Mohon tunggu...
Yessy Yoanne
Yessy Yoanne Mohon Tunggu... Seniman - Pembelajar belajar dalam mengajar.

Saya adalah perempuan biasa yang ingin melakukan hal-hal kecil dengan cinta yang besar, sehingga hasilnya walaupun sederhana bisa menjadi sesuatu yang luar biasa. Mencintai dunia seni, khususnya dunia seni pertunjukan dan mayor yang dipilih adalah seni tari. Menyukai pada kesehatan organik, pengobatan alami dan penyembuhan diri. Dunia anak selalu menarik, sehingga sebagian besar waktu digunakan untuk berfokus pada dunia pendidikan seni anak-anak.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Percakapan Bapak dan Tukang Becak

9 Februari 2024   15:00 Diperbarui: 9 Februari 2024   15:06 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Surabaya, 2005.

Udara siang itu panas. Pohon-pohon hanya merindangkan dirinya sendiri karena baru saja dirapihkan dahan-dahannya yang menjulang kemana-mana.

Aku dan Bapak naik becak, kendaraan yang lama tidak kami temui pada hingar bingar ibukota karena kebijakan setempat.

"Mau pulang ya, Pak?"

Ramah pertanyaan dari Tukang Becak yang menggenjot becaknya ditengah cerah hari ini.

Bapak menoleh dan tersenyum kearah Tukang Becak.

"Saya mau mengunjungi saudara, Pak. Dulu saat muda saya memang pernah tinggal di Surabaya, daerah Sidotopo, tapi juga bukan kelahiran sini. Saya hanya ikut saudara saat itu."

"Oh- Saya kira orang sini Pak, ternyata bukan... Bapak tinggal dimana sekarang?"  Tukang Becak itu tertarik melanjutkan percakapan dengan Bapak.

Aku hanya mendengarkan, sambil bersenandung lirih menikmati perjalanan kami.

Ada kalanya Bapak dan Tukang Becak  tertawa bersama, saling berkelakar. Tiba-tiba juga bisa sangat serius membicarakan kebijakan-kebijakan pemerintah pusat maupun daerah pada saat itu, baik yang dirasa oleh beliau berdua bermanfaat bagi rakyat maupun yang dirasa memberatkan rakyat. 

Hingga pada satu pertanyaan Tukang Becak kepada Bapak yang membuat beliau berdua merasa bahwa pertemuan itu memanglah jalan-Nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun