Mohon tunggu...
Yesi Hendriani Supartoyo
Yesi Hendriani Supartoyo Mohon Tunggu... Penulis - Peneliti

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Reksa Dana, Alternatif Produk Investasi "Zaman Now"

2 November 2017   08:53 Diperbarui: 6 November 2017   20:39 1249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak muda berinvestasi? Bisa!

Saya sengaja melangkahkan kaki dari Bogor menuju Jakarta pada Sabtu (28/10) pagi ini khusus untuk mengikuti talkshow tentang investasi "Mitos atau Fakta? Investasi itu Enggak Ribet, Murah dan Aman" yang digagas oleh Kompasiana bekerjasama dengan BNP Paribas Investment Partners. Pembicaranya super keren seperti biasanya, jadi sayang untuk melewatkan event nangkring kali ini. 

Setibanya di stasiun Bogor, saya sekalian membeli koran Kompas sebagai bahan "sarapan". Menariknya, di rubrik keuangan bertepatan sedang membahas tentang anak muda dan investasi. Singkat cerita dijelaskan bahwa berdasar beberapa kajian ilmiah di berbagai Negara disimpulkan bahwa anak muda kerap lupa menabung dan berinvestasi. Hal ini dikarenakan ketertarikan mereka yang berlebih terhadap pelesiran ke luar negeri demi eksis di media sosial dan pelbagai kebutuhan konsumtif lainnya. Lupa? Ya!

Sepertinya permasalahan ini tidak hanya terjadi pada generasi muda, pun generasi sebelumnya. Perilaku "menyisakan" (dan bukannya menyisihkan!) masih menjadi hambatan dalam menabung maupun berinvestasi. Hal ini lantas menjadi salah satu pemicu "lupa" tadi. Lupa menabung dan lupa berinvestasi pada akhirnya hanya akan membuat kita menyesal kemudian. Perilaku hidup konsumtif tentu tidak lebih baik dari mereka yang memilih jalan untuk hidup produktif, kan?

Berkenaan dengan hal tersebut, ulasan yang cukup berbeda ditampilkan oleh hasil survey Nielsen Global Survey of Consumer Confidence and Spending Intentions Q3 2016 yang dirilis Oktober 2016 yang mengungkapkan bahwa konsumen online global lebih memilih mengalokasikan kelebihan dananya dalam bentuk tabungan dibandingkan untuk liburan, berinvestasi maupun menikmati hiburan luar rumah. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen global lebih nyaman menabung alias menyimpan untuk keperluan jangka pendek.

dok: databoks.katadata.co.id
dok: databoks.katadata.co.id
Tabungan merupakan jenis simpanan dengan jumlah rekening paling banyak. Rilis Lembaga Penjamin Simpanan menunjukkan bahwa jumlah rekening tabungan mencapai 180,25 juta atau 96,27 persen dari total rekening, yaitu 187,24 juta. Dan dari 96 persen jumlah rekening tersebut diduga terdapat sekitar 98 persen rekening masyarakat yang berada di kisaran nilai di bawah Rp 100 juta. 

dok: databoks.katadata.co.id
dok: databoks.katadata.co.id
Meskipun begitu, alternatif investasi tetap berpeluang. Buktinya, diperoleh informasi bahwa simpanan masyarakat paling banyak ditempatkan dalam bentuk deposito mengalahkan tabungan maupun giro. Kita ketahui bersama bahwa bunga deposito lebih tinggi dibanding tabungan maupun giro. Bagi sebagian masyarakat deposito merupakan salah satu instrumen investasi.

Fitur Deposito sebagai salah satu produk investasi cukup menarik minat dikarenakan deposito memiliki imbalan/return berupa bunga; Deposito memiliki masa jatuh tempo; Deposito dijamin pemerintah maksimal Rp 2 Miliar; Deposito memiliki pajak terhadap imbalan sebear 20 persen final; Sayangnya, deposito tidak memiliki pasar sekunder dan potensi capital gain.

Berdasarkan data, dari total simpanan masyarakat di perbankan senilai Rp 4.678,28 triliun, sekitar 44,7 persennya ditempatkan dalam deposito (simpanan berjangka). Meskipun secara nilai terbesar, tapi jumlah rekeningnya hanya 3,8 juta atau 2,03 persen dari total 187,24 juta rekening, menurut Lembaga Penjamin Simpanan). Sementara simpanan masyarakat dalam bentuk tabungan mencapai Rp 1.426,9 triliun atau 30,5 persen dari total simpanan dan berada di urutan kedua terbesar. Giro di posisi ketiga dengan jumlah simpanan mencapai Rp 1.084 triliun atau sekitar 23,17 persen dari total.

dok: databoks.katadata.co.id
dok: databoks.katadata.co.id
Keikutsertaan dalam Kompasiana Nangkring kali ini seakan membuka wawasan saya tentang peluang investasi yang sangat beragam. Saya seakan mampu mencicipi peluang "gurih"-nya keuntungan dalam berinvestasi. Perlahan saya memahami beragam produk investasi selain Deposito yang saya pahami selama ini, diantaranya Reksa Dana, Saham, ORI dan bahkan Sukuk Ritel dengan perbandingan fiturnya masing-masing.


Ibu Vivian Secakusuma, selaku petinggi dari BNP Paribas Investment Partners memaparkan beberapa produk Reksa Dana BNP Paribas. Reksa Dana sendiri memiliki imbalan (return) berupa kenaikan nilai aktiva bersih; Reksa Dana juga memiliki pasar sekunder dan potensi capital gain; Reksa Dana memiliki masa jatuh tempo; Reksa Dana memiliki pajak terhadap imbalan sebesar 5 persen yang dikenakan atas return yang diterima dari obligasi; Sayangnya, Reksa Dana tidak memiliki jaminan pemerintah. Nah, disinilah letak resikonya. Sebagai seorang investor yang gemar berinvestasi tentunya paham dengan istilah "High Risk, High Return", kan?

Adapun berdasarkan data, berikut merupakan produk Reksa Dana periode tahun 2010-2015:

dok: databoks.katadata.co.id
dok: databoks.katadata.co.id
Serta perkembangan jumlah Reksa Dana tahun 2015 yang terus mengalami peningkatan:

dok: databoks.katadata.co.id
dok: databoks.katadata.co.id
Berdasarkan data, Reksa Dana jenis pendapatan tetap mencatat imbal hasil (keuntungan) yang paling besar dibandingkan dengan jenis lainnya. Data Infovesta yang dilansir Kontan mencatat bahwa Reksa Dana pendapatan tetap memberikan keuntungan bagi investornya sebesar 3,76 persen sepanjang triwulan I 2017. Raihan ini lebih tinggi dari imbal hasil dari obligasi pemerintah maupun korporasi. Sementara Reksa Dana campuran memberikan keuntungan bagi investor sebesar 3,43 persen dalam tiga bulan pertama 2017. Adapun Reksa Dana saham memberikan imbal hasil sebesar 2,86 persen, lebih rendah dari kenaikan indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia yang naik 5,12 persen.

dok: databoks.katadata.co.id
dok: databoks.katadata.co.id
Pada akhir sesi, ada pengenalan tentang bagaimana caranya berinvestasi Reksa DanaBNP Paribas Investment Partners di aplikasi Paypro. Cara pengoperasiannya cukup mudah dan praktis. Melalui investasi menu dan registrasi Reksa Dana serta pengenalan tentang pengertian investasi dan Reksa Dana semakin memudahkan kita untuk berinvestasi Reksa Dana di era digital seperti saat ini.

dok: Materi PayPro, 2017
dok: Materi PayPro, 2017
dok: Materi PayPro, 2017
dok: Materi PayPro, 2017
Pada akhirnya kita perlu meyakini bahwa kita BISA investasi. Bisa disini tidak hanya soal KEMAMPUAN, melainkan juga KEMAUAN! Mulai sekarang, atur kembali perencanaan keuangan jangka pendek, menengah dan panjang melalui produk-produk investasi. Cermati fiturnya terlebih dahulu dan kemudian yakini bahwa kita bisa menjadi investor kapanpun dan berapapun modal awal yang dimiliki. Reksa Dana BNP Paribas milik BNP Paribas Investment Partners dapat menjadi pilihan dan solusi untuk mengatasi kendala faktor pembatas berupa waktu, modal, tenaga yang menghalangi kita berinvestasi. Yuk, investasi!

Referensi:

Facebook: Yesi Hendriani Supartoyo

Twitter: @yesihendriani

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun