Mohon tunggu...
Yeti Sulfiati
Yeti Sulfiati Mohon Tunggu... Guru - Guru/trainer/penulis/edukonsultan

Saya senang berbagi ilmu dan pengalaman dalam training pembelajaran, publik speaking, motivasi, hypnosis, STIFIn.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teacher Outside-Inside

15 Juni 2024   10:06 Diperbarui: 15 Juni 2024   12:25 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagian guru mungkin memilih profesi menjadi guru sebagai panggilan jiwa dan passionnya yang memang di bidang pendidikan. Namun ada juga yang menjadi seorang guru karena tidak ada pilihan lain atau sebagai pilihan terakhir. Hal ini boleh boleh saja asal tetap diperbaharui niat dan konsep dirinya untuk menjadi kompeten di bidangnya. Bahkan salah satu kompetensi yang wajib ada pada seorang guru adalah kompetensi kepribadian. Jadi tidak hanya tuntutan profesi sebagai guru namun juga tuntutan kepribadian sebagai jiwa pendidik yang merupakan internalisasi dari nilai-nilai yang sudah dia dapatkan. Apakah Anda merasa kurang percaya diri?

        Bagaimana jawaban Anda ketika ada pertanyaan ini, " Anda berharga jika...?".  Biasanya jawaban melengkapinya sesuai dengan harapan dan cita-cita masing-masing. Ada yang menjawab, Keberhargaan diri jika ..., bisa berkontribusi bagi orang lain, bisa mencapai impiannya,bisa diterima di lingkungan, dan lain-lain. Ini disebut Self Confidence. Kepercayaan dirinya akan semakin meningkat ketika sudah berhasil mencapai tangga capaiannya. Tahukah Anda bahwa ternyata itu adalah self confidence bukan tentang berharga atau tidaknya Anda. Karena sejak Allah SWT Tuhan semesta alam menciptakan manusia, kita sudah berharga. Catat ya  kita sudah berharga. Sudah banyak artikel yang membicarakan betapa berharganya dan sempurnanya makhluk yang bernama manusia.

        Self confidence seseorang tergantung dari faktor tingkat skill atau banyaknya pengalaman dari berbagai bidang kehidupan. Semakin banyak ijazah, sertifikat, keilmuan, keterampilan yang Anda dapatkan maka  self confidence Anda akan semakin meningkat. Hal ini berbeda dengan Keberhargaan Diri (Self Esteem). Keberhargaan diri self esteem sebagai manusia sudah berharga meskipun....saya tetap berharga (tetap). Saya tetap berharga meskipun saya kurang pandai dalam hal.... Saya tetap berharga walaupun saya tidak mempunyai ijazah S2. Sebagai manusia saya tetap berharga. Saya tetap berharga, walaupun belum punya skill/experience.

Maka tetap yakin walaupun disalahkan karena bukan diri kita tetapi karena proposal kita, penampilan kita, karena kurang terampil dan lain-lain. Bukan karena diri kita. Sebagai contoh, pimpinan Anda menyalahkan Anda karena gagalnya sebuah proyek. Yang perlu diingat yang disalahkan adalah karena hasil kinerja dan kerja  Anda bukan karena pribadi Anda. Fahami kita boleh salah bukan karena diri human being nya tapi karena proposal kita karena karya kita karena kerja kita dan lain-lainnya.

        Nah, bedakan ya. Sehingga ada yang performa kerjanya karena self confidence-nya  dan ada yang memang self esteem-nya. Yang bagaimanakah kita? Anda melaksanakan tugas karena tuntutan pekerjaan atau karena sebagai panggilan jiwanya? Dianalogikan ada orang yang memakai pakaian karena ingin dihargai orang diistilahkan outside -inside. Ada juga yang memakai pakaian karena ingin melaksanakan syariat diistilahkan inside -outside.

        Berdasarkan pandangan tadi, maka para guru, trainer, motivator dan sebagainya, akan memberikan memberikan solusi tergantung dari cara pandang, ruang pandang, pengalaman dan dalam pikirannya masing-masing. Kalau ada pertanyaan bolehkah banyak "gimik"? Boleh boleh saja. Dianalogikan gimik sebagai performa atau penampilan seseorang. Pertanyaannya akan menjadi apakah gimik itu sebagai aksesoris atau gimik itulah apa adanya guru/trainer tersebut? Ada istilah hanya mobil murah yang butuh aksesoris banyak. Kalau mobil mewah gak perlu banyak aksesoris karena memang sudah megah. Tahukan maksudnya? Hehe.

        Mari kita lihat diri masing-masing. Pendidikan/training persuasif atau manipulatif? Kalau dari penjelasan di atas kebanyakan gimik akan tumbuh pendidikan persuasif, namun jika gimik berasal dari inti pendidikan yang sakral dan mulia akan tumbuh gimik yang memang indah dari dalamnya. Hal ini berkaitan dengan integritas dan komitmen dan ini tergantung integritas kita.

        Pendidik/guru/trainer memberikan solusi pada orang lain melalui 3 hal penting:
1. Ruh.  Pentingnya seorang guru/trainer menyertakan ruhiyahnya sebagai faktor dalam mendidik/melatih/memberikan solusi. Mendidik dengan menyertakan hati jiwa dan ruhiyah akan berdampak luar biasa daripada yang tanpa ruhiyah atau hanya sekedar kognitif saja.

2. Mengetahui profesionalisme. Hal ini berkaitan dengan kompetensi profesionalnya yang mempengaruhi metode teknik dan lain-lain ketika menghadapi siswanya atau klien.

3. Mengetahui segala sesuatu dengan representatif.  Menurut KBBI, representasi bisa diartikan sebagai perbuatan mewakili atau keadaan yang bersifat mewakili. Sementara, menurut Stuart Hall (1997:15), representasi adalah sebuah produksi konsep makna dalam pikiran melalui bahasa. Hal ini merupakan hubungan antara konsep dan bahasa yang menggambarkan objek, orang atau bahkan peristiwa nyata. Maksudnya dalam hal mendidik mengajar seorang guru/trainer perlu mengupgrade konsep nalar logika bahasa karena jika salah konsepsi maka akan salah pula dalam menyampaikan. 

        Apakah Anda telah menjalankan 3 hal di atas? Siapkah Anda menjadi seorang Guru/ Trainer otentik ? Guru/trainer apa yg sesungguhnya pada kita bukan sekedar gimik atau aksesoris belaka. Hal ini kita tergantung mind mapping kita untuk membaca situasi sekarang. Contohnya blaming (menyalahkan). Blaming karena kabut pikiran, kognitif distorsi berasal dari outside masa kecil. Contohnya Anda di waktu kecil ketika terjatuh menabrak meja orang tua Anda memukul mejanya menyalahkannya. Sehingga ketika dewasa Anda selalu menyalahkan orang lain ketika ada permasalahan. 

        Maka, dengan pengalaman outside nya bisa jadi seorang trainer/guru trainer memberikan solusi klien dengan metode tidak tepat. Nah, Jangan sampai psudo problem jadi psudo solution. Masalahnya apa solusinya apa. Semoga tidak demikian dengan Anda ya.
        Intinya adalah nilai diri kita sudah ada dan berharga tinggal kompetensi kita tingkatkan dengan; meluruskan niat, banyak mencari referensi, melatih manajemen waktu, perasaan dan persepsi. Persepsi adalah proyeksi. Persepsi kita tergantung konsep, undang undang diri sendiri lalu mengadili/menilai orang lain. Itu proyeksi diri kita . Sesungguhnya kita sedang memberitahukan kepada dunia tentang kita. Tidak percaya diri berarti pesan dari sendiri untuk diperkaya lagi kemampuan kita. Yuk, kita perbanyak referensi lagi.

Catatan:

Intisari berdasarkan sharing Sabtu 28 Januari 2023. Imperium Tower Kuningan, Jakarta. Terima kasih pak Prasetya Brata semoga ilmunya bermanfaat dan menjadi ladang amal kebaikan. Amin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun