"... Kasih Ibu kepada beta, tak terhingga sepanjang masa; Selalu memberi tak harap kembali,; Bagai sang Surya menyinari dunia"
Sesuai namanya, Ibunda Siti Samsiyah benar-benar bagaikan mentari yang terus menyinari setiap sendi kehidupan anak-anaknya dan seisi rumah. Saya memanggil beliau dengan sebutan "Mama". Beliau  dilahirkan tanggal 10 Oktober dan saya dilahirkan tanggal 11 Oktober. Berkali-kali bahkan selang 28 tahun belakangan ini mama selalu bilang "Nak, kamu adalah hadiah terindah untuk mama". Hal ini tak pelak karena saya dilahirkan selang sehari setelah hari ulang tahun beliau. Sayangnya, terkadang saya khilaf dan lupa untuk merayakan semua kebaikan mama. Karena sejujurnya beliau memang tanpa pamrih melakukan semua kebaikannya terhadap kami anak-anaknya.
Bukti kecintaan dan dedikasinya terhadap keluarga tidak perlu diragukan lagi. Setelah menikah, mama memutuskan untuk berhenti bekerja. Mama mengurus anak-anak dan suami serta mencurahkan segenap kekuatannya untuk kami. Mama mendorong papa untuk sekolah lagi demi penjenjangan karir kedepan. Mama menyekolahkan anak-anaknya hingga perguruan tinggi, meskipun mama sudah merasa cukup berbekal ijazah sekolah menengah atas saja. "Anak-anak mama harus sekolah tinggi", kalimat ini yang selalu beliau ucapkan kepada kami. Bagi mama sekolah merupakan bekal terbaik yang bisa diberikan kepada kami anak-anaknya demi masa depan yang cemerlang.
Belakangan kemudian saya mengetahui alasan beliau menangis kala itu. "Mama ingat kakak waktu masih kecil. Bagaimana susahnya kakak belajar setiap hari".Setelah kejadian tersebut, mama tidak pernah lagi datang mewakili orang tua murid untuk mengambil rapot. Papa lah yang kemudian menggantikan peran tersebut. Bukannya apa-apa, hal ini karena dikhawatirkan mama menangis lagi, hehe. Oh, mama ku sayang!
Keesokan harinya, saya menelpon dan mengabari mama serta mengucapkan terimakasih banyak atas doa dan semua kebaikan yang mama lakukan sehingga kemudahan selalu datang menghampiri. Alhamdulillah Puji Tuhan dipanjatkan kepada Allah Swt Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala kemudahan yang diberikan. Mama lantas tiada henti mengingatkan bahwasanya saya telah memasuki usia yang cukup matang untuk memperoleh tambatan hati. Mama menasehati secara hati-hati bahwa selain urusan akademik maupun karir, ada hal penting lainnya yang juga perlu mendapat perhatian lebih.
"Jangan meremehkan", apalagi merendahkan atau menghina. Seorang perempuan sudah kodratnya menjadi makmum (pengikut) bagi seorang lelaki yang notabene berperan sebagai imam atau pimpinan/kepala dalam rumah tangga. Sehingga jangan sampai status pendidikan, sosial, ekonomi, ataupun gelar mentereng yang dimiliki membuat kita gelap mata dan dengan mudahnya meremehkan, merendahkan atau menghina pasangan hidup kita yang dianggap tidak setara. Mama mengibaratkan sebuah rumah tangga sebagai rumah dan tangga yaitu sebuah kombinasi yang membutuhkan kerjasama untuk mencapai puncak teratas sebuah keharmonisan keluarga. Adapun status pendidikan tinggi yang dimiliki seorang perempuan tidak sepantasnya digunakan untuk menyombongkan diri di depan pasangan hidup melainkan untuk mendidik anak-anak demi memberikan masa depan yang terbaik untuk mereka kelak.
"Jangan membandingkan", merupakan petuah selanjutnya yang tidak kalah pentingnya. Tidak ada satupun orang yang senang dibanding-bandingkan apalagi perihal kekurangmampuan yang dimilikinya. Kita perlu menyadari bahwa setiap orang termasuk pasangan hidup kita memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing, nobodys perfect! Jadi, berusahalah sebisa mungkin untuk menerima segala kekurangan dan memperbaikinya perlahan serta mensyukuri segala kelebihan yang dimiliki pasangan hidup kita.
"Jangan menuntut", adalah dua patah kata yang mama tekankan betul kepada anak-anaknya terutama saya ketika kelak memiliki suami. Sebisa mungkin mama mengharapkan agar saya kelak dapat membeli barang-barang keinginan saya sendiri tanpa perlu meminta-minta kepada suami. "Kak, percayalah. Suami kita akan memberikan lebih kalau kita tidak banyak menuntut". Saya memang memperhatikan papa yang selalu memberikan yang terbaik untuk mama karena mama tidak pernah menuntut sedikit pun. Kesederhanaan mama malah menjadi kekuatan dan daya tarik terbesar yang dimilikinya.