Mohon tunggu...
Yulius Fransisco Angkawijaya
Yulius Fransisco Angkawijaya Mohon Tunggu... Associate Psychologist -

Seorang Psikolog lulusan Universitas Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Cuma Kebetulan Kok!

27 Oktober 2016   09:02 Diperbarui: 27 Oktober 2016   09:11 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manusia sebagai makhluk ciptaan tentulah terbatas. Manusia bukanlah creation ex nihilo yang mampu menciptakan sesuatu dari ketiadaan. Manusia menggunakan berbagai sarana termasuk sains untuk memanipulasi alam berdasarkan kinerja hukum alam itu sendiri dan bukan menciptakan hukum alam sendiri. Keterbatasan tersebut merupakan salah satu hakikat manusia sebagai yang terbatas di dalam keterbatasan. 

Keterbatasan manusia membuat manusia tidak mampu menciptakan pilihan-pilihan yang dikehendakinya sendiri. Manusia bukan pencipta dari ketiadaan sehingga manusia tidak dapat menciptakan pilihan dari ketiadaan. Oleh karena itu, kehendak bebas manusia terbatas adanya. 

Manusia hanya dapat bebas untuk memilih dari pilihan-pilihan yang ada, itulah kehendak bebas yang dimiliki manusia. Manusia tidak dapat menciptakan pilihan-pilihan yang ada agar dirinya dapat bebas sepenuhnya dalam berkehendak dan bertindak. Tindakan manusia hanya terbatas dari pilihan-pilihan yang ada. Pilihan-pilihan yang ada itu sendiri dibatasi oleh berbagai hal.

Kehendak bebas yang dimiliki setiap orang merupakan suatu kebebasan terbatas dalam memilih pilihan-pilihan yang terbatas. Jika tidak ada keterbatasan, manusia sebagai mahluk dengan eksistensi terbatas justru akan kehilangan kemampuan berkehendak. Argumentasi ini dibangun dari melihat dua aspek dimensi, yang terbatas dan yang tak terbatas. Yang tak terbatas tentu mampu membatasi diri namun yang terbatas tidak dapat menjadi tak terbatas karena keterbatasannya. Manusia dalam segala kondisi selalu membutuhkan batasan-batasan yang jelas dalam bertindak. 

Perkembangan ilmu sains selalu diawali dengan pendefinisian, yaitu pembatasan dari hal-hal yang begitu luas menjadi hal yang terbatas. Hukum yang membatasi justru memberikan ruang gerak untuk bertindak bagi masyarakat. Jadi karena manusia bereksistensi terbatas maka kehendak bebasnya pun terbatas dan tidak mungkin kehendak bebasnya benar-benar bebas sebebas-bebasnya. 

Argumentasi tersebut kemudian dikontraskan dengan anti-tesis ketiadaan kehendak bebas. Jika segala yang terjadi di bumi adalah terjadi menurut intensi dari “spirit” atau “sang transedence” guna memenuhi tujuan yang dikehendakinya, maka bukankah segala yang terjadi berdasarkan prinsip predestinasi, yaitu telah ditentukan dari awal untuk berperilaku demikian sehingga manusia tidak memiliki kehendak bebas dalam setiap tindakan yang diambilnya. 

Intensi spirit didasarkan pada pemenuhan terhadap tujuan yang hendak dicapainya, ketika intensi tersebut bertolak belakang dari tujuannya maka terjadi ketidakselarasan dalam diri spirit yang menyebabkan dirinya bukanlah spirit yang menggerakkan sejarah manusia. Oleh sebab  itu, terlepas dari apapun tujuan yang hendak dicapainya, spirit tersebut mempunyai intensi yang didasarkan pada terpenuhinya tujuannya. 

Intensi spirit di dalam dunia terealisasikan di dalam pembatasan-pembatasan terhadap pilihan yang dapat diambil oleh manusia untuk bertindak. Intensi spirit tidak serta merta menghilangkan kehendak bebas manusia dalam berperilaku. Oleh sebab intensi spirit adalah memenuhi tujuan dirinya, maka intensi tersebut menggiring manusia di sepanjang sejarah untuk berada di sebuah labirin yang memiliki beberapa jalan alternatif menuju jalan keluar dari maze tersebut. Artinya, pilihan-pilihan yang telah dibatasi oleh spirit merupakan jalan-jalan yang telah dibatasi oleh spirit untuk mencapai tujuannya. Pilihan-pilihan apapun yang diambil tersebut mengarahkan manusia untuk bertindak demi tercapainya tujuannya spirit.

Jika intensi spirit meniadakan kehendak bebas manusia, maka realita yang ada sesungguhnya bukanlah suatu realita yang sejati. Manusia bertindak tidak lebih dari suatu sistem mekanistik dari spirit. Eksistensi manusiapun tidak lebih dari bayang-bayangan atau imajinasi dari pikiran spirit, sama seperti seorang penulis yang menulis cerita di mana tokohnya tidak mempunyai kehendak bebas untuk mengambil keputusan untuk bertindak.

Manusia dalam ketiadaan kehendak bebas tidak akan mempunyai intensi dalam berperilaku. Sekalipun jika spirit mengontrol semua tindakan manusia dan meniadakan kehendak bebas manusia, manusia masih memiliki kehendak untuk memikirkan hal tersebut secara bebas. Ada atau tidak adanya kehendak bebas merupakan hasil pertentangan di dalam pikiran manusia, pikiran tersebut berkehendak untuk memikirkan permasalahan tersebut sehingga manusia masih memiliki kehendak bebas sekalipun spirit menghapus kehendak bebas manusia. Oleh karena itu, sintesis terhadap tesis argumentasi dan anti-tesis tersebut adalah bahwa manusia memiliki kehendak bebas yang terbatas.

Kesimpulan dari tulisan ini adalah bahwa di dalam segala keseharian tidak terdapat kebetulan karena adanya suatu intensi di balik intensi yang menyebabkan adanya momentum pada peristiwa khusus dalam rangkaian peristiwa yang kemudian dimaknai sebagai suatu hal yang khusus. Manusia dalam bertindak atau berperilaku dilakukan karena manusia memiliki suatu kehendak bebas di dalam dirinya. Kehendak bebas yang dimiliki manusia bersifat terbatas, yaitu hanya memilih suatu pilihan dari pilihan-pilihan yang  terbatas. Manusia bertanggung jawab sepenuhnya atas segala tindakan yang dilakukannya sebab tidak terdapat kebetulan di dalam peristiwa hidupnya dan terdapat tanggung jawab atas pilihan dari kehendak bebasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun