Mohon tunggu...
Yesi Hendriani Supartoyo
Yesi Hendriani Supartoyo Mohon Tunggu... Penulis - Peneliti

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

"Jika Miskin Berlanjut, Serahkan Pada yang Maha Kuasa"

24 Februari 2014   17:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:31 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalimat lucu-lucuan yang bila dibaca sepintas mungkin bisa membuat siapapun yang membacanya senyum-senyum kecut sendiri. Tapi bila dipahami mendalam, bisa jadi ini merupakan satu hal yang cukup filosofis dan mendasar, Ketika pemerintah dengan segala kebijakan yang ada, belum mampu mengentaskan kemiskinan yang notabene mengakar kuat di masyarakat Indonesia, hanya ada satu pilihan yaitu BERSERAH... Tapi bukan berarti hanya pasrah tanpa perlu melakukan apa-apa karena ... "Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka (QS 13:11)"

dok: http://1cak.com/400295

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Ibu Prof. Dr. Armida S. Alisjahbana, dalam artikel "Indonesia Dijadikan Acuan Oleh China Atasi Kemiskinan", pernah mengungkapkan bahwa pemerintah China menjadikan Indonesia sebagai acuan untuk mengatasi masalah kemiskinan akibat kesenjangan pendapatan di negeri tersebut. WHAT? Lalu kenapa mereka (baca: China) bisa melesat jauh dan menjadi begitu fenomenal dalam pengentasan kemiskinan sedangkan kita masih begini-begini saja, masih apa adanya dan belum ada apa-apanya. "Kesenjangan pendapatan penduduk yang berada di daerah pedalaman dengan yang berada di pantai timur di China tinggi sekali. Mereka belajar ke Indonesia mengenai upaya mengatasi kemiskinan yang dilakukan pemerintah kita", lanjut beliau. Sementara itu dalam tulisan Ibu Dr. Hendri Saparini berjudul "Pertumbuhan yang Tidak Mensejahterakan", diungkapkan mengenai perlunya meniru penciptaan lapangan kerja yang merupakan strategi China. Hal ini menjadi penting untuk digarisbawahi terutama upaya kerasnya dalam menciptakan lapangan kerja secara masif dan berkelanjutan. China mengawali pembangunan dengan membangun desa khususnya di sektor pertanian. Dengan konsentrasi orang miskin di perdesaan maka pembangunan pertanian menjadi solusi tepat karena tidak mensyaratkan SDM dengan pendidikan dan keterampilan yang tinggi, Indonesia semestinya dapat menarik pelajaran dari pengalaman China. Apalagi lebih dari 65 persen orang miskinnya berada di desa dan hampir separuhnya hingga saat ini hanya memiliki tingkat pendidikan maksimal SD. Strategi pengurangan kemiskinan yang diintegrasikan dengan strategi penciptaan lapangan kerja dan pemenuhan kebutuhan bahan pangan yang selama ini bergantung pada impor akan menjadi solusi pengentasan kemiskinan paling tepat bagi Indonesia. Insya Allah.

Gambar di atas menjelaskan mengenai tingkat kemiskinan China yang awalnya melebihi Indonesia lalu kemudian seiring waktu menjadi lebih rendah dari Indonesia. What the...

dok: http://1cak.com/469149

dok: http://1cak.com/95206

dok" http://1cak.com/1799

Seperti halnya diungkapkan dalam Korupsi yang Memiskinkan terbitan Kompas, dijelaskan mengenai kunci keberhasilan China yaitu pembangunan yang dimulai dari desa dan pertanian. Sementara kita? BIAS KOTA. Padahal desa menjadi rumah bagi sekitar 60 persen penduduk miskin dan sektor pertanian yang menampung 41 juta tenaga kerja, yang malah justru dianaktirikan. Program kemiskinan tentu perlu menyentuh langsung akar persoalan kemiskinan dan hak-hak dasar kelompok miskin, memiliki karakter penguatan lokal dan perlu mengatasi masalah kemiskinan multidimensi. Sudah saatnya kita akhiri cerita dan dongeng tentang kemiskinan di Indonesia yang seolah-olah tidak akan pernah ada habisnya ini. Bahkan kalau perlu tidak hanya sekedar kemiskinan yang diantisipasi tuk diakhiri tapi juga pemiskinan. Berantas hingga ke akarnya!

dok:http://1cak.com/403955

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun