Dunia sekolah selalu menarik untuk dipelajari, diamati dan dibicarakan, apakah itu tentang perubahan kurikulum yang lagi hangat, apakah kembali ke KTSP/ K-06 atau lanjutkan K-13, kenakalan siswanya, tata kelolanya atau tentang sumber daya manusianya yang meliputi guru-guru dan para siswa. Berinteraksi dalam dunia sekolah yang terlibat langsung dengan proses belajar mengajar dan pelayanan terkadang banyak sekali menemukan hal-hal yang menarik untuk dikaji atau diteliti, apakah penelitian itu bersipat serius menjadi karya tulis ilmiah (PTK ) atau sekedar bahan tulisan di kolom-kolom koran, bagi guru yang kreatif dan hobi menulis artikel, banyak sekali bahan yang bisa ditulis dari setiap kejadian di sekolah, untuk menjadi bahan informasi atau sebagai bahan diskusi antar teman seprofesi maupun yang berkepentingan.
Karena akhir-akhir ini semakin banyak interaksi dengan dunia pendidikan menengah, masuk ke ruang-ruang kelas dan memberikan bimbingan, berinteraksi dengan berbagai macam polah tingkah siswa, serta bertukar pendapat dengan para rekan guru tentang kondisi ruang-ruang kelas yang sama serta situasi siswanya. Pada suatu kesempatan saya memberikan kuisioner pada para siswa untuk mereka jawab secara langsung. Isi pertanyaan kuisioner tersebut ingin mencoba merekam persepsi siswa tentang dirinya dan kondisi lingkungannya.
Pertanyaan yang saya ajukan meliputi :
- Apa penyebab kebosanan anda di dalam kelas
- Untuk mengatasi rasa bosan di kelas apa yang anda lakukan
- Alasan Anda tidak pergi ke sekolah
Pertanyaan diajukan kepada 296 siswa. Dilaksanakan pada bulan Desember 2014, dan berikut merupakan hasil dari jawaban mereka beserta argumen dari penulis terhadap pernyataan jawaban yang diberikan;
Apa penyebab kebosanan anda di dalam kelas ;
Siswa yang memberikan jawaban bahwa Cara belajarnya bikin bosan sebanyak 39%, 20% Suasana Kelas yang tidak kondusif , 18% Waktu Belajarnya yang lama, 13 % Gurunya  dan 10 % Menyatakan mata pelajarannya.
Dari data jawaban siswa diatas dapat diberikan argumentasi bahwa siswa memerlukan startegi baru yang inovatif dan kreatif, Â merangsang mereka untuk tidak bosan dalam menerima pelajaran yang disampaikan oleh gurunya. Mereka berharap juga bahwa kondisi kelas atau suasana belajar harus bisa diciptakan yang membangkitkan semangat belajar, kebosanan karena guru dan mata pelajaran menempati posisi persentasi yang sedikit artinya mereka sebagian besar menyukai kehadiran gurunya dan pelajaran yang dihadapinya.
Untuk mengatasi rasa bosan di kelas apa yang anda lakukan ? ;
Siswa sebanyak 50% yang menyatakan mendengarkan Musik, 26% Berbicara/Ngobrol, 13% Melakukan Update Status di sosial Media, 6% Keluar dari Kelas, dan 5% menjawab Tidur.
Argumentasi dari jawaban yang ini karena adanya perkembangan teknologi informasi dan larangan untuk tidak membawa gaget ke dalam kelas tidaklah terlalu ketat, akhirnya untuk mengatasi kebosanan mereka memilih mendengarkan musik, apakah itu pada waktu kelas sedang kosong maupun saat ada guru dengan mencuri-curi waktu menggunakan Headset. Bagi mereka yang tidak memiliki gaget mendominasi kegiatan dengan berbicara / ngobrol sesama teman, hal ini yang menyebabkan kelas menjadi gaduh. Guru berbicara di depan dan siswa berbicara jadinya seperti ada konser didalam konser. Disini sang guru harus bisa berperan mengusai kelas dan siswa. Untuk nilai yang terendah yaitu siswa keluar dari kelas dan tidur setelah saya lakukan pengecekan ( laporan guru piket)Â mereka yang keluar selain pergi ke kantin untuk makan dan ada juga ke musola untuk tidur juga.
Alasan Anda tidak pergi sekolah ?
Siswa yang memberikan pernyataan karena alasan sakit sebanyak 72%, Izin 16 %, Bekerja 2%, Malas 17%, dan tidak tahu alasan 17%.
Untuk pertanyaan yang ini secara umum mereka menyatakan karena kesehatannya terganggu atau sakit, tapi ada diantara mereka ditemukan sering membuat surat sakit palsu yang dibuatkan temannya untuk bolos pergi ke sekolah, untuk jawaban yang 17% yang malas dan tidak tahu alasan saya belum secara utuh mendalami tetapi dari data absensi yang saya periksa mereka adalah yang langganan bolos serta input mereka dari lingkungan sekolah sebelumnya dan kondisi sosial ekonomi mereka yang termasuk butuh bantuan. Walaupun sebenarnya mereka sudah termasuk pada kelompok siswa yang gratis segala pembiayaan sekolah. Mungkin suatu saat hal ini perlu dikaji lebih lanjut, motivasi mereka tidak mau sekolah padahal sudah gratis.
Semoga informasi ini, bisa memberikan manfaat bagi kita yang bergelut dengan dunia pendidikan dan bersentuhan dengan siswa-siswa dengan berbagai latar belakang. Bisa memberikan dorongan untuk kreatif dan berinovasi pada diri kita dalam memberikan transfer ilmu pengetahuan maupun memberikan bimbingan kepada para siswa. Kita berharap Semakin maju pendidikan bangsa Indonesia.@y2nh
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H