Mohon tunggu...
Yesi Wening Sari
Yesi Wening Sari Mohon Tunggu... Guru - Penulis

Iqra, menulis, berkreasi, dan bermasyarakat atau interaksi sosial.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Judi Online, Penipuan, Pornografi, dan Hutang, Pendidikan Bisa Apa?

30 Agustus 2024   12:40 Diperbarui: 30 Agustus 2024   13:10 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto : dokumen pribadi, rumah hanya tinggal kenangan rubuh karena hutang.

Di Indonesia tidak semua orang bisa merasakan pendidikan, bahkan membaca dan menulis pun masih banyak orang yang belum bisa. "Orang yang tidak bisa baca tulis, mereka itu tidak kenal pendidikan". Tentu tidak masalah jika ada yang beranggapan seperti itu, karena setiap orang punya kepala dan setiap kepala punya otak yang tentu berbeda pemikirannya. Seseorang yang bisa mengenali diri sendiri, mencintai diri sendiri, juga menghargai orang lain, bukankah mereka juga sudah berpendidikan? 

Pendidikan pada dasarnya merawat, menjaga, melindungi, serta berkasih sayang, hingga melahirkan aksi nyata dari sebuah perilaku. Perilaku dari karakter masing-masing dengan berlandaskan nilai-nilai dan norma. Pendidikan terjadi tidak hanya di lingkungan sekolah, melainkan pendidikan di keluarga sebenarnya menjadi pondasi yang penting. Pendidikan yang terjadi antara hubungan suami dan istri, dan hubungan orang tua dan anak, serta antar  kerabat. 

Kenyataannya tidak semua mempunyai keluarga yang sehat, ada saja masalahnya di keluarga itu, misalnya KDRT, hutang yang tidak bisa dilunasi, judi online, penipuan, dan lainnya. "Apakah pendidikan punya pengaruh kuat dengan masalah yang terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari?". Pikiran tersebut masuk akal saja, dan pasti berkaitan, jika seseorang tak kenal pendidikan dari orang tua, misal ajaran untuk rajin dengan pekerjaan rumah, bagaimana nanti-nantinya seorang anak itu bisa memasak, menyapu, dan mencuci pakaian.  

"Orang berlomba-lomba untuk menempuh pendidikan sebenarnya untuk apa? jika akhirnya menghabiskan biaya, sedangkan belum tentu akan menjadi orang yang sukses". Orang tua yang mempunyai mimpi tersebut, mengharapkan anaknya lebih dari kisah hidup orang tua, misal orang tuanya tidak tamat SR (Sekolah Rakyat). Tujuan orang tua tersebut tidak lain supaya suatu saat anaknya bisa sukses. 

Sukses dalam hal ini, misalnya anaknya bisa bekerja dengan layak, seperti seorang guru bahkan kalau bisa juga jadi PNS atau ASN. Herannya berbeda ketika para mahasiswa ditanya oleh dosennya, tujuan kalian di sini untuk apa, mereka akan menjawab menuntut ilmu. Pendidikan memang sudah terbukti, kebanyakan sudah menjadi wong, penulis juga kurang paham, dengan wong disini. Jadi wong (Indonesia: orang) kalau bisa bekerja dengan pakaian seragam, dan jelas menampilkan jenis pekerjaannya, sehingga yang apabila seseorang itu bekerja tidak menggunakan seragam, walaupun sebenarnya dia bekerja, maka tidak dianggap wong, menurut masyarakat seperti TNI & Polisi.

Pendidikan seharusnya menjadikan seseorang lebih memiliki sikap dan tata krama, yang mencerminkan nilai dan norma. Kenyataannya tidak demikian, urusan moral memang tidak mendasar dan tidak menjadi tugas utama seorang guru di sekolah, tetapi itu menjadi hal prioritas orang tua. Buah jatuh tak jauh dari pohonnya, seolah pandangan ini, apabila orang tuanya bermasalah atau sikapnya buruk, maka anaknya pun demikian, padahal belum tentu, karena anak juga terbentuk dari pengaruh lingkungan. (Ista Maharsi, FPSB UII, 2019).  

Pendidikan keluarga perlu menjadi mata pelajaran, begitupun dengan pendidikan di sekolah, dan pendidikan di masyarakat. Manfaatnya tentu sangat berpengaruh, misalnya jika mengenal pendidikan keluarga, maka tidak akan terjadi KDRT ataupun bunuh diri, paham hak dan kewajiban suami istri, paham peran perempuan dan laki-laki, sehingga tidak terjadi masalah kesetaraan gender.

Mata pelajaran pendidikan di sekolah mengajarkan seorang guru tidak pilih kasih kepada muridnya dan murid tidak membullying temannya, hingga dapat tutur kata yang sopan, dan lainnya. Pendidikan di masyarakat mengajarkan akan pentingnya anak suatu saat nanti untuk ikut bermanfaat bagi lingkungannya, selain itu mengerti akan musyawarah dan juga kehidupan bertetangga untuk saling berbagi dan menghargai. Konsep pendidikan yang membahas kehidupan sehari-hari sangatlah langka, padahal gunanya pendidikan harusnya dapat menjawab permasalah dalam hidup.  Pendidikan padahal sangat erat kaitannya dengan segala bidang aspek kehidupan. Pendidikan seolah terlepas dari akar budaya dan nilai-nilai pancasila.

Penulis mengamati masalah pendidikan yang harus diselesaikan dari arah mana. Apakah kualitas guru yang kurang atau fasilitas dari sarana dan prasarana sekola, atau juga kurikulumnya. Masalah di keluarga diselesaikan di rumah, masalah sekolah diselesaikan melalui BK (Bimbingan Konseling) misalnya, dan masalah di masyarakat diselesaikan melalui pelaporan ke aparat desa. Bila akhirnya saling berkaitan, maka interaksi antara keluarga dan sekolah harus benar-benar terbuka. Sehingga dapat menjadi solusi masalah anak, atau guru harus tahu latar belakang anak ini, namun tidak memandang serta merta buruk, atau pilih kasih pada murid.

Masalah di masyarakat dapat dibuat wadah atau ruang, agar masyarakat dapat  berdiskusi bertukar pikiran untuk mencari pandangan orang lain dalam menyelesaikan masalahnya. Ada anak muda yang menggerakkan, misal karang taruna atau sebuah komunitas. Akan tetapi yang mendapatkan pendidikan juga belum tentu terhindar dari masalah yang riskan ini, seperti contoh penipuan. Ternyata penipuan terjadi karena faktor dari luar. 

Namun banyak orang memiliki penilaian negatif dengan orang yang berpendidikan tinggi tetapi masih saja tekena penipuan, padahal penipuan sendiri tidak berpatokan dari tinggi rendahnya pendidikan yang ditempuh. Pendidikan membentuk adab yang baik, dengan berlandaskan nilai-nilai dan norma. Namun penipuan yang dijadikan sebagai pekerjaan sedangkan hutang masih belum lunas merupakan permasalahan hidup yang cukup merugikan. Pendidikan yang utama menurut Ki Hajar Dewantara terletak di keluarga, karena dari sana membentuk karakter, budi pekerti, dan cara berpikir. Tugas utama terlihat pendidikan bagi anak-anaknya. (Sania Amaliyah, UPI, 2021).

Indonesia masuk dalam kategori tingkat pornografi dan judi online tertinggi. Dampak dari kemajuan teknologi bukan hanya positif, tetapi juga negatif, dapat dilihat dari dua, yaitu mempengaruhi kesehatan dan keamanan.(wening, 2024). Kesehatan fisik ataupun mental/kejiwaan, kemudian keamanan dilihat dari penipuan, yang dapat mengambil uang, atau harta lainnya, sehingga tidak aman. Masalah yang terjadi akibat dampak negatif internet, dapat juga diatasi dengan pendidikan dari keluarga dan pendidikan agama misalnya melalui pencegahan, akan tetapi terkadang tidak semua orang menyadarinya. 

Di luar sana pendidikan agama hanya membahas persoalan keagamaan, dan hubungan dengan sesama manusia, padahal pendidikan agama bisa berhubungan kemana saja, "kenapa harus bawa-bawa agama?", karena dengan agama berarti menyadari akan keTuhanan, sehingga bisa sadar untuk tidak berbuat merugikan diri sendiri dan lingkungan, karena kalau berbuat buruk akan mendapatkan balasan yang buruk juga. segala sesuatunya tidak berlebih-lebihan. Beribadah kepada Tuhan memang terkadang tidak sejalan lagi dengan perilaku seseorang, pada akhirnya kembali ke masing-masing individu.

Masalah hutang ada kaitan erat dengan Kemiskinan. Kemiskinan itu adalah tidak punya atau tidak bisa makan dengan makanan yang sehat, bahkan mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, sandang, pangan, papan, mengalami kesulitan. Miskin apakah dilihat dari rumah saja, tentu bisa juga, bisa dari faktor dalam diri, kesadaran diri juga. Kaya apakah punya segala-galanya, begitulah yang dihadapkan pada realita. 

Orang-orang berburu dapat penghasilan dengan gaji besar. Pemimpin di Lampung Selatan, memberikan program bantuan rumah, bagaimana bila semua minta dibuatkan rumah, maka rumah boleh juga, tetapi lihat lagi latar belakang keluarga yang memperoleh rumah. Rumah geribik bisa bocor saat hujan, sehingga buat belajar dan tidur akan kesusahan, akan tetapi ini ada rumah yang hancur akibat keinginan yang tinggi dengan cara pinjam dana atau hutang dengan bunga yang lumayan, dengan syarat yang mudah, juga tidak bisa membedakan keinginan dan kebutuhan. 

Hutang bukan masalah umum, melainkan privasi dari setiap individu ataupun keluarga, akan tetapi dampaknya merugikan sekali. Sebagai saksi melihat kejadian bertengkar pasangan suami istri, yah menonton gratis, menyasar masuk ke halaman rumah. Pemicu masalah ekonomi menjadi ancaman yang serius, KDRT ataupun gantung diri. Bunuh diri tidak terjadi hanya di rumah, tetapi ada yang sampai di sekolah, tentu menjadi gambaran kisah menyedihkan tentang pendidikan. Media sosial juga menjadi pengaruh yang luar biasa, semua dikembalikan ke pelaku yang bermain HP, sedangkan jika masih anak-anak bisa diarahkan.  Pendidikan andragogi itu ada, pendidikan untuk orang dewasa atau orang tua, sehingga mengurangi pornografi yang menjalar kekerasan sekssual. 

Daftar Pustaka

Ista Maharsi, S.S., M.Hum. Buah Jatuh Tak Jauh dari Pohonnya, Benarkah?. (Universitas Islam Indonesia : Yogyakarta). https://fpscs.uii.ac.id/blog/2019/07/12/buah-jatuh-tak-jauh-dari-pohonnya-benarkah/.   

Sania Amaliyah. Konsep Pendidikan Keluarga Menurut Ki Hadjar Dewantara. Universitas Pendidikan Indonesia, 2021.

Penulis : Yesi Wening Sari. Alumni Pendidikan Agama Islam. 2016-2020. Universitas Islam Indonesia, suka membaca, dan berkreativitas.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun