Mohon tunggu...
Imma Si Yimu
Imma Si Yimu Mohon Tunggu... -

Gak ada yang gak mungkin selagi kita mau berusaha :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menanti Sinar Rembulan

4 Mei 2013   17:07 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:07 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Malam itu rembulan tak lagi menampakan sinarnya, angin berhembus terasa sangat dingin hingga menusuk ke dalam tulang rusuk. Bulan duduk di bangku yang berada di bawah Pohon Linden. Ia menatap langit dan berharap malam ini rembulan bersedia menampakkan sinarnya untuk menentramkan hatinya yang lagi gundah. "Bulan, apa yang sedang kamu lakukan disana" tanya kakak tertuanya dari depan pintu. "Tidak ada kok kak" jawabnya dengan melempar senyum.Bintang, kakak tertua sangat sayang dengan Bulan. Mereka dari keluarga yang sederhana dan pas-pasan. Tapi semua itu tak mengurangi sedikit kebahagian di keluarga mereka. Sejenak setelah Bulan ditegur kakaknya, ia langsung masuk ke rumah karena malam itu sudah sangat larut.

Keesokan harinya, Bulan berangkat seperti biasa. Ia selalu menebar senyumnya untuk teman-temannya. Namun, sayang sekali teman sekelasnya sering sekali mencercanya hanya karena ia berasal dari keluarga yang sederhana. Sering sekali ia diperlakukan tidak adil oleh teman sekelasnya, dan selalu menganggang rendahnya.

"Jangan dekat sama Bulan, dia kan orang miskin, bodoh lagi" ujar temannya dengan nada yang menyakitkan.

"Tidak tidak bodoh kok, Bulan pinter" sahut temannya yang lain

Dalam hati Bulan berucap Tuhan, ampuni dosa mereka dan beri aku kesabaran yang berlimpah. Bulan juga ingin mendapatkan Rangking pertama dan mendapatkan teman yang pintar seperti mereka. Ia selalu menyimpan rasa sakitnya dengan sejuta senyum yang di perlihatkan. Bulan pintar membalut sakit itu secara manis dengan sinar wajahnya yang meneduhkan. Sepulang sekolah, Bulan selalu mampir dulu ke perpustakaan untuk membaca buku. Kakak penjaga perpustakaan sudah hafal betul dengan Bulan. Bulan juga menjadi pengurus perpustakaan itu karena permintaan kakak penjaga perpustakaan. Disana ia mendapat pelajaran dari berbagai pengalaman yang pernah dialami oleh kakak penjaga perpustakaan yang bernama Kak Mira. Kak Mira sangatlah pintar, namun ia tetap rendah hati dan Bulan senang bisa berbagi cerita dengannya.

"Kak, Bulan boleh cerita gak" tanyanya pelan.

"Tentu boleh dong, mau cerita apa ya"dengan riang Kak Mira meresponnya.

"Bulan pengen banget buktikan ke teman-teman kalau Bulan itu bukan anak bodoh, dan Bulan juga bisa mendapatkan teman seperti mereka" tuturnya sambil menutup buku yang ia baca.

"Bulan, kamu bukan anak bodoh. Kamu itu pintar, kalau gak kenapa Kak Mira minta kamu buat bantuin Kaka di sini" ujar Kak Mira sambil menatap Bulan.

"Terus kenapa mereka mengatai Bulan begitu Kak. Nilai Bulan juga gak terlalu jelek. Mereka juga senang sekali merendahkan Bulan" desaknya dengan nada serius.

"Sayang, jika mereka memperolok kamu balaslah dengan senyuman. Kakak yakin kamu bisa mengalahkan dan membuktikan kepada mereka kalau kamu bukanlah anak yang bodoh. Kalau Bulan mau setiap pulang sekolah Bulan menyempatkan waktu ke perpustakaan ya, nanti Kakak ajarin apa yang Bulan belum mengerti" jelas Kak Mira dengan melempar senyum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun