Mohon tunggu...
heru suti
heru suti Mohon Tunggu... Administrasi - Merdeka

Menulis untuk menghasilkan tulisan

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Yang Kedua Puluh untuk Novak Djokovic

13 Juli 2021   07:22 Diperbarui: 13 Juli 2021   07:34 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Djokovic menghadiahkan raketnya ke gadis kecil yang manis (Gambar: rediff.com)

Beberapa saat sebelum publik Italia bersuka ria karena timnas Gli Azzurri menjuarai Piala Eropa, di London ada seorang pria Italia yang tidak terlalu berbahagia setelah gagal menang di pertandingan terbesar yang pernah ia mainkan.

Dia adalah Matteo Berrettini, petenis 25 tahun Italia yang baru saja memainkan final Wimbledon-nya yang pertama kali. Tidak terllau berbahagia, tapi juga tidak seharusnya terlalu bersedih karena yang mengalahkannya di partai final adalah seorang yang sudah menjadi legenda bahkan secara statistik sudah layak untuk disebut sebagai GOAT alias The Greatest of All Time dalam dunia tenis. 

Dia adalah Novak Djokovic yang baru saja memenangi gelar Grand Slamnya yang ke 20, menyamai capaian dua GOAT lainnya, Rafael Nadal dan tentu saja Roger Federer. The Big Three telah memenangi 60 gelar Grand Slam!

Berrettini gagal memenangi gelar Grand Slam pertamanya sekaligus menjadi orang Italia pertama yang menjadi juara Wimbledon. Tapi tentu ini hal biasa, final pertama gagal adalah bagaimana anda menyikapinya dan bangkit lagi untuk final-final berikutnya. 

Berrettini menyebut kekalahan ini bukan akhir dari segalanya, tapi dia berharap ini baru awal. Kalau ini baru awal, mengingat usianya yang baru 25 tahun, bisa jadi tahun-tahun ke depan era big three akan segera berakhir dalam menjadi langganan menjuarai Grand Slam. Kita tunggu seberapa konsistenka Berrettini kedepan.

Masalah pemain muda adalah konsistensi. Ini yang terjadi di tahun ini. Dari tiga gelaran Grand Slam semuanya dijuarai oleh Novak Djokovic. Uniknya, mas Djoko ini melawan tiga pemain muda yang berbeda di final Grand Slam. Di Australia Open, mas Djoko menang dari Daniil Medvedev, petenis Rusia 25 tahun. Setelah mencapai final Australia Open, si Daniil ini gagal total di Perancis Terbuka dan juga Wimbledon.

Di Perancis Terbuka, Djokovic bertemu Stefanos Tsitsipas di final dan dipaksa bermain lima set sebelum akhirnya dengan susah payah memenangi pertandingan. Selanjutnya, Tsitsipas petenis Yunani 22 tahun ini malah tersingkir di babak pertama Wimbledon. Pemain muda belum konsisten adalah hal yang biasa, tinggal bagaimana mereka melatih dirinya pelan-pelan menjaga konsistensi.

Bagi Djokovic, ini adalah gelar Wimbledon keenamnya, tiga kali secara beruntun, selisih satu gelar dari Pete Sampras yang sukses tujuh kali juara dan selisih dua gelar dari Roger Federer yang sudah delapan kali memenangi Wimbledon. Federer sendiri pada turnamen tahun ini tersingkir di perempat final oleh Hubert Hurkacz yang kemudian dikalahkan Berrettini di semifinal.

Novak Djokovic memenangi partai final dengan empat set, 6-7 6-4 6-4 6-3. Kalah di set pertama dan comeback stronger di tiga set berikutnya.

Selalu menyenangkan melihat Djokovic memenangi Grand Slam, seperti biasa dia lalu menjatuhkan badan dan telentang di atas lapangan rumput Wimbledon seperti sedang menghayati kemenangannya. 

Seperti bisa juga dia lalu akan memakan rumput Wimbledon. Seperti biasa juga dia lalu berbagi souvenir ke para penggemarnya, entah itu melempar kaos, sepatu dan kali ini raketnya secara khusus ia berikan kepada gadis kecil berwajah Asia di kursi penonton, dikasih secara personal tidak dilempar.

Djokovic menghadiahkan raketnya ke gadis kecil yang manis (Gambar: rediff.com)
Djokovic menghadiahkan raketnya ke gadis kecil yang manis (Gambar: rediff.com)

Ditanya tentang GOAT, Djokovic menjawab bahwa Rafa dan Roger adalah lawan-lawan terbaik yang pernah ia hadapi dan karena mereka juga lah saat ini Djokovic bisa meraih apa yang sudah dicapainya. Sama kayak persaingan Ronaldo-Messi, persaingan di satu sisi memang memberikan motivasi yang lebih besar.

Secara statistik, untuk urusan raihan gelar Grand Slam, memang saat ini Djokovic lah yang paling berpeluang menambah gelar mengingat Rafael Nadal dan terutama Roger Federer sudah mengalami penurunan. Kalau di US Open mendatang Djokovic kembali menang maka tahun ini dia mendapatkan Golden Slam meraih semua gelar Grand Slam sekaligus menjadikan secara jumlah dia adalah GOAT dalam hal juara Grand Slam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun