Mohon tunggu...
YETTI AGUNG LESTARI
YETTI AGUNG LESTARI Mohon Tunggu... Guru - GURU

Suka bacaan ringan yang bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Supervisi Akademik dengan Paradigma Berpikir Coaching

5 April 2023   00:48 Diperbarui: 5 April 2023   00:53 7968
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Waktu akan terus berjalan dan berputar, dari dalam diri selalu bertanya apa yang sudah saya lakukan hari ini dan apakah hal itu bisa membuat saya bahagia. Sebenarnya membuat catatan kecil tentang  agenda kegiatan yang pasti dan rutin itu lebih apik,menurut pandanganku  selain untuk merencanakan suatu kegiatan atau meraih mimpi juga bisa melatih daya ingat. Tapi toh saya sudah tidak pernah melakukannya lagi seperti ketika saya masih duduk di bangku sekolah SMP  dan SMA.

Terlepas nanti terlaksana dengan baik atau tidak, atau bahkan belum terlaksanapun juga tidak mengapa karena toh itu juga kegiatan kita sendiri. Dan seterusnya saya jadi melewati angan dengan berkata pada diri sendiri aah besok lain kali dicoba lagi atau bila ada krenteg saya cukup reschedule bila belum bisa melaksanakan suatu hal yang diinginkan. Tentunya melewatinya denganhati yang bahagia bila tercapai dan berusaha biasa saja bila tak tercapai.

Dalam rangka meningkatkan proses pembelajaran yang dilaksanakan di sehari- hari saya tentu mempunyai catatan kegiatan dalam bentuk rencana harian, mingguan, bulanan dan tahunan, misalnya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian  (RPP) , Rencana Pelaksanaan Mingguan, dan juga kegiatan penilaian. Nah rangkaian kegiatan ini bagaimana bisa terakomodir untuk pemenuhan pembelajaran pada anak didik sehingga perlu adanya supervisi akademik.

Bagaimana supervisi akademik dapat dilakukan oleh seorang pimpinan, maka sebaiknya  supervisi tidak satu arah saja, dan ini dilakukan secara berkelanjutan untuk meningkatkan kompetensi guru sebagai pemimpin pembelajaran  serta sebagai bentuk keberpihakan pada murid. Peningkatan Kompetensi guru selain dari segi pengetahuan , juga dari keterampilan, motivasi dan komitmen diri. 

Jadi Supervisi bukan hanya sebuah tagihan atau kewajiban para pemimpin sekolah dalam tanggung jawabnya mengevaluasi para tenaga pendidik. Mari kita mulai mengembalikan semangat supervisi akademik mula-mula dengan melihat dan berpikir dengan menggunakan kacamata dan topi seorang coach: supervisi akademik sebagai proses berkelanjutan yang memberdayakan.

Supervisi akademik yang dilakukan juga harus mengacu pada prinsip-prinsip supervisi akademik dengan paradigma berpikir coaching yang meliputi:

  1. Kemitraan: proses kolaboratif antara supervisor dan guru
  2. Konstruktif: bertujuan mengembangkan kompetensi individu
  3. Terencana
  4. Reflektif
  5. Objektif: data/informasi diambil berdasarkan sasaran yang sudah disepakati
  6. Berkesinambungan
  7. Komprehensif: mencakup tujuan dari proses supervisi akademik.

Dan hendaknya Supervisi dengan proses coaching yang dilakukan didasarkan pada kebutuhan dan tujuan sekolah dan dilaksanakan dalam tiga tahapan, yakni perencanaan, pelaksanaan supervisi, dan tindak lanjut. 

Alhamdulillah bisa bertemu Materi Supervisi Akademik Paradigma Berpikir Coaching yang sungguh bagus dan sangat bermanfaat. Namun ada tantangan mempelajarinya bahwa harus dengan benar -- benar focus agar ada pemahaman yang sempurna. Kepala sekolah atau pemimpin dapat menjadi seorang evaluator atau penilai dan coach dalam menjalankan perannya. 

Ketika sedang melakukan percakapan coaching, maka harus menunjukkan perilaku seorang coach, jadi kepala sekolah perlu menginformasikan pada coachee mengenai peran yang sedang dilakukan. Melalui percakapan coaching membantu para guru berpikir lebih dalam menggali potensi diri dan motivasi internal yang diwujudkan dalam aksi nyata untuk tercapainya pembelajaran berpihak pada anak 

Pada suatu kesempatan saya mulai dengan  rekan sejawat mencoba menjadi supervise akademik dengan menerapkan ketrampilan coaching. Menjelajahi suatu peristiwa yang dialaminya sebagai jalan buntu untuk mengengembangkan kompetensi apa yang dimiliki menjadi terbuka dengan mengungkapkan  apa diinginkannya, bagaimana tujuan serta langkah yang diharapkannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun