Mohon tunggu...
Yesi Hendriani Supartoyo
Yesi Hendriani Supartoyo Mohon Tunggu... Penulis - Peneliti

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tiga Jangan, Hadiah Petuah dari Mama

23 Desember 2017   11:16 Diperbarui: 23 Desember 2017   11:19 981
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"... Kasih Ibu kepada beta, tak terhingga sepanjang masa; Selalu memberi tak harap kembali,; Bagai sang Surya menyinari dunia"

Sesuai namanya, Ibunda Siti Samsiyah benar-benar bagaikan mentari yang terus menyinari setiap sendi kehidupan anak-anaknya dan seisi rumah. Saya memanggil beliau dengan sebutan "Mama". Beliau  dilahirkan tanggal 10 Oktober dan saya dilahirkan tanggal 11 Oktober. Berkali-kali bahkan selang 28 tahun belakangan ini mama selalu bilang "Nak, kamu adalah hadiah terindah untuk mama". Hal ini tak pelak karena saya dilahirkan selang sehari setelah hari ulang tahun beliau. Sayangnya, terkadang saya khilaf dan lupa untuk merayakan semua kebaikan mama. Karena sejujurnya beliau memang tanpa pamrih melakukan semua kebaikannya terhadap kami anak-anaknya.

Bukti kecintaan dan dedikasinya terhadap keluarga tidak perlu diragukan lagi. Setelah menikah, mama memutuskan untuk berhenti bekerja. Mama mengurus anak-anak dan suami serta mencurahkan segenap kekuatannya untuk kami. Mama mendorong papa untuk sekolah lagi demi penjenjangan karir kedepan. Mama menyekolahkan anak-anaknya hingga perguruan tinggi, meskipun mama sudah merasa cukup berbekal ijazah sekolah menengah atas saja. "Anak-anak mama harus sekolah tinggi", kalimat ini yang selalu beliau ucapkan kepada kami. Bagi mama sekolah merupakan bekal terbaik yang bisa diberikan kepada kami anak-anaknya demi masa depan yang cemerlang.

dok: pribadi
dok: pribadi
Saya teringat kisah menarik ketika hari kelulusan Sekolah Dasar (SD) dahulu. Mama datang ke sekolah sebagai perwakilan orang tua murid untuk mengambil rapot. Ketika itu saya dan teman-teman diwajibkan menyuguhkan penampilan dengan menyanyikan lagu "Terimakasih Guruku". Dari panggung depan kelas saya melihat mama yang duduk di bangku barisan paling belakang menangis tiada henti sembari memegang sapu tangan. Ketika orang tua lainnya tampak tegar dan sesekali mengusap air mata, saya melihat mama yang tampak berbeda. Mama memang mudah tersentuh, beliau memiliki hati yang sangat lembut.

Belakangan kemudian saya mengetahui alasan beliau menangis kala itu. "Mama ingat kakak waktu masih kecil. Bagaimana susahnya kakak belajar setiap hari".Setelah kejadian tersebut, mama tidak pernah lagi datang mewakili orang tua murid untuk mengambil rapot. Papa lah yang kemudian menggantikan peran tersebut. Bukannya apa-apa, hal ini karena dikhawatirkan mama menangis lagi, hehe. Oh, mama ku sayang!

dok: pribadi
dok: pribadi
Tempo hari, saya merayakan hari ulang tahun ke-28. Bertepatan dengan ujian akhir masa studi saya selama 5,5 tahun di salah satu kampus ternama di Provinsi Jawa Barat. Mama berhalangan hadir ketika itu tapi saya meyakini do'anya tiada henti dirapalkannya dalam hati dan tidak hanya ketika beliau selesai menunaikan sholat lima waktunya, namun setiap saat. Doa yang dipanjatkan mama semata-mata demi kelancaran dan kemudahan segala aktivitas yang dilakukan anak-anaknya.

Keesokan harinya, saya menelpon dan mengabari mama serta mengucapkan terimakasih banyak atas doa dan semua kebaikan yang mama lakukan sehingga kemudahan selalu datang menghampiri. Alhamdulillah Puji Tuhan dipanjatkan kepada Allah Swt Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala kemudahan yang diberikan. Mama lantas tiada henti mengingatkan bahwasanya saya telah memasuki usia yang cukup matang untuk memperoleh tambatan hati. Mama menasehati secara hati-hati bahwa selain urusan akademik maupun karir, ada hal penting lainnya yang juga perlu mendapat perhatian lebih.

dok: pribadi
dok: pribadi
"Kak, ada tiga jangan yang mesti kakak ingat betul ya ketika sudah berumah tangga nanti. Jangan meremehkan, Jangan membandingkan, dan Jangan menuntut".Petuah "Tiga Jangan" inilah yang kemudian saya pegang teguh dan berusaha keras saya terapkan. Mama memberikan nasehat ini tentunya berdasar pengalamannya selama ini dalam berumah tangga. Mama selalu bilang bahwa memulai sesuatu pada awalnya cukup mudah, tapi mempertahankannya yang agak susah.

"Jangan meremehkan", apalagi merendahkan atau menghina. Seorang perempuan sudah kodratnya menjadi makmum (pengikut) bagi seorang lelaki yang notabene berperan sebagai imam atau pimpinan/kepala dalam rumah tangga. Sehingga jangan sampai status pendidikan, sosial, ekonomi, ataupun gelar mentereng yang dimiliki membuat kita gelap mata dan dengan mudahnya meremehkan, merendahkan atau menghina pasangan hidup kita yang dianggap tidak setara. Mama mengibaratkan sebuah rumah tangga sebagai rumah dan tangga yaitu sebuah kombinasi yang membutuhkan kerjasama untuk mencapai puncak teratas sebuah keharmonisan keluarga. Adapun status pendidikan tinggi yang dimiliki seorang perempuan tidak sepantasnya digunakan untuk menyombongkan diri di depan pasangan hidup melainkan untuk mendidik anak-anak demi memberikan masa depan yang terbaik untuk mereka kelak.

"Jangan membandingkan", merupakan petuah selanjutnya yang tidak kalah pentingnya. Tidak ada satupun orang yang senang dibanding-bandingkan apalagi perihal kekurangmampuan yang dimilikinya. Kita perlu menyadari bahwa setiap orang termasuk pasangan hidup kita memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing, nobodys perfect! Jadi, berusahalah sebisa mungkin untuk menerima segala kekurangan dan memperbaikinya perlahan serta mensyukuri segala kelebihan yang dimiliki pasangan hidup kita.

"Jangan menuntut", adalah dua patah kata yang mama tekankan betul kepada anak-anaknya terutama saya ketika kelak memiliki suami. Sebisa mungkin mama mengharapkan agar saya kelak dapat membeli barang-barang keinginan saya sendiri tanpa perlu meminta-minta kepada suami. "Kak, percayalah. Suami kita akan memberikan lebih kalau kita tidak banyak menuntut". Saya memang memperhatikan papa yang selalu memberikan yang terbaik untuk mama karena mama tidak pernah menuntut sedikit pun. Kesederhanaan mama malah menjadi kekuatan dan daya tarik terbesar yang dimilikinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun