Memberi pelatihan internet sehat pada sebanyak mungkin pengajar agama di seluruh Indonesia
Pelatihan ini diikuti oleh sebanyak mungkin pendakwah/pengajar agama di Indonesia. Nara sumbernya adalah para penggiat media sosial, blogger, vlogger ataupun jurnalis yang punya kredibilitas. Materi yang disampaikan berupa pengenalan terhadap hoax dan cara mengantisipasinya serta materi tentang pemahaman bagaimana karakteristik netizen Indonesia agar didapat strategi yang tepat bagi proses dakwah selanjutnya.
Menjalin komunikasi intens dengan ulama dari dua kubu politik
Tidak dipungkiri bahwa beberapa tahun terakhir suhu politik memang sedang panas-panasnya, terutama di media sosial. Menyikapi suhu panas membara ini, kami akan memilih ulama yang merepresentasikan masing-masing kubu yang kira-kira paling bisa diajak bicara, buat dialog yang sehat antar dua kubu tersebut. Poin pentingya ya mencari titik temu untuk mendinkan suasana.Â
Lha kalau diteliti lebih dalam, netizen cap cebong dan netizen cap kampret (yang non buzzer) itu sebenarnya keinginannya kan sama: hidup makmur di bumi Indonesia, hanya mereka berbeda pandangan politik dan masing-masing merasa paling benar. Di kedua kubu punya tokohnya masing-masing, dan pastilah ada satu atau dua atau seribu tokoh yang bisa didekati. Sekali lagi, dengan menjaga netralitas tentunya.
Lakukan apa yang dilakukan para penyebar konten negatif
Hoax dilakukan dengan sosial media yang secara masif disebar ke penjuru jagad dunia maya. Untuk itu, Kemenag harus punya akun media sosial yang keren dan bisa diterima semua kalangan, sebagai media kampanye internet sehat. Dikelola dengan hati-hati, mempekerjakan admin-admin yang berkualitas, berpengetahuan luas dan sebisa mungkin menjaga netralitas politik.Â
Disamping menjadi admin mereka juga berfungsi sebagai semacam buzzer, tapi jelas bukan buzzer propaganda politik, tapi buzzer yang secara terus menerus mengkampanyekan gerakan menggunakan internet yang cerdas, mengklarifikasi hoax dengan santun dan lucu. Membuat gerakan nasional semacam #2018GantiMindset #BosanBertengkarMulu dan sebagainya, sambil terus mengajak relawan-relawan baru untuk mendukung gerakan ini.
Yang jelas, hal paling penting dari sebuah program adalah eksekusinya. Kalau jadi Menteri Agama, ya akan saya usahakan untuk dengan konsisten memantau program-program tadi. Konsisten memantau dan konsisten memperbaiki diri, lha yang namanya program buatan manusia kan ya gak ada yang sempurna, makanya selain konsisten memantau, kita pun harus konsisten untuk mau mendengar masukan, mau mengevaluasi diri untuk kebaikan program kita juga.
Demikianlah, saya pun kemudian bertanya pada isteri saya, "Hey mama, kalau aku jadi Menteri Agama menurutmu bagaimana?", lalu dengan anggun isteri saya yang cantik bukan kepalang itupun menjawab : "... halah pa, jadi modin*) saja gak ada potongan.."
Ya sudahlah, semoga tulisan receh ini bermanfaat.