Saat ini ramai masyarakat memperbincangkan penyakit yang sebenarnya sudah pernah terjadi di Indonesia. Namun, penyakit ini kembali dan memunculkan kekhawatiran masyarakat, khususnya bagi peternak sapi.Â
Hal tersebut dikarenakan sapi yang terkena penyakit ini sulit untuk disembuhkan dan mengakibatkan kerugian berupa daging dan susu yang tidak layak konsumsi dan resiko kematian masal pada ternak. Penyakit tersebut biasa disebut oleh masyarakat dengan penyakit cacar sapi atau Lumpy Skin Disease (LSD).
Lumpy Skin Disease (LSD) atau cacar sapi merupakan penyakit menular yang menyerang hewan ternak, khususnya pada sapi dan kerbau yang disebabkan oleh virus poxviridae yang dibawa (vektor) oleh nyamuk dan lalat.Â
Infeksi LSD pertama ditemukan pada tahun 1929 di Afrika dan kemudian menjadi penyakit yang menetap/endemis (Moris et al.;Sendow et al. 2021). Penyakit ini kemudian menyebar ke beberapa wilayah negara Eropa, Timur Tengah, dan Asia.
Selama ini kawasan Indonesia tergolong aman dari penyakit Lumpy Skin Disease. Namun, menurut data dari Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kulon Progo pada Januari 2023 lalu kasus LSD pertama muncul di Indonesia, tepatnya di Lampung. Kemudian mulai menyebar ke beberapa wilayah di Pulau Jawa.
Virus LSD memiliki kemampuan menyebar dengan cepat. Layaknya PMK (Penyakit Mulut dan Kuku), LSD dapat menjadi wabah yang merugikan peternak. Lebih dari itu, apabila kasus LSD menyebar luas, penyakit ini berpotensi mengancam perekonomian dan pembangunan di Indonesia. Maka dari itu, untuk mencegah munculnya kasus lainnya, perlu adanya pengenalan dan pemahaman yang lebih mendalam mengenai penyakit ini.
Gejala penyakit LSD dapat terlihat jelas secara fisik. Hal tersebut ditandai dengan kondisi tubuh sapi demam (mencapai 41,5 , tidak nafsu makan (badan kurus kering), lesu, terdapat benjolan-benjolan (nodul) di sekitar tubuh (khususnya pada bagian leher, punggung, dan perut), mengalami penurunan produksi susu, dan menghasilkan air liur yang berlebihan (hipersalivasi).Â
Pada sapi jantan penyakit ini dapat menyebabkan kemandulan (infertilitas) baik secara permanen maupun sementara, sedangkan pada sapi betina mengakibatkan keguguran (abortus) dan kemandulan yang bersifat sementara.Â
Secara umum, sapi yang terkena LSD sulit untuk sembuh total, karena infeksi lanjutan dapat terjadi, seperti munculnya penyakit pneumonia dan gigitan lalat pada benjolan dapat menyebabkan luka yang dalam (Sendow, et al. 2021). Namun, pada sebagian hewan ada yang tidak menunjukkan gejala klinis, meskipun telah terdeteksi adanya penyakit LSD ini (Issimov, et. al; Sendow, et al. 2021).
LSD disebabkan oleh virus pox yang ditularkan melalui gigitan nyamuk dan lalat. Ternak yang terinfeksi akan mengalami masa inkubasi  sekitar 2-5 minggu, tetapi secara percobaan, demam mulai terjadi 6-9 hari setelah terpapar virus (inokulasi) dan muncul benjol pada rentang waktu 4-20 hari setelah inokulasi (Sendow et al. 2021).Â
Sehingga OIE atau Organisasi Kesehatan Hewan Dunia memutuskan masa inkubasi LSD selama 28 hari (OIE. 2017; Sendow et al. 2021). Penularan penyakit ini sangat cepat, terutama pada sapi yang berada dalam satu kandang atau yang jarak kandangnya berdekatan. Sehingga, penting untuk memisahkan sapi yang telah terinfeksi dengan sapi yang sehat, agar penularannya dapat dikendalikan.
Ada beberapa cara yang dapat diterapkan untuk mengendalikan penularan dari virus LSD, antara lain dapat dilakukan vaksinasi secara berkala pada hewan ternak (khususnya pada sapi dan kerbau), apabila hewan ternak telah terinfeksi dapat dilakukan metode terapi dan pengobatan, pengendalian serangga (biosecurity), karantina, dan memperketat peraturan mengenai impor hewan maupun produk hewani dari negara yang dicurigai terpapar virus.
- Vaksinasi
Vaksinasi merupakan salah satu metode yang efektif untuk mengendalikan penyebaran penyakit LSD pada ternak. Pelaksanaan vaksinasi sendiri dapat dilakukan pada ternak yang sehat (belum terinfeksi) atau pada ternak yang sudah terinfeksi, namun dalam masa inkubasi.
- Terapi dan Pengobatan
Terapi dapat dilakukan pada sapi, namun hanya sebagai terapi support, yaitu dengan memberikan antibiotik untuk menghindari munculnya penyakit pneumonia dan infeksi sekunder atau dapat diberikan obat antiinflamasi untuk mengurangi rasa sakit pada sapi (Sendow et al., 2021).
- Pengendalian Serangga (Biosekuriti)
Seperti yang diketahui bahwa vektor dari LSD virus merupakan serangga seperti lalat dan nyamuk. Sehingga, penting untuk melakukan pengendalian serangga secara berkala dengan menjaga kebersihan kandang dan menggunakan insektisida.
- Karantina
Untuk mencegah penularan pada hewan ternak lain, maka sapi yang telah terinfeksi LSD virus harus segera dipisahkan ke tempat karantina. Hal ini dilakukan agar sapi yang terinfeksi tidak menularkan penyakit pada sapi yang sehat. Manfaat lain dari metode karantina yaitu dapat mengurangi kerugian peternak akibat sapi yang terinfeksi.
- Selektif Impor
Seperti yang diketahui, bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang pengimpor hewan maupun produk hewani. Dengan adanya permasalahan penyakit menular ini, pemerintah harus mengupayakan keamanan hewan dan produk hewani yang layak konsumsi. Salah satunya dengan memberlakukan peraturan yang ketat terhadap impor hewan dan produk hewani dari negara-negara yang terpapar virus LSD (Azim et al. 2022)
Sebelum LSD menyebar luas mengancam perekonomian dan pembangunan di Indonesia, pentingnya kita mengetahui lebih dalam mengenai penyakit ini dan cara penanganannya agar dapat mengedukasi masyarakat. Serta melibatkan peran dokter hewan apabila ternak telah terindikasi dan muncul gejala LSD, sehingga dapat meminimalkan penularan pada hewan ternak lain.
REFERENSI:
Azim, S., Sharma, B., Shabir, S., Akbar, H., & Venter, E. 2022. Lumpy skin disease is expanding its geographic range: A challenge for Asian livestock management and food security. The Veterinary Journal 279 (2022) 105785.
Sendow I, Assadah NS, Ratnawati A, Dharmayanti NLPI, & Saepulloh M. 2021. Lumpy Skin Disease: Ancaman Penyakit Emerging bagi Status Kesehatan Hewan Nasional. WARTAZOA Vol. 31 No. 2.
Pertapa. 2023. Penyakit LSD pada Sapi: Gejala, Penyebab, dan Cara Penanggulangannya. Website Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kulon Progo.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H