Mohon tunggu...
Yety Ursel
Yety Ursel Mohon Tunggu... Guru - Guru yang selalu merasa kurang banyak tau

Menulis untuk menyalurkan energi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Baru Kemarin Kudengar Celotehanmu

30 April 2016   23:11 Diperbarui: 1 Mei 2016   00:02 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Nak….. 

Baru kemarin kudengar celoteh dari mulut mungilmu 

Bahkan gemanya masih mengambang di udara 

Memantul dari satu dinding ke dinding lainnya. 

Melukis puisi di udara 

Debu-debu yang kau bawa pada  alas kakimu 

Masih melekat di lantai 

Juga pada tembok-tembok  tercetak bentuk tapak kakimu 

Menyisakan banyak cerita yang tak kan terhapus begitu saja 

Dan kau tak harus melukis di awan 

Untuk tinggalkan jejak agar Ibu membacanya dari waktu ke waktu 

Nak…

Debu-debu yang berterbangan itu.. 

Gambar-gambar yang menempel di dinding 

Coretan-coretan tak jelas pada bangku 

Angin, hujan, pohon berdaun hijau

Atau ranting yang mengering 

rumput-rumput bercampur plastik, sekalipun

Adalah kisah-kisah yang tertulis…tentangmu

Dan Ibu akan membacanya berkali-kali, tanpa bosan..

Suatu hari..

Saat kau akhiri petualanganmu

Bawakan untuk Ibu  cerita yang berbeda

Kisah tentang perjuangan dan  kemenanganmu

Menaklukan sang  zaman….

Menes, 30 April 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun