Mohon tunggu...
Yesi Pramudya Wardani
Yesi Pramudya Wardani Mohon Tunggu... Guru - Guru TK

Saya adalah Guru di TK KEMALA BHAYANGKARI 38 GAMBIRAN BANYUWANGI

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengembangan Nilai Moral dan Agama Melalui Kegiatan Pembiasaan Hafalan Surat Pendek dan Doa

24 November 2023   16:13 Diperbarui: 24 November 2023   16:28 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam dunia Pendidikan Anak Usia Dini, pengembangan nilai agama dan moral erat kaitannya dengan budi pekerti seorang anak, sikap sopan santun, kemauan melaksanakan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari. Pembahasan filosofis tentang budi pekerti khususnya dari segi pendidikan moral dimana kemampuan itu akan terus berkembang dengan berbagai pendapat dan aspek budi pekerti, nilai moral dan keagamaan. Dalam lingkup perkembangan nilai-nilai moral anak diharapkan dapat membedakan perilaku baik dan perilaku buruk.   

Penerapan Kegiatan Pembelajaran dalam pengembangan nilai moral dan agama adalah pada kegiatan awal anak yaitu mulai dari datang ke sekolah berbaris masuk dan persiapan kegiatan pembukaan di kelas. Yaitu kegiatan berbaris di depan kelas, kegiatan senam pagi, hafalan asmaul husna dan yel-yel sekolah kemudian untuk kegiatan di dalam kelas yaitu mulai dari kegiatan pembukaan, mengucapkan salam, berdoa sebleum kegiatan, hafalan surat pendek dan doa harian, untuk kegiatan inti yaitu kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan tema pada hari itu dan terakhir adalah kegiatan penutup. Dengan fokus kegiatan  pengembangan Nilai Agama dan Moral  yaitu kegiatan pengembangan pembiasaan beribadah sesuai dengan agamanya dan kegiatan penanaman karakter yang baik untuk anak. Kegiatan tersebut antara lain : pembiasaan salam salim dan sapa pada saat datang ke sekolah, mengucapkan salam dan berdoa setiap akan melakukan kegiatan, hafalan surat pendek, hafalan asmaul husna dan hafalan doa-doa harian. 

Perkembangan nilai agama dan moral aadalah kemampuan anak untuk bersikap untuk bersikap dan bertingkah laku.. Pendapat lain mengatakan bahwa pendidikan agama adalah pendidikan yang didalamnya terdapat pengetahuan  yang dapat membentuk kepribadian dan sikap seorang anak. Tujuan diajarkannya pendidikan agama kepada anak sejak dini yaitu agar anak dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang memiliki karakter yang baik sejak usia dini.

Nilai moral adalah suatu nilai yang menjadi standar baik atau buruk. Moral sendiri memiliki makna (ajaran tentang) baik dan buruk yang  diterima umum mengenai tentang perbuatan sikap, kewajiban, dan sebagainya. Istilah moral ini sering  juga disebut sebagai akhlak, budi pekerti, ataupun Susila.

Dalam dunia Pendidikan Anak Usia Dini, pengembangan nilai agama dan moral erat kaitannya dengan budi pekerti seorang anak, sikap sopan santun, kemauan melaksanakan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari. Pembahasan filosofis tentang budi pekerti khususnya dari segi pendidikan moral dimana kemampuan itu akan terus berkembang dengan berbagai pendapat dan aspek budi pekerti, nilai moral dan keagamaan. Dalam lingkup perkembangan nilai-nilai moral anak diharapkan dapat membedakan perilaku baik dan perilaku buruk.

Beberapa cara yang dilakukan oleh orang tua untuk mengembangkan sikap nilai moral dan agama pada anak usia dini adalah memberi contoh melalui kegiatan pembiasaan. Anak usia dini mempunyai sifat suka meniru, karena orang tua atau keluarga adalah lingkungan pertama yang ditemui anak, maka cenderung meniru apa yang diperbuat oleh orang tuanya. Di sini peran orang tua untuk memberikan contoh yang baik bagi anak. Pengembangan moral agama pada program Pendidikan anak usia dini sangat penting keberadaannya, jika hal itu telah terpatri dan tertanam dengan baik setiap insan sejak dini, hal tersebut merupakan awal yang baik  bagi Pendidikan anak bangsa untuk menjalani Pendidikan selanjutnya (Yani, 2011:34).  

Telah kita ketahui bahwa pengembangan aspek perkembangan nilai agama dan moral anak usia dini dapat dilakukan dengan pembiasaan rutin dan keteladanan yang dilakukan oleh anak sehari-hari menurut seorang pendidik harus merancang pembelajaranyang lebih terprogram apalagi menyangkut media dalam pembelajarannya. Hal ini sangat berpengaruh karena pembelajaran anak usia dini masih dalam kondisi bermainyang perencanaannya meliputi hal-hal yang menarik dan menyenangkan bagi anak. Media akan sangat menunjang perkembangan anak dalam aspek perkembangan nilai agama dan moral.

Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus dikembangkan. Anak memiliki karakteristik yang berbeda dengan orang dewasa. Anak usia dini berada pada rentang 0-6 Tahun. Menurut Brek (dalam Sujiono, 2013:6) pada masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan anak sedang mengalami masa yang cepat dalam rentang kehidupan manusia. Pendidikan Anak Usia Dini sangatlah penting untuk mengembangkan dan menstimulus potensi anak, diman anak usia dini berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, baik secara fisik maupun mental.maka tepatlah bila usia dini dikatakan sebagai masa emas (Golden Age). Pada masa ini anak mengalami masa peka, dimana anak sangat sensitive untuk menerima berbagai stimulus. Masa peka adalah masa terjadinya pematangan fungsi-fungsi fisik dan pshikis yang siap merespon stimulus yang diberikan oleh lingkungan sekitar anak.

Mengoptimalkan tercapainya tujuan pendidikan pada anak usia dini, maka proses pembelajaran harus dirancang dan disesuaikan denga tahapan perkembangan dan karakteristik belajar anak. Pelaksanaan pembelajaran saat ini lebih cenderung berfokus pada kegiatan akademik seperti membaca, menulis dan menghitung. Kegiatan belajar lebih menekankan keterampilan akademik mengabaikan kegiatan bermain sebagaimana tuntutan perkembangan anak. Sebenarnya masa anak usia dini adalah masa bermain. Dan semua pendidik yang terlibat dalam pendidikan anak usia dini sudah tahu akan kalimat ini. Namun pada praktiknya kalimat ini menjadi hilang sehingga belajar di PAUD hampir tidak berbeda dengan jenjang pendidikan yang lain. Situasi bermain hampir tidak kelihatan.

Perkembangan nilai agama Anak Usia Dini

Abbin Syamsudin makmun (2000) menyatakan bahwa kesadaran beragama pada anak ditandai dengan ciri ciri sebagai berikut:

Sikap keagamaannya masih bersifat respetif (menerima) meskipun banyak bertanya

Pandangan ketuhannya masih bersifat anthropormorph (dipersifikasikan)

Penghayatan rohaniah masih superficial (belum mendalam) meskipun mereka telah melakukan atau berpartisipasi dalam berbagau kegiatan ritual.

Hal ketuhanan dipahamkan secara ideosycritic ( menurut khayalan pribadinya) sesuai dengan taraf berpikirnya yang masih bersifat egosentrik (memandang segala sesuatu dari sudut dirinya)

Pengetahuan anak tentang agama terus berkembang karena mendengarkan ucapan-ucapan orang tua, melihat sikap dan perilaku orang tua dalam mengamalkan ibadah, dan pengalaman dan meniru ucapan dan perbuatan orang tuanya. Sesuai dengan perkembangan intelektualnya (berpikirnya) yang terungkap dalam kemampuan berbahasa, yaiotu sudah membentuk kalimat, mengajukan pertanyaan dengan kata-kata : apa, siapa, dimana, dari mana, dan kemana. Maka anak sudah dapat diajarkan syahadat, bacaan dan Gerakan sholat, doa-doa dan hafalan surat pendek.

Elkind mengembangkan teori Piaget ke dalam pola perkembangan keagamaan pada anak. Elkind (dalam Suyadi, 2010 : 133) menyatakan bahwa Ketika nak tumbuh dewasa muncul dengan empat tipe kebutuhan mental yaitu :

Pencarian untuk konservasi, pada tahap ini anak-anak menganggap bahwa hidup adalah abadi

Pencarian representasi (masa pra-sekolah) hal ini penting pada masa ini adalah gambaran mental dan perkembangan Bahasa

Pencarian relasi (pertengahna kanak-kanak) pada tahap ini anak-anak sudah mulai mengalami kematangan mental, sehingga mereka merasakan hubungan dengan Tuhan.

Pencarian tentang pemahaman, selama anak-anak tumbuh dewasa mereka memahami jalinan persahabatan dan perkembangan kemampuan anak untuk berteori.

Harms menyimpulkan bahwa hanya ada tiga tahapan tentang pemikiran atau perkembangan beragama pada anak. Perkembangan beragama menurut Harms pada tahap firetale (usia 3-6 tahun). Pada tahap ini anak merepensentasikan keadaan Tuhan seperti raksasa, hantu, malaikat, bersayap, dan lain sebagainya.

Perkembangan moral Anak Usia Dini

Menurut syamsu yusuf LN (2006) menyatakan bahwa anak sudah memiliki dasar tentang sikap moralitas terhadap kelompok sosialnya (orang tua, saudara dan teman-teman sebaya). Melalui pengalaman berinteraksi dengan orang lain, anak belajar memahami tentang kegiatan atau perilaku yang baik dan buruk. Berdasarkan pemahaman tersebut, maka anak harus dibiasakan bertingkah laku seperti mencuci tangan sebelum makan, menggosok gigi sebelum tidur dan membaca doa sebelum tidur dan yang lainnya. Orang tua dan guru dapat mengenalkan konsep baik-buruk, benar salah atau menanamkan disiplin sebaiknya memberikan penjelasannya tentang alasannya. Dengan pemberian alasan diharapkan anak akan mengembangkan self-control atau self-dicipline (kemampuan mengendalikan diri atau mendisiplinkan diri berdasarkan kesadaran sendiri) pada anak.

Perkembangan moral menurut Piaget perkembangan moral ada pada 2 tahapan yang jelas. Tahap pertama disebut tahap realism moral atau moralitas oleh pembatasan, kemudian tahap kedua  disebut moralitas otonomi atau moralistas kerja sama atau hubungan timbal balik.

Pada tahap ini anak ditentukan oleh ketaatan otomatis terhadap peraturan tanpa penalaran atau penilaian. Mereka menganggap bahwa orang tua dan semua orang dewasa berwenang dan membuat peraturan, dan mereka harus mengikuti aturan yang diberikan tanpa harus mempertanyakan kebenarannya. Dan dalam tahap ini anak mulai menilai perbuatan itu benar atau salah berdasarkan konsekuensi dari perbuatan tersebut, bukan karena motivasi yang melatarbelakangi perbuatan tersebut.

Menurut teori psikoamalisasi Freud (2005) menjelaskan bahwa perkembangan sosio-moral berjalan seiring dengan perkembangan seksualitas. Menurut teori ini terdapat penggolongan usia tertentu pada setiap fase.

Perkembangan moral menurut Erik erikson, seorang ahli psikososial mengemukakan tiga periode perkembangan psikososial pada anak usia dini. Salah satu periode dalam perkembangan psikososial tersebut yaitu initiative (3-6 tahun). Pada periode ini anak akan mengembangkan kemampuan inisiatif. Apabila anak mengalami kegagalan dalam periode ini, rasa bersalah yang akan tumbuh sehingga mengakibatkan tidak adanya spontanitas, dengki, curiga, menghindar, mengalami hambatan dalam memperoleh peran social.

Menurut Kohlberg menggunakan pendekatan dasar Piaget dalam meneliti tentang perkembangan moral pada anak. Kohlberg menfokuskan risetnya kepada perkembangan moral dan menyediakan sebuah teori pertahapan pemikiran moral yang menyempurnakan rumusan awal Piaget. Kohlberg (2007) menjelaskan tiga tingkatan perkembangan moral masing-masing tingkat memiliki dua tahap sehingga secara keseluruhan perkembangan moral manusia terdiri enam tahap. Salah satu tingkat perkembangan moral menurut Kohlberg ialah tingkat I dengan tahap memperhatikan ketaatan hukum dan memperhatikan pemuasaan kebutuhan.

Pendidikan nilai-nilai agama dan moral pada program PAUD merupakan pondasi yang kokoh  dan sangat pentig keberadaannya, dan jika hal itu telah tertanam serta terpatri dengan baik dalam setiap insan sejak dini, hal tersebut merupakan awal yang baik bagi pendidikan anak bangsa untuk menjalani pendidikan selanjutnya.

Pengembangan nilai agama dan moral bagi anak sangat penting karena bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan membina sikap anak dalam rangka meletakkan dasar agar anak menjadi warga negara yang baik.

Dalam penerapan di pendidikan usia dini pengemabangan nilai agama dan moral dapat dilaksanakan melalui berbagai cara yang menyenangkan agar bisa menstimulasi kemampuan anak secara optimal dengan contoh atau tauladan yang baik untuk anak di lingkungan sekolah adalah guru sebagai peran utama dan untuk lingkungan dalam keluarga orang tua lah yang menjadi peran utama bagi anak. Anak kecil selalu mengikuti bagaimana orang tuanya bersikap, karena itu memberikan contoh yang baik kepada mereka merupakan hal yang wajib untuk dilakukan.

Karena masih anak tentu perlu cara tersendiri agar mereka mendengarkan dan melakukan nasehat yang orang tua atau guru lakukan antara lain :

1. Berikan contoh pada anak

Langkah pertama adalah memberikan contoh terlebih dahulu kepada anak, sebab keluarga dan guru di sekolah adalah tempat paling utama untuk belajar

2. Mulai melakukan dari kebiasaan yang sederhana

Jika guru dan orang tua memberikan teladan secara sekaligus anak akan merasa kesulitan, maka hal uatama adalah memulai dari kebiasaan yang lebih mudah terlebih dahulu untuk anak, misalnya mengucap salam, mencium tangan saat datang ke sekolah, dan lainnya.

3. Menyampaikan nasehat dengan cara yang menyenangkan

Memberikan nasehat dengan cara yang menyenangkan adalah melalui metode bercerita tentang budi pekerti kepada anak, di mana cerita tersebut penggambaran dari perilaku yang baik atau buruk.

4. Ajak anak untuk bersosialisasi dengan lingkungan yang baik

Lingkungan adalah temapat paling berpengaruh untuk perkembangan nilai agama dan moral anak, maka anak haruslah di ajak bersosialisasi pada lingkungan yang baik.

5. Jangan paksa anak untuk melakukan sesuatu

Dalam melakukan suatu kegiatan pembiasaan kepada anak janganlah anak terlalu dipaksa untuk mengikuti apa yang diinginkan oleh orang tua ataupun guru.

Dengan landasan yang jelas dan terarah yaitu pendidikan harus berprinsip pada pengemabangan nilai agama dan moral, di samping aspek-aspek lain yang berkaitan dengan bidang-bedang pengembangan. Hal ini sangat diperlukan sebagai upaya untuk mengantarkan anak-anak menuju kedewasaan berpikir, bersikap, dan perilaku secara terpuji. Dan upaya tersebut bisa dilakukan oleh para pendidik dan orang tua sejak usia dini yakni sejak usia di Taman Kanak-Kanak.

Untuk mengembangkan pendidikan dalam rangka mendukung tujuan dari Pendidikan Nasional dalam mencerdaskan bangsa, dan utamanya dalam megembangkan pendidikan anak usia dini pada tingkat  TK maka dari itu TK Kemala Bhayangkari 38 Gambiran Desa Wringinagung Kecamatan Gambiran Kabupaten Banyuwangi berusaha terus dalam peningkatan kualitas pendidik di sekolahnya, melalui kegiatan seminar atau pelatihan yang diadakan oleh Dinas terkait maupun organisasi lain yang berkaitan dengan pengembangan pendidikan anak usia dini, sehingga mampu memberikan pelayanan pendidikan yang baik di sekolah. Dan dapat mengantarkan anak didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya.

Dalam standar kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini tercantum bahwa pengembangan anak usia dini terdapat dalam 6 aspek perkembangan yaitu aspek perkembangan Nilai Agama dan Moral, Kognitif, Bahasa, Fisik Motorik, Sosial Emosional dan Seni. Dari semua aspek perkembangan tersebut haruslah tercapai dengan seimbang. Karena semua aspek perkembangan tersebut saling berkaitan dalam tingkat perkembangan anak.

Penulis : Yesi Pramudya Wardani 

Unit Kerja : TK Kemala Bhayangkari 38

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun