Mohon tunggu...
Yesi Hendriani Supartoyo
Yesi Hendriani Supartoyo Mohon Tunggu... Penulis - Peneliti

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Mengangkat Pamor Kabupaten Tertinggal di Tanah Papua melalui Keunikan Potensi Lokal

18 Desember 2016   11:07 Diperbarui: 18 Desember 2016   11:52 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanah Papua, tanah yang kaya. Bukan hanya soal sumber daya tambang semata melainkan potensi lokal yang luar biasa. Papua juga bukan semata burung Cenderawasih atau Raja Ampat lagi dan lagi. Melainkan soal pariwisata dan kebudayaan yang menyimpan ragam keunikan negeri.

Pada September 2010 silam, saya berkunjung ke Pameran Nasional "Gebyar Kain Nusantara" yang diadakan oleh Museum Negeri Provinsi Sulawesi Utara. Saya mendapati kain dari tanah Papua yang begitu khas dan unik. Saya seakan melihat istimewanya daratan Papua dari sehelai kain yang dipamerkan.

Bekenaan dengan hal tersebut maka pariwisata di bidang Ekowisata merupakan bagian dari upaya pembangunan berkelanjutan di Tanah Papua. Sebut saja Taman Nasional Lorentz, yang merupakan perwakilan dari ekosistem terlengkap untuk keanekaragaman hayati di Asia Tenggara dan Pasifik (Nugroho 2011). Kawasan ini juga merupakan salah satu di antara tiga kawasan di dunia yang mempunyai gletser di daerah tropis. Taman Nasional Lorentz memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi dengan beberapa kekhasan dan keunikan yaitu adanya gletser di Puncak Jaya dan sungai yang menghilang beberapa kilometer ke dalam tanah di Lembah Balliem. Taman Nasional Lorentz juga memiliki keanekaragaman budaya yang mengagumkan. Diperkirakan kebudayaan tersebut berumur 30 ribu tahun dan merupakan tempat kediaman Suku Nduga, Dani Barat, Amungpe, Sempan dan Asmat. Kemungkinan masih ada lagi masyarakat yang hidup terpencil di hutan belantara ini yang belum mengadakan hubungan dengan manusia modern.


Selain itu terdapat pula ekowisata Taman Nasional Wasur yang merupakan perwakilan dari lahan basah yang paling luas di Papua yang belum “terkontaminasi” oleh aktivitas manusia. Taman Nasional Wasur memiliki keanekaragaman hayati bernilai tinggi sehingga kawasan ini lebih dikenal sebagai “Serengeti Papua”. Dimana istilah ini merujuk kepada lahan liar di belantara Afrika yang kaya akan biodiversitas.


Lebih jauh menyelami potensi lokal di Papua maka sejenak cobalah kita tengok beberapa kabupaten tertinggal di Provinsi Papua Barat dan Papua. Semisal Kabupaten Teluk Wondama, Sorong dan Raja Ampat di Papua Barat.  Serta kabupaten Puncak Jaya, Jayawijaya, Asmat, Nabire, dan Merauke di Papua. Kendati merupakan kabupaten tertinggal, masing-masing kabupaten ini menyimpan potensi kebudayaan unik dan pariwisata daerah yang potensial untuk dikembangkan lebih lanjut.

Kabupaten Teluk Wondama misalnya, memiliki potensi laut yang sangat kaya. Pun, kekayaan sumber daya hutan yang sangat tinggi. Kandungan bumi teluk Cenderawasih merupakan satu bentuk modal diam yang dimiliki, salah satu yang menjadi perhatian besar dalam potensi bahan galian ialah adanya bahan tambang berupa Mika. Potensi lain yang dimiliki ialah adanya Taman Nasional Laut Teluk Cenderawasih. Taman Nasional ini merupakan bagian dari ekowisata. Tingginya keanekaragaman dan terumbu karang yang indah menjadikan daerah ini potensial dalam pengembangan wisata bahari.


Kabupaten Sorong, masih menjadi salah satu kabupaten tertinggal di Papua Barat. Kendati julukan Kota Minyak telah melekat semenjak tahun 1947. Kabupaten ini merupakan salah satu penghasil minyak utama di Indonesia. Erat kaitannya dengan sektor industri pengolahan ialah sektor perdagangan. Sehingga kabupaten Sorong kerap berperan sebagai pintu gerbang guna membuka peluang bagi para investor untuk menanamkan modalnya. Fyi, kawasan perairannya dikenal sebagai habitat penyu belimbing.


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun