Mohon tunggu...
Yesi Hendriani Supartoyo
Yesi Hendriani Supartoyo Mohon Tunggu... Penulis - Peneliti

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

14-02-2014, Kalut Karena Kelud

14 Februari 2014   15:46 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:49 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagaimana tidak kalut? Pada hari yang digadang-gadang sebagai hari menebar kasih sayang, segenap warga Indonesia malah kembali dirundung duka, khususnya warga Jawa timur dan sekitarnya. Sejak bencana banjir Bandang yang menerjang Manado, banjir di ibukota serta letusan gunung Sinabung. Indonesia kembali harus berhadapan dengan bencana alam lainnya, erupsi Gunung Kelud yang terjadi pada Kamis (13/2) pukul 23.30 WIB dimana erupsi pertama terjadi pada pukul 22.50 WIB kemudian disusul erupsi besar pada pukul 23.30 WIB, sesuai laporan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Sebenarnya, terhitung Senin (3/2) status Gunung Kelud sudah waspada, hal ini berdasarkan laporan BNPB yang kala itu langsung melakukan koordinasi dengan 3 Badan Penanggulangan Bencana Derah di Provinsi Jawa Timur serta Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Adapun rapat koordinasi tersebut membahas seputar langkah antisipasi yang harus dilakukan terhadap Gunung Kelud. Pembahasan pun tak pelak menjelaskan mengenai tren dinamika Gunung Kelud dan pelbagai kekurangan langkah penanganan yang telah dilakukan sebelumnya misalnya ketika kejadian di tahun 1990 dan 2007.  Seperti diketahui bersama terkait sejarah erupsi Gunung Kelud yang rutin terjadi secara berkala dalam kurun waktu beberapa tahun.

Hingga pukul 08.34, sesuai dengan informasi dari Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB, Kepala BNPB, Bapak Syamsul Maarif telah melaporkan penanganan erupsi Gunung Kelud secara langsung kepada Presiden dan Presiden pun telah memerintahkan kepala BNPB untuk membantu menangani erupsi Gunung Kelud. Hingga kini erupsinya masih berlangsung meskipun terjadi penurunan tapi tremornya masih berlangsung walaupun diprediksi tidak ada kemungkinan terjadi erupsi besar lagi. Kendati demikian, proses evakuasi masih dilakukan. Laporan BNPB melansir bahwa jumlah daerah terdampak Gunung Kelud pada radius 10 km ada 35 Desa, 9 Kecamatan dan 3 Kabupaten yaitu Blitar, Kediri dan Malang dimana jumlah penduduk terpapar berkisar 201.228 jiwa. Info terbaru bahkan menyebutkan bahwa hujan abu vulkanik gunung Kelud sudah mencapai kota Bandung, Jawa Barat. Sehingga diharapkan agar  warga sekitar untuk menyiapkan masker dalam aktivitasnya.

Berdasarkan catatan dari Sukandarrumidi, dalam bukunya Bencana Alam dan Bencana Anthropogene, dijelaskan mengenai "keunikan" Gunung Kelud tersebut dimana Gunung tersebut memiliki "Pulau" di kawahnya. Berangkat dari situasi Gunung yang sulit ditebak, kejutan selalu kembali muncul. Kubah lava di dalam kawah yang panas merupakan fenomena baru, sehingga itulah kemudian yang menimbulkan danau kawah di Gunung Kelud ini. Perlu untuk diketahui bahwa Gunung Kelud merupakan salah satu gunung merapi paling aktif saat ini di Pulau Jawa, selain Merapi, yang telah membunuh ribuan penduduk di sekitarnya. Sejak tahun 1000, Gunung Kelud telah meletus 30 kali, dengan letusan terbesar berskala lima dalam Indeks Letusan Gunung Berapi. Berdasarkan sumber dari Bakosurtanal, dilaporkan bahwa Gunung Kelud tidak seperti gunung yang lain dimana bila akan meletus tidak mengeluarkan awan panas terlebih dahulu. Gunung akan meletus secara alami bila sudah terkumpul energi endogen cukup besar sehingga energi alam tersebut mampu menembus atau melontarkan material yang menutupi. Konsekuensinya secara tiba-tiba dapat terjadi ledakan yang dahsyat dan dapat menimbulkan bahaya bagi penduduk sekitar.

Sumber: Bakosurtanal.go.id

Kaitannya dengan tata ruang maka sudah sewajarnyalah kita berusaha hidup harmoni dengan resiko bencana yang ada. Kunci penting dalam manajemen kebencanaan antara lain terkait dengan upaya pengurangan resiko bencana yang dikembangkan melalui usaha-usaha peningkatan ketahanan masyarakat dalam menghadapi ancaman bencana. Membangun masyarakat yang tanggap bencana dapat disosialisasikan dan tentunya dilatih melalui sistem peringatan dini (early warning system), penyelamatan diri/evakuasi, pengetahuan medis, tanggap darurat dan rehabilitasi pasca bencana.

Pray for Kelud.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun