Mohon tunggu...
YETTI AGUNG LESTARI
YETTI AGUNG LESTARI Mohon Tunggu... GURU

Suka bacaan ringan yang bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya

11 Mei 2023   01:06 Diperbarui: 11 Mei 2023   19:28 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar anak belajra tentang tanaman sayuran di kebun Sekolah (Dokpri)

Tanpa kita sadari ada banyak modal atau aset  yang ada di sekitar kita yang apabila pemanfaatannya (pengelolaannya) tepat dan optimal dapat mendukung pembelajaran di sekolah yang membuat kita mandiri berdiri diatas kaki kita sendiri.

Pemimpin dalam pengelolaan sumber daya yang dimaksud bagaimana kita harus fokus pada kekuatan yang ada, bukan pada kekurangan, dengan mengidentifikasi dan memanfaatkan aset sebagai sumber kekuatan yang menunjang pendidikan /pembelajaran di lembaga sekolah. Sumber aset sekolah ada unsur biotik (SDM) maupun unsur abiotic. Dengan unsur - unsur tersebut diharapkan SDM di sekolah bisa menggunakan dan memanfaatkan aset abiotik secara optimal untuk kemajuan lembaga sekolah

Kedua unsur ini saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis. Dalam ekosistem sekolah, faktor-faktor biotik akan saling memengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif satu sama lainnya.

Sekolah dapat dikatakan sebagai ekosistem pendidikan. Hal ini karena di sekolah terdapat sebuah bentuk interaksi antara faktor biotik  dan abiotik  yang keduanya saling mempengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif satu sama lainnya. Oleh karena itu diperlukan  bersama-sama kolaborasi untuk mencapai visi dan misi.

Baiklah kita menganggap sebuah sekolah adalah suatu ekosistem dengan faktor biotik dan abiotik yang ada di dalamnya. Faktor-faktor yang termasuk dalam kelompok biotik terdiri sumber daya manusia yaitu guru, murid, orang tua tenaga kependidikan, masyarakat, dinas terkait dan kelompok abiotic yaitu abiotik yaitu modal sosial,fisik, lingkungan alam sekitaar, modal, finanasial, agama, budaya,politik

Dan dalam pemanfaatannya, ketujuh aset ini dapat saling beririsan satu sama lain.  Misalnya modal sosial dapat beririsan dengan modal politik dan seterusnya. Berikut ini tentang ketujuh modal yang dimaksud.

  1. Modal Manusia
    • Sumber daya manusia yang berkualitas,  yang berhubungan dengan kesehatan, pendidikan, kesejahteraan, dan harga diri seseorang.
    • Pemetaan modal atau aset individu merupakan kegiatan menginventaris pengetahuan, kecerdasan, dan keterampilan yang dimiliki setiap warganya dalam sebuah komunitas ( hati, tangan, dan kepala).
    • Kecakapan  seseorang yang berhubungan dengan kemasyarakatan (kecakapan memimpin sekelompok orang, dan kecakapan seseorang berkomunikasi dengan berbagai kelompok).  Kecakapan yang berhubungan dengan kewirausahaan, (kecakapan dalam mengelola usaha, pemasaran).  Kecakapan yang berhubungan dengan seni dan budaya (kerajinan tangan, menari) dan lainnya.
  2. Modal Sosial
    • Dalam hal ini berarti norma dan aturan yang mengikat warga masyarakat  dan mengatur pola perilaku warga, juga unsur kepercayaan.
    • Bisa juga kelompok, dan organisasi dalam komunitas hidup berdampingan (adanya kepemimpinan, kerjasama, saling percaya, dan rasa memiliki ).
    • Komunitas atau asosiasi yang bersifat formal atau nonformal
  3. Modal Politik
    • Adanya kebijakan-kebijakan yang berpihak pada murid dan berorientasi pada peningkatan kualitas pembelajaran.  
  4. Modal agama dan budaya
    • Identifikasi dan pemetaan modal budaya dan agama  sangat penting untuk melihat keberadaan kegiatan dan ritual kebudayaan dan keagamaan dalam suatu komunitas, selanjutnya bisa dimanfaatkan sebagai peluang untuk menunjang pengembangan perencanaan dan kegiatan bersama.
  5. Modal Fisik   yaitu:
    • Pertama ada bangunan,lokasi sekolah, laboratorium, gedung pertemuan, ataupun pelatihan, kedua yaitu Infrastruktur atau sarana prasarana, mulai dari saluran pembuangan, sistem air, mesin, jalan, jalur komunikasi, sarana pendukung pembelajaran, alat transportasi, dan lain-lain.
  6. Modal lingkungan/alam
    • Bisa berupa potensi yang belum diolah ( bumi, udara yang bersih, laut, taman, danau, sungai, tumbuhan, hewan). Tanah untuk berkebun, danau atau empang untuk berternak, semua hasil dari pohon seperti kayu, buah, bambu, atau material bangunan yang bisa digunakan kembal
  7. Modal finansial
    • Keuangan yang dimiliki  untuk membiayai proses pembangunan dan kegiatan sebuah komunitas ( tabungan, hutan, investasi, pengurangan dan pendapatan pajak, hibah, gaji, serta sumber pendapatan internal dan eksternal). Juga pengetahuan bagaimana cara menanam dan menjual sayur di pasar, menghasilkan uang dan membuat produk-produk yang bisa dijual, tentang menjalankan usaha kecil, bagaimana memperbaiki cara penjualan menjadi lebih baik, dan juga bagaimana melakukan pembukuan.

 Ada yang tak kalah penting adalah penggunaan  aset digital sebagai sarana  dokumentasi, promosi dan komunikasi lini masa. Penggunaan dan pemanfaatan media masa untuk portofolio digital yang berisi informasi tentang  profil sekolah, pembelajaran, kegiatan atau capaian  sekolah bisa disampaikan melalui media Platform Merdeka Belajar,IG, Youtube, web atau blog sekolah. Pendidik harus sadar pentingnya aset digital karena  sekarang kita berada di era digital tak lepas dari digitalisasi.

Pemanfaatan modal/ sumber daya yang optimal untuk pembelajaran di sekolah memang harus dibarengi dengan sumber daya manusia (pendidik).

Lalu bagaimanakah seharusnya seorang kepala sekolah berperan dalam mengelola ekosistem sekolahnya? Bisa dikatakan peran KS dalam hal ini sangat berpengaruh dengan melakukan tindakan  mengidentifikasi dan mengelola ekosistem sekolah yang baik sehingga memberi manfaat yang optimal bagi proses pembelajaran di sekolah.

Dan berkenaan dengan pengelolaan sumberdaya ada beberapa hal kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang kepala sekolah sebagai pemimpin ekosistem sekolah maka hendaknya harus mempunyai kemampuan yang luas dapat mengarahkan, memberdayakan yang ada,mengetahui kebutuhan sekolah, kebutuhan guru sebagai pembelajar di kelas, mengidentifikasi dan mengelola dengan cara yang baik, efektif efisien (strategi yang tepat) dan kerjasama yang kompak untuk kepentingan bersama di sekolah.

Hal ini akan mempunyai dampak yang sangat mendukung proses pembelajaran di sekolah, sekolah akan lebih baik dan terwujud apa yang dicita -citakan sesuai visi misinya. Yang tak kalah penting adalah dengan keterampilan, pengetahuan, kreatifitas dan inovasi KS dan semua guru mengelola dan memanfaatkanya.

Nah yang menjadi pertanyaan sudahkah sekolah memanfaatkan apa yang ada di lingkungan sekitar? Bagaimana pemanfaatannya memanfaatkan lingkungan sekitar untuk pembelajaran?

Lingkungan masyarakat, letak (posisi) sekolah berdekatan dengan apa misalnya persawahan, kantor, pasar, gedung atau fasilitas umum, industry, karakter budaya penduduk. Seperti sekolah dekat lingkungan pendopo kabupaten bisa digunakan untuk belajar seperti di musium, kebun sekolah dan pasar bisa untuk mengenal sayuran, berhitung, serta konsep jual beli, Alon - alon untuk mengenal lingkungan alam, masyarakat penduduk  bisa sebagai sarana berinteraksi bagaimana bersosial di masyarakat nanti.  Taman lalu lintas untuk pembelajaran budaya dan norma tertib berlalu lintas di jalan raya. Persawahan bisa juga dimanfaatkan bagaimana mengelola padi, pendistribusian tekniknya yang dihubungkan dengan teknologi tepat guna untuk peningkatan teknologi pangan yang baik dan banyak lagi contoh pemanfatan sumberdaya.

gambar anak sedang belajar tata cara berlalu lintas di Taman Lalu lintas di Agropark Trenggalek (Dokpri)
gambar anak sedang belajar tata cara berlalu lintas di Taman Lalu lintas di Agropark Trenggalek (Dokpri)

Pengelolaan sumberdaya dilakukan dengan cara pendekatan. Pendekatan dapat dikatakan sebagai cara pandang atau cara berpikir kita melihat sesuatu. Ada beberapa cara pandang atau pendekatan dalam pengelolaan sumberdaya yaitu

  • Pendekatan berbasis aset atau berbasis deficit,
  • Pendekatan berbasis kekurangan/masalah
  • Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA)

Pendekatan berbasis aset atau berbasis defisit berarti bagaimana kita memandang sumber daya sekolah, apakah dianggap sebagai aset/kekuatan atau kekurangan/masalah.

Pendekatan berbasis kekurangan/masalah (deficit-based approach) akan memusatkan perhatian kita pada apa yang kurang, dan apa yang tidak berfungsi dengan baik. Kita mengeluhkan banyak fasilitas sekolah yang kurang, buku ajar yang tidak lengkap, atau sekolah yang tidak tidak memiliki laboratorium. Kekurangan yang dimiliki mendorong cara berpikir negatif sehingga fokus kita adalah bagaimana mengatasi semua kekurangan atau apa yang menghalangi tercapainya kesuksesan yang ingin diraih. Semakin lama, secara tidak sadar kita menjadi seseorang yang menjadikan kita buta terhadap potensi dan peluang yang ada di sekitar.

 Pendekatan berbasis aset (asset-based approach) ini  digunakan sebagai dasar paradigma Inkuiri Apresiatif. Inkuiri Apresiatif adalah suatu filosofi, landasan berpikir, yang berfokus pada upaya kolaboratif menemukan hal positif, menjadi kekuatan pengembangan dalam diri seseorang, organisasi, dan dunia sekitarnya, baik dari masa lalu, masa kini, maupun masa depan

Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) muncul sebagai kritik terhadap pendekatan konvensional atau tradisional yang menekankan pada masalah, kebutuhan, dan kekurangan yang ada pada suatu komunitas. Pendekatan tradisional tersebut menempatkan komunitas sebagai penerima bantuan, dan dengan demikian dapat menyebabkan anggota komunitas menjadi merasa tidak berdaya, pasif, dan selalu bergantung dengan pihak lain.

Pendekatan PKBA menekankan kepada kemandirian dari suatu komunitas untuk dapat menyelesaikan tantangan yang dihadapinya dengan bermodalkan kekuatan dan potensi yang ada di dalam diri mereka sendiri, dengan demikian hasil yang diharapkan akan lebih berkelanjutan.

Kedepannya sebagai pemimpin pembelajaran harus bisa memanfaatkan sumberdaya yang ada sebagai asset suatu lembaga dengan efektif dan efisien untuk sepenuhnya mendukung pembelajaran yang berpihak pada murid, memberikan nilai - nilai kebajikan, selaras tujuan pendidikan yang menuntun, memerdekakan anak  guna mencapai keselamatan serta kebahagiaan setinggi - tingginya

Hal yang demikian agar dapat mendukung pembelajaran yang berpihak anak didik di sekolah  secara maksimal sehingga tercipta budaya positif, kemandirian, penuh optimis penuh pengharapan pada suatu lembaga sekolah serta mewujudkan sekolah yang sesuai dalam visi misi lembaga.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Jalan Braga Bandung, Ketika Bebas Kendaraan!

7 bulan yang lalu
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun