tak kumaki-maki.. malah garis-garisnya kuikuti kemudian. Kuikuti..kuikuti... teruuss kuikuti untuk nyenengin Tuhan.
Tadinya, Presiden Pacantel (Budi Dalton) ini akan kukasih kaca mata hitam. Aku hapus matanya yang sudah jadi. Tapi stip penghapus ketelisut. Sampai beberapa batang rokok stip tetap tak ketemu. Ya udah, kuhapus aja pakai jempol. Eh ternyata malah jadi mata beliau ketika muda. Heheu.., itulah keterlibatan dan keisengan Tuhan.. Aku suka Tuhan. Kalian?
Saya tertegun membaca tulisan di instagram tersebut, Tuhan memang selalu baik pada kita. Hanya saja, kita memang sering tidak mau mengenali pandum yang Dia berikan.
Percaya pada kebaikan Tuhan lalu menerima pandum-Nya dengan senang hati. Menerima, tidak sekedar menerima, tapi ada aksi yang mendukung penerimaan itu.
Ah iya itu.., aksi sebagai lanjutan dari penerimaan, ini baru benar.
Kalau begini maka Cristiano Ronaldo bisa dijadikan contoh yang baik dalam hal nrima ing pandum. Ia mendapatkan pandum berupa bakat bermain bola, ia manfaatkan dengan baik itu bakat dengan cara melatihnya dengan gairah tinggi setiap hari.