Mohon tunggu...
heru suti
heru suti Mohon Tunggu... Administrasi - Merdeka

Menulis untuk menghasilkan tulisan

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Sisi Positif Asnawi Gagal Eksekusi Penalti di Liga Korea

27 Juli 2021   10:32 Diperbarui: 27 Juli 2021   11:06 529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Asnawi Mangkualam bek sayap timnas Indonesia saat ini bermain untuk tim kasta kedua Liga Korea, Ansan Greeners. Konon, Asnawi main di Liga Korea adalah atas rekomendasi Shin Tae-yong pelatih timnas saat ini.

Sabtu lalu di pertandingan yang dimainkan Ansan Greeners, Asnawi dipercaya mengeksekusi penalti di menit akhir saat timnya tertinggal 0-1 dari lawannya, Sangju Samu yang sekarang sedang memimpin klasemen. Ansan Greeners sendiri berada di posisi enam.

Penalti Asnawi sukses, tendangan mendatarnya ke pojok gawang Sangju gagal diantisipasi oleh penjaga gawang. Sialnya, wasit kemudian menganulir gol penalti tersebut karena penyerang Ansan Greeners asal Brazil, Canhoto lebih dulu berlari ketika bola belum ditendang Asnawi.

Penalti diulang, Asnawi mencoba penalti yang berbeda, tidak mendatar tapi keras ke atas, sialnya bola sepakannya terlalu jauh ke atas, melambung menembak burung dan tidak masuk ke gawang lawan. Kecewa bukan kepalang mas Asnawi, kesempatannya jadi hero of the day gagal berantakan. Ansan Greeners harus menerima kekalahan di kandang sendiri.

Yang menarik, setelah pertandingan usai Asnawi membuat pernyataan di live instastory yang meminta netijen Indonesia agar jangan menyalahkan Canhoto.

Dikutip dari bolasport.com begini pernyataan Asnawi :

"Ini adalah sepak bola, ini normal. Saya minta tolong jangan pernah menyalahkan siapapun di dalam tim (Ansan Greeners) ataupun komentar negatif kepada personal. Silahkan salahkan saya pribadi di akun saya. Jangan karena kalian (netizen), pertemanan kami di sini (Ansan Greeners) tidak baik".

Lebih lanjut, di akun instagramnya Asnawi mengunggah foto dirinya bersama Canhoto dengan caption: "best friend" dengan mengetag akun instagram si Canhoto. Canhoto membalas di kolom komentar: we always go together brother, emoticon tertawa, emo bendera Brazil dan bendera Indonesia, emo dua tangan bersalaman dan emo love...

Yah begitulah.., langkah antisipatif dari Asnawi untuk mencegah serangan lebih lanjut netijen Indonesia kepada terutama Canhoto yang memang telah melakukan blunder.

Tampaknya Asnawi dan juga Canhoto tahu benar betapa tidak ramahnya netizen Indonesia. Tidak ramah, punya banyak waktu luang dan suka keroyokan membully seseorang. Bahaya memang dan oke lah memang perlu langkah antisipatif untuk mencegah kebar-baran lebih lanjut...

Keputusan pelatih memilih Asnawi untuk mengeksekusi penalti juga sebenarnya cukup aneh karena selama ini baik di Ansan maupun di Indonesia, Asnawi memang jarang terlihat sebagai eksekutor penalti reguler. Apakah sang pelatih memang sedang melakukan strategi marketing, mengambil hati netijen Indonesia dengan memberi kesempatan bagi Asnawi?

Bulan April, Asnawi pernah terpilih menjadi pemain terbaik di K-League 2 padahal saat itu dia masih jarang dimainkan 90 menit karena masih beradaptasi. Alasan Asnawi terpilih jadi pemain terbaik ya karena metode pemilihannya yang melalui vote. Kita semua tahu, kekuatan netijen Indonesia. Bagi klub kecil seperti Ansan, netizen Indonesia adalah potensi besar tentunya...

Kalau penalti itu gol tentu akan banyak netizen Indonesia memberikan komentar puja-puji setinggi langit. Jadi ya, ada untungnya juga sebenarnya penalti itu gagal, setidaknya menmbuat Asnawi tidak jadi mabok pujian.

Mabok pujian ini bagi seorang atlet muda sangat berbahaya. Di masa awal karier adalah masa dimana seorang atlet lebh banyak belajar, menyerap banyak masukan baik itu dari pengalaman di lapangan maupun dari pergaulan, masukan dari para pelatih dan juga penikmat sepakbola.

Sayangnya, masukan dari netijen Indonesia banyak yang berada di dua ekstrem : pujian setinggi langit jika sukses dan makian atau bully-an ketika gagal. Dua-duanya bukan asupan yang sehat bagi mental pemain muda.

Sisi baik lain, Asnawi jadi punya momen untuk belajar "mengelola" penggemarnya. Lha iya, pemain bola kan kalau sudah level timnas memang sudah menjadi public figure. Menjadi public figure juga bukan hal yang mudah, perlu sikap yang mendukung untuk sukses menjadi public figure.

Minimal Asnawi tahu rasanya berada dalam sebuah dilema: mengahadapi harapan tinggi masyarakat Indonesia dan menjaga hubungan baik dengan koleganya di perantauan. Masyarakat Indonesia jumlahnya ratusan juta dengan keunikannya masing-masing, perlu kedewasaan untuk menghadapinya. Di sisi lain, fokus utama Asnawi ya menjadi pesepakbola profesional yang bermain secara tim di klubnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun