Saya mendarat di Bandara Don Mueang, Bangkok, Thailand pada Minggu, 11 Juni 2023, untuk transit selama 3 jam dan melanjutkan penerbangan ke Siem Reap, Cambodia dalam rangka perjalanan dinas luar negeri. Hari tersebut mengingatkan saya momen tepat 6 tahun yang lalu, sejak kali pertama saya menginjakkan kaki di Bangkok.
Masih lekat di ingatan ketika saya membayar jasa potret di Wat Arun pada tahun 2017 silam dengan menggunakan uang Rupiah. Ya, para warga lokal Thailand dengan senang hati menerima mata uang Rupiah sebagai alat transaksi pembayaran. Hal tersebut tentu menjadi hal yang mengesankan bagi saya pribadi sebagai seorang turis saat itu.
Waktu masih menunjukkan pukul 6 pagi waktu setempat--tidak ada perbedaan waktu antara Jakarta dan Bangkok--sehingga saya berencana untuk membeli sarapan di bandara. Saya lalu menuju ke gate tujuan yang tercantum dalam boarding pass connecting flight. Berhubung saya hanya memiliki waktu transit 3 jam maka saya tidak berniat untuk menukarkan mata uang USD yang saya miliki ke pecahan Baht, mata uang Thailand. Saya memilih untuk melakukan transaksi pembayaran dengan metode Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS, baca: KRIS) melalui aplikasi e-wallet dalam smartphone.
Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh pihak Bank Indonesia bahwa sejak diluncurkan pada Agustus 2019 silam, QRIS terus mengalami pengembangan khususnya dalam upaya fasilitasi intermediasi dan saluran distribusi keuangan, diantaranya melalui pengembangan QRIS Cross Border atau QRIS Antar Negara. Model bisnis yang digunakan adalah Switching-to-Switching dengan negara-negara yang memiliki kerjasama pembayaran menggunakan QR.
Hal ini merupakan langkah inovatif QRIS dimana QRIS Cross Border merupakan salah satu inisiatif kolaboratif untuk membangun standarisasi infrastruktur settlement untuk perdagangan lintas batas. Sehingga masyarakat Indonesia akan dapat melakukan pembayaran di luar negeri hanya dengan memindai kode QRIS.
Cross Border Transaction sendiri merupakan upaya Bank Indonesia guna mendorong konektivitas dan keterhubungan antar negara. Diantaranya melalui Regional Payment Connectivity yang memberikan kemudahan dan pembayaran lintas batas negara. Upaya ini tengah diperluas Bank Indonesia bersama bank sentral negara ASEAN lainnya.
Nah, sejak 2021 silam Indonesia telah melakukan kerjasama dan piloting uji coba QRIS Cross Border dengan negara Thailand. Sehingga hal ini memungkinkan masyarakat Indonesia yang sedang berkunjung ke Thailand untuk dapat melakukan transaksi di beberapa merchant di Thailand dengan menggunakan aplikasi yang terhubung dengan QRIS.
Saya lalu menghampiri satu kios/merchant yang memiliki logo QR Code, dimana modelnya berupa QR statis yaitu QR yang tidak berubah (umumnya berbentuk sticker/acrylic). Saya menemui penjualnya dan menanyakan terlebih dahulu untuk memastikan apakah saya bisa melakukan pembayaran dengan melakukan scan QR Code dan mereka menjawab bahwa saya bisa melakukannya.
Akhirnya saya pun melakukan pembayaran dengan QRIS melalui aplikasi e-wallet DANA. Setelah saya melakukan scan QR Code, mata uang Rupiah yang saya miliki dalam saldo DANA langsung otomatis terkonversi ke mata uang Baht milik Thailand, begitupun dengan total harga barang yang perlu saya bayarkan. Maka, dengan mudahnya saya melakukan konfirmasi untuk melanjutkan dan melakukan pembayaran melalui scan QR Code dengan QRIS.
Jujur, hal ini tentu memberikan kemudahan tersendiri bagi saya pribadi, baik dari segi efisiensi, efektivitas, maupun keamanan karena saya tidak perlu membawa uang secara tunai/cash ataupun melakukan penukaran ke mata uang asing ketika melakukan perjalanan ke luar negeri. Hal ini semakin menekankan bahwa QRIS memang diperlukan untuk memperluas akseptasi pembayaran nontunai nasional secara lebih efisien. Inilah bukti nyata dan praktik baik bahwa QRIS Cross Border menjamin konektivitas sistem pembayaran ASEAN guna menuju perekonomian yang lebih integratif khususnya di negara-negara ASEAN.
Pengalaman saya dalam bertransaksi di merchant Bangkok, Thailand dengan menggunakan QRIS sejalan dengan tema penerapan QRIS yaitu UNGGUL (UNiversal, GampanG, Untung dan Langsung). Keunggulan yang dimiliki oleh QRIS benar-benar saya rasakan tidak hanya di dalam negeri tapi juga ketika melakukan transaksi pembayaran di luar negeri. Proses transaksinya juga berlangsung dalam waktu yang sangat singkat, sehingga tercipta efisiensi.
Saya pun mencoba melakukan olah data dan analisa sederhana berdasarkan data The Global Findex tahun 2021 guna melibat sebaran beberapa indikator antara lain penggunaan telepon dan internet; kepemilikan telepon; pembayaran digital; dan pembayaran pada merchant dengan menggunakan telepon pada negara-negara ASEAN. Hasil sebaran menunjukkan bahwa pangsa pasar di Thailand memang merupakan ekosistem yang potensial kaitannya dengan pembayaran digital.
Selain itu, secara keseluruhan terlihat bahwa kepemilikan telepon dan pembayaran digital cukup tinggi pada beberapa negara ASEAN seperti Thailand, Singapura, dan Malaysia. Sehingga hal ini dapat menjadi peluang yang potensial bagi Indonesia dalam menjalin kerjasama guna meningkatkan upaya konektivitas, kolaborasi dan integrasi proses pembayaran digital. Hal ini senada dengan hasil survei Digital Competitiveness Index terbaru yang dirilis oleh East Ventures pada tahun 2023 yang memotret metode pembayaran yang paling sering digunakan dimana posisi tertinggi adalah e-wallet (81%) lalu disusul oleh QR Code/QRIS sebesar 31%.
Bank Indonesia sendiri terus melakukan upaya akselerasi digitalisasi sistem pembayaran guna memperkuat ekosistem ekonomi dan keuangan dalam rangka mendukung pemulihan ekonomi. Pasalnya, Indonesia memiliki potensi dalam hal transaksi ekonomi dan keuangan digital yang cukup berkembang pesat diantaranya dapat terlihat melalui upaya akseptasi dan preferensi masyarakat khususnya melalui kemudahan sistem pembayaran digital. Implementasi standar nasional QR Code juga telah didukung dengan adanya penerbitan regulasi diantaranya penerbitan PADG No. 23/8/PADG/2021 tanggal 30 April 2021 tentang Perubahan PADG No. 21/18/PADG/2019 tentang Implementasi Standar Nasional QR Code untuk pembayaran.
Selain itu, dengan telah disusunnya Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia 2025 (BSPI 2025) yang merupakan arah kebijakan sistem pembayaran Bank Indonesia untuk menavigasi peran industri sistem pembayaran di era ekonomi dan keuangan digital, maka QRIS terus diperluas kaitannya dengan cakupan standardisasi instrumen dan layanan sistem pembayarannya. Langkah implementatif ini perlu terus diperkuat guna mendorong interoperabilitas dan efisiensi ekonomi dan mempercepat inklusi ekonomi dan keuangan di tanah air.
Akhir kata, sebagaimana kaitannya dengan Ekosistem Ekonomi dan Keuangan Digital di tahun 2025, maka diperlukan Quick Wins khususnya tentang inovasi pada sistem pembayaran ritel, diantaranya melalui akselerasi dan perluasan QRIS Cross Border Antar Negara. Disinilah letak peran penting Indonesia dalam perannya sebagai Keketuaan ASEAN Indonesia 2023. Langkah implementatif dan inovatif ini akan mampu meningkatkan konektivitas dan integrasi bidang ekonomi negara-negara ASEAN guna menjadi pusat pertumbuhan dunia. Semoga.
Referensi:Â
- Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia 2025
- East Ventures. 2023. Digital Competitiveness Index
- Laporan Tinjauan Kebijakan Moneter per Juni 2022
- Laporan Strategi Nasional Keuangan Inklusif 2021
- The Global Findex Database. 2021
- https://www.bi.go.id/id/fungsi-utama/sistem-pembayaran/blueprint-2025/default.aspx#:~:text=Blueprint%20berisi%205%20(lima)%20Visi,Regulasi%2C%20Perizinan%2C%20dan%20Pengawasan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H