Baru tadi sore aku tahu, Namanya wulan perempuan yang mondar mandir dengan wirid "mas, punya 2.000" dengan ekspresi datar, para bedagang kaki lima akan sigap mengusirnya meraka berdalih jika wulan mengganggu para pekerja bubaran pabrik menikmati sore di pinggiran kota industri. Wulan memiliki muka yang tak jelek-jelek amat bahkan jika ia mau mandi dan sedikit memoles wajahnya dengan bedak aku yakin pedagang mie ayam yang barusan meneriakinya mau di ajaknya kencan. Entah terbuat dari apa, atau sudah apa saja yang menempanya mentalnya begitu kuat, walaupun sore ini ia telah diusir dua kali, ia masih saja kembali dengan nada dan ekspresi yang sama "mas, punya 2.000". Aku hanya mengangkat tangan dengan sumpit mie ayam di sela jariku, disisi yang lain raut sebal diiringi mulut ngedumal penjual mie ayam sedikit membuatku rishi, dalam otakku semua orang berhak makan, semua orang berhak perpenghidupan, hanya saja jalan yang harus di tempuh beda beda, mungkin wulan sekarang sedang menjalani peran sebagai peminta-minta tapi apakah itu kemauanya.? Tidak ada yang mau menjalani kehidupan yang terhimpit kesusahan,benar hidup adalah pilihan apa benar wulan tak punya pilihan.
Setalah aku selesai dengan semangkuk mie ayam, aku bakar rokok kesukaan bapakku djarum super, rokok yang sering di jibir "aku ngga bisa jika rokok super, terlalu wangi, blablablabal", tapi bagiku ini salah satu rokok yang paling enak. Aku bakar dengan mulai bertanya sebenarnya wanita itu siapa, lalu kenapa dia bisa jadi gelandangan peminta minta tapi dengan cara seperti pemalak, karna ketika ia menanyakan uang dua ribu pasti dengan nada keras tak ada nada ramah sedikitpun. Tukang mie ayampun mulai berkisah, ku sodorkan djarum superku, dia menggambil sebatang lalu pandanganya melamun jauh. Ia bercerita bahwa dulu wulan adalah langganannya, wulan tak pernah absen setelah bubaran pabrik ia pasti mamapir di tepi jalan yang banyak pohon rindang tempatnya manggkal, sampai saat ini ia masih hapal menu kesukaan wulan, wulan selalu memesan mie ayam setengah matang dengan extra daun bawang dan bakso dua biji saja, wulan perantau ia hidup sendirian di kota industri yang penuh dengan hingar binggar, ketika aku tanyakan dimana asalnya tukang mie ayam hanya menggelengka kepala ia tak tau pasti, yang dia tahu bahwa wulan yang dulu sangat berbeda dengan sekarang dulu wulan cantik dengan tutukr kata lembut dan polos polos gadis desa. Tak jarang wulan mengajak kencan cowoknya untuk makan mie ayam disini tuturnya. Cerita tentang wulan terjeda ada segerombolan karyawan pabrik yang baru pulang memesan mie ayam. Aku membakar kembali sebatang rokokku sembari membuka hp, belum sempat membuka password ,mataku tertuju ke pengidar ondel-ondel, aku melihat bocah kecil ku taksir usianya belum genap tuju tahun, mukanya lusuh dengan ember cat di tangannya, diikuti bocah perempuan mendorong sound lalu tarian ondel-ondel.
Pertunjukan tak begitu lama, mereka tak mendapat pengusiran dari para pedagang di sini, mereka memnganggap pertunjukan ondel ondel itu tidak mengganggu, karna taka da paksaan dan mengedepankan sopan. Semua pesanan mie ayam sudah di hidangkan, tukang mie ayam mendekatiku kembali, sekarang dia menggambil rokoknya sendiri, dan lanjut bercerita. Menurutnya wulan berubah tak lagi menjadi gadis lugu, ayu dan lembut setelah satu tahun menetap di sini, wajar karna pergaulan imbuhnya. Perubahanya cukup signifikan wulan tak lagi memakai pakaina tertutup, tak jarang ia hanya mengenakan tangtop dan rok yang teramat mini, tapi itu dianggap rezeki oleh abang mie ayam, ketika wulan menyambanginya. Beberapa kali juga wulan bergonta ganti pasangan yang diajak makan mie ayam, semuanya menggaku pacarnya karna pasti yang laki laki yang membayar makanan, kata tukang mie ayam itu kalo mau melihat ini pasangan sudah menikah atau belum itu gampang kalo yang bayar perempuan kemungkinan sudah meninkah, kalo yang bayar cowonya biasanya itu baru mau pacarana modus katanya, aku timpali kalo belum menikah yang bayari ceweknya dijawab dengan cepat dan lantang itu cowo mokondo mas di ikuti tawa yang renyah sekali.
Wulan sempat tak kelihatan selama sebulan, tukang mie ayam itu bercerita bahwa sebabnya wulan terlilit pinjol, pergaulan yang hedon memaksanya untuk paylater. Dan hal yang lebih mencengangkan adalah tukang mie ayam pernah memergoki wulan duduk di pinggiran jalan di sepanjang kali yang terkenal menjajakan wanita malam, tapi tukang mie ayam itu tak berani memastikan kalau itu benar wulan atau bukan, sampai pada akhirnya ada pelanggannya yang lain bercerita bahwa semalam ia baru saja menuntaskan birahinya lewat aplikasi hijau, dan mendapatkan wanita yang bernama wulan. Tapi siapa sebenarnya wulan.?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H