Mohon tunggu...
Yessi Aprianti
Yessi Aprianti Mohon Tunggu... Penulis - Gabut People

not how long its , but how good it is, it was matters

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Macam-macam Metode Filsafat Pendidikan

19 Maret 2020   10:10 Diperbarui: 10 April 2020   18:59 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hello Everyone!!! Welcome back guys in my blog. Disini saya bakal review lagi materi yang saya dapetkan hari ini . So let’s c’mon guys materi yang akan saya ulas yakni tentang metode positivistic, fenomenologis, dan krits dalam pendidikan.

Metode Positivistik

Pertama kita harus mengetahui pengertian dari metode ini. Secara bahasa positivism atau positivistic berasal dari kata “ positif” yang artinya dapat disimpulkan yakni fakta/yang benar-benar/kenyataan. Sedangkan secara terminologis positivisme berarti sebuah metode atau cara yang berpangkal pada sesuatu yang aktif yang didasarkan pada data yang empiris.

Dari sini kita mampu menarik kesimpulan bahwasannya metode positivitik/positivism ialah sebuah cara yang mengandalkan kemampuan indrawi untuk mengamati secara langsung sebuah kejadian ilmiah maupun non ilmiah yang selanjutnya daapat dijadikan bahan untuk berfilsafat pendidikan. Disini ditekankan bahwa pengetahuan yang dioaoarkan tidak boleh melebihi fakta-fakta yang kita dapatkan.

Aliran ini dikenalkan pertama kali oleh seorang filosof bernama Augus Comte.aliran yang dikenalkannnya ini mampu mendominasi wacana ilmu pengetahuan. 

Menurutnya ada beberapa konsep yang tedapat dalam metode ini diantaranya yakni ini merupakan seuah metodde yang diarahkan pada fakta-fakta, kedua, metode yang diarahkan kepada perbaikan, ketiga metode yang diarahkan kepada kecermatan, dan yang keempat yaknoi metode yang diarahkan kepada kepastian.

Metode fenomenologi

Metode fenomenologi dikenalkan oleh Edmun Husserl (1859-1938), dia memahami bahwasannya metode ini menyiapkan langkah-langkah yang harus diambil hingga kita dapat sampai dititik fenomena yang murni. 

Beliau juga berpendapat bahwasannya fenomenologi memeberi sebuah pengetahuan dan esesnsi atau kemurnian dari sebuah permsalahan atau objek yang dikaji itu sendiri Disini huserl juga memberi kita arahan bahwasannya fenomenologi itu menunjukkan apa yang Nampak dalam kesadaran pada diri kita dengan membiarkannya termanifestasi atau dapat terwujud melalui indrawi kita tanpa memasukkan kategori pikiran kita padanya.

Secara umum reaksi fenomenologi dapat dilihat dari dua sisi yani sebagai reksi terhadap domiasi positivism dan sebagai kritik terhadap pemikiran kritis seorang tokoh yakni Immanuel Kant.

Sebagai reaksi dari positivism, fenomenologi ini menuntut pemaknaan dibalik realitas, dan butuh keterlibatan antara objek dan subjek sebagai instrument untuk mengungkapkan fakta. Karna faktanya  metode ini dalam pendidikan berfungsi untuk menghubungkan keterkaitan manusia dengan realitas .

Sedangkan sebagai kritik terhadap metode kritis Imanuel Kant yakni menurut huserlfenomenologi itu bertujuan mencari esensi dari fenomena tanpa dibarengi prasangka dari yang memikirkannya. Dan ini bertentangan dengan fenomena yang dicapkan oleh Immanual Kant yakni menurutnya manusia iu hanya dapat mengetahui fenomenaa yang tampak dalam kesadaran, bukan noumena yaitu realitas diluar yang kita kenal.

Metode Kritis

Metode ini dikenalkan oleh seorang filsuf yang sangat terkenal yakni Plato dan Socrates. Inti dari metode ini ialah menganalisis sebuah istilah atau pendapat yang ada. Denagn berbagai cara yang disampaikan yakni berupa dialog atau bertanya hingga berdebat, membersihkan hipotesis yang menjanggal , monolak dan akhirnya ditemukan seuah hakikat dari apa yang ingin dicapai pada diskusi tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun