Apa itu Captive Power
Kita semua tahu apa itu captive power, yaitu pembangkit listrik yang melistriki sebuah industri dan kelebihan energi listriknya bisa dijual kepada PLN. Artinya jika mereka kelebihan energi dan jika PLN merasa kekurangan energi, maka ada transaksi penjualan antara captive power kepada PLN. Namun sewaktu captive power ada kelebihan energi, tidak ada keharusan juga dari PLN untuk membeli kelebihan energi tersebut, sehingga captive power bisa menggunakan untuk keperluan pihak lain. Di sini terlihat bahwa captive power itu berarti pembangkitan sendiri milik sebuah industri dan dipakai untuk melistriki industri tersebut serta kelistrikannya tidak tergantung dari PLN. Bahan bakar captive power bisa berupa limbah sisa produksi atau dari gas dan batubara.
Kondisi Transportasi di Indonesia
Di mana banyak terdapat jalan tol ? Jawabannya sederhana, yaitu di pulau Jawa. Di mana banyak pelabuhan besar di Indonesia ? Jawabannya sekali lagi sama, yaitu di pulau Jawa. Pelabuhan di pulau jawa juga yang menjadi pintu gerbang pengiriman dan penerimaan barang dan material untuk seluruh Indonesia. Dengan banyaknya jalan tol di pulau Jawa, ditambah dengan banyaknya pelabuhan besar, maka banyak pula dibangun pabrik besar dan muncul industri-industri baru, baik PMDN ataupun PMA, karena setelah paska produksi, maka tidak mempunyai masalah dalam distribusi barang. Apa lagi sebagian besar penduduk dan pusat ekonomi ada di pulau Jawa, sehingga investor merasa perlu membangun pabrik di pulau Jawa, walau untuk membangunnya biayanya jauh lebih mahal dibandingkan jika membangunnya di luar pulau Jawa.
Perkembangan Pembangunan Infrastruktur Indonesia
Melihat kondisi sekarang, maka Pemerintahan sekarang memulai pembangunan jalan tol darat dari ujung pulau Sumatera sampai ujung pulau Papua. Di samping membangun jalan tol darat, pemerintah juga membangun tol laut untuk menghubungkan seluruh Indonesia melalui transportasi kelautan, dengan menganut prinsip Indonesia sebagai negara maritim. Diharapkan bahwa pada tahun 2019, tidak ada hambatan infrastruktur transportasi dalam menghubungkan seluruh Indonesia, sehingga proses distribusi barang dan material ke seluruh Indonesia tidak lagi terkendala. Artinya tidak ada perbedaan yang signifikan untuk proses pengiriman barang dan material antara pulau Jawa dan luar pulau Jawa, untuk pembangunan pabrik baru atau munculnya industri-industri yang baru.
Jika ada pabrik di sekitar kota Palembang, kemudian akan dikirim ke Jawa, maka sekarang membutuhkan waktu 10-12 jam jalan darat dan 3 jam melalui laut, sehingga total waktu yang dibutuhkan adalah sebesar 13-15 jam. Dan apa yang terjadi jika jalan tol darat dan laut sudah ada, maka dibutuhkan waktu sekitar 6-7 jam jalan darat dan 2 jam melalui laut, jadi waktu yang berkurang mencapai 4-5 jam. Dengan kondisi begini, maka truk-truk yang melakukan proses pengiriman barang dan material, bisa menghemat waktu, malah bisa melakukan perjalanan pergi-pulang, sehinggal bisa menghemat pula biaya penginapan.
Begitu pula jika pelabuhan laut di seluruh ibu kota sudah berjalan dengan baik dan cepat, dengan alokasi dwelling time yang hanya 1-2 hari, maka tidak ada alasan pengiriman barang dan materi bisa memakan waktu lama, dan pengirimannya bisa dilakukan melalui kapal laut (yang murah), bukan lagi pesawat udara (yang mahal), sehingga bisa menekan biaya jual barang dan material tersebut.
Potensi Beban Kelistrikan
Yang menjadi sorotan saya bukan biaya para sopir atau biaya bahan bakar yang bisa dihemat, tetapi pemikiran para investor yang menginginkan bisa membangun pabrik dan industri baru dengan biaya yang jauh lebih murah di luar jawa. Dengan melihat potensi baru di luar jawa, besar kemungkinan mereka akan membangunnya di luar jawa, karena harga tanah jauh lebih murah dan biaya upah tenaga kerja tidak setinggi di pulau Jawa. Mereka tinggal melihat tanah-tanah kosong yang bisa dibeli murah di sekitar jalan tol yang akan dibangun tersebut. Dengan adanya jalan tol, maka bahan baku yang akan mereka olah dan barang atau material hasil produksi mereka, bisa datang dengan mudah, bisa lewat darat dan laut. Inilah yang saya sebut dengan potensi beban kelistrikan yang baru, pabrik dan industri baru ini tentunya sangat membutuhkan listrik yang sangat besar, yang akan dipakai untuk melistriki proses produksi, perumahan karyawan dan keperluan-keperluan lainnya.
Pertanyaannya adalah Siapkan PLN melistriki potensi kelistrikan tersebut ?
Captive Power versi 2.0
Jika PLN tidak siap, maka akan segera muncul investor-investor kelistrikan yang baru, yang akan melistriki potensi pabrik dan industri yang baru ini. Pabrik dan industri baru ini jelas membutuhkan gardu induk, karena beban mereka pasti tinggi, dan mereka membutuhkan tegangan yang stabil serta listrik yang handal, sebagaimana yang bisa disediakan pembangkit sendiri dalam bentuk captive power.
Bagaimana mereka tahu bahwa PLN tidak siap ? Sebenarnya mudah sekali. Mereka tinggal survei ke lapangan, mereka akan melihat apakah di dekat pabrik yang akan mereka bangun sudah ada gardu induk apa belum. Selain itu mereka juga melihat, berapa tegangan ujung yang sampai ke pabrik itu dilihat dari kondisi tegangan ujung sekarang ini. Mereka juga melihat pertumbuhan gardu induk setiap tahunnya, pertumbuhan jaringan tegangan menengah, dan mereka akan memperkirakan, berapa lama gardu induk akan dibangun, jika mereka membangun pabrik di sebuah daerah.
Pertanyaan lainnya, apa bahan bakarnya jika mereka tidak mempunyai limbah sisa produksi ? Jawabannya adalah gas dari PGN, apalagi jika di daerah tersebut banyak penambangan batubara, maka mereka akan memilih batubara yang jauh lebih murah. Investor kelistrikan baru ini akan melistriki satu atau lebih pabrik atau industri baru yang berdekatan, sekaligus memberikan jaminan bahwa tegangan listrik yang disediakan akan stabil, handal dan pelayanannya akan jauh lebih bagus dari PLN.
Peluang PLN
PLN bisa mengambil peluang dari munculnya pabrik dan industri baru ini. Apalagi Pemerintah sedang getol-getolnya membangun 35.000 MW, sehingga tidak ada alasan lagi PLN kekurangan daya untuk melistriki peluang ini. Peluang ini bisa diambil dengan memulainya dari keseriusan menggarap membangun 35.000 MW, kemudian keseriusan menyelesaikan rencana-rencana pembangunan gardu induk, mengevaluasi semua gardu induk yang diperkirakan over load selama 2 tahun mendatang, memperbaiki jaringan distribusi agar jauh dari gangguan, bukankah jumlah gangguan menunjukkan indikator bahwa jaringan PLN itu tidak handal, dan akhirnya adalah membuat tim pemasaran khusus untuk calon-calon pabrik dan industri baru ini.
Jika PLN tidak mempersiapkan diri dari sekarang, maka disaat peluang itu muncul dan diambil oleh investor lain, maka suatu saat PLN hanya melistriki pelanggan-pelanggan rumah tangga atau pelanggan-pelanggan skala kecil saja, karena pelanggan skala besar, sudah nyaman dilistriki oleh investor baru, dengan layanan dan kehandalan yang lebih baik. Yang lebih sedih jika peluang ini diambil oleh PMA, maka PLN akan mulai menjadi penonton di negeri sendiri. maka tulisan Kerja Nyata Terangi Negeri hanya sekedar slogan belaka.
Salam
Yoseph Handoko
6895007Z
PLN Wilayah S2JB (Sumatera Selatan, Jambi dan Bengkulu)
Bidang Niaga, Sub Bidang Revenue Assurance
Twitter : @yhandoko
Facebook : [Tidak Punya]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H