"Ingat Tuhan pak, jangan ingat pilpres saja..." itu kata Tompi pada Fahri Hamzah dalam sebuah twitwor di suatu masa yang telah lalu tapi belum lama saat membahas kontroversi drama pengakuan penganiayaan ibu-bu dengan inisial Ratna Sarumpaet (yang saat twitwor tersebut terjadi si ibu belum mengaku berbohong dan si bapak Fahri Hamzah masih membela beliau).
Pak Dokter Tompi idola saya. Pilihan katanya itu kok sepertinya mewakili kejengkelan saya dengan isi media sosial belakangan ini. Lha iya, itu para aktivis dan komentator politik di layar sentuh, yang kalau mengomentari semua isu pasti ujung-ujungnya ke pilpres. Bukan cuma ujung-ujungnya malah, tapi mindset argumen mereka juga sedari awal dibangun berdasarkan "mindset pertarungan pilpres". Jiwa dan roh dari cuitan, status, komentar dan argumen mereka terhadap semua isu nasional maupun internasional dan bahkan isu-isu kawasan akherat kesemuanya bermindsetkan pertarungan pilpres.
Penjajahan wacana pilpres memang sudah begitu parah dan cenderung menyebalkan, kalau menurut saya. Bagaimana ndak menyebalkan, lha wong ada presiden mengunjungi daerah kena bencana dengan memakai fasilitas negara kok ya ndak boleh. Ini kan keterlaluan, bener kan kata Tompi? Yang diingat hanya pilpres tok sehingga kacamata pilpres ini lalu membuat orang yang memakai kacamata tersebut jadi gagal memahami tugas dan fungsi presiden.
Saran saya ya, pakailah kacamata pilpres pada tempatnya. Juga gunakanlah semangat kampanye pilpres secukupnya dan sewajarnya...
Melihat Asian Games pakai kacamata pilpres, nyinyirlah kemudian adanya. Mengomentari gejolak ekonomi dunia, semangatnya pilpres, ya wajar kalau tidak obyektif. Berita sepakbola pun bisa jadi di kolom komentar yang ribut tema bahasannya tentang cebong dan kampret. Ini penjajahan namanya! Dan sialnya, pemakaian kacamata pilpres ini secara otomatis akan membuat pihak lain yang berseberangan memakai kacamata dengan jenis yang sama tapi beda cap. Kacamata legendaris dengan cap cebong dan kampret .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H