Jenderal Soedirman adalah film yang menceritakan tentang Jendral Soedirman, pemimpin perang gerilya yang mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia walaupun menderita penyakit paru-paru. Film ini disutradarai oleh Viva Westi dan dibintangi oleh Adipati Dolken, Ibnu Jamil, Mathias Muchus, Baim Wong, dan Nugie.
Dengan durasi 126 menit, film ini tayang di bioskop Indonesia tepat 10 hari setelah peringatan hari kemerdekaan Indonesia ke-70 yaitu pada tanggal 27 Agustus 2015.
Dikutip dari Wikipedia, pembuatan film ini awalnya dari pertanyaan sederhana sang sutradara, Viva Westi tentang alasan mengapa seluruh daerah mempunyai jalan Soedirman, ia memiliki ide untuk mengangkat kisah Jenderal Soedirman dalam sebuah film. Sayangnya, idenya ditolak di berbagai rumah produksi dengan alasan tema yang kurang diminati masyarakat. Padahal film ini akan memberikan inspirasi soal cinta yang besar yang ditunjukan oleh Jenderal Soedirman kepada Indonesia.
Ketika Westi bertemu dengan Mantan Wakil Kepala Staf Angkatan Darat Kiki Syahnakri, ia mengungkapkan keinginannya untuk membuat film Jenderal Soedirman dan mendapatkan sambutan baik. Markas Besar Angkatan Darat melalui Yayasan Kartika Eka Paski mau mendanai film tersebut dengan dana 10-15 miliar. Tidak hanya dana, Yayasan tersebut juga memberi akses senjata dan lokasi syuting di hutan milik TNI Angkatan Darat.
Menurut saya, film ini memiliki alur yang menarik dengan suasana yang menegangkan. Untuk setiap tempat yang ditampilkan sangat menggambarkan suasana pada zaman penjajahan. Seperti hutan, rumah, dan lainnya sangat bagus dan menarik. Penokohan pun sudah cukup baik, apalagi karakter utama yang diperankan oleh Adipati Dolken yang merupakan idola remaja, membuat banyak remaja yang berminat menonton film perjuangan pahlawan.
Sebagai remaja yang menonton pun saya dapat mengerti cerita apa yang ingin penulis sampaikan, karena pengambilan kata dan alur yang mudah dipahami. Apalagi backsound film ini juga semakin menggambarkan suasana yang ditampilkan. Sehingga saya sebagai penonton larut kedalam cerita yang ditampilkan
Walaupun demikian, dikutip lagi dari Wikipedia film ini ternyata memiliki beberapa hal kontroversial menurut Didi Mahardika, cucu dari Presiden Soekarno antara lain sebagai berikut :
1. Adegan dialog antara Presiden Soekarno dan Jenderal Soedirman, yang seolah memperlihatkan perbedaan antara perjuangan melalui perundingan dan perang. Menurut Didi, ini dapat berpotensi menghilangkan makna persatuan dan kesatuan bangsa.
2. Adegan Presiden dan Wakil Presiden mengaku berbohong, berdosa atas janji dengan tidak bergerilya. Ini juga bisa menimbulkan kontroversi.
3. Adegan Soekarno yang meminta difoto ulang ketika berangkulan dengan Jendral Soedirman juga bertentangan dengan fakta sejarah
4. Adegan peran Tan Malaka dan tentaranya memberi kesan bertentangan dengan status Tan Malaka sebagai Pahlawan Nasional.
Menurut saya, film ini bagus mulai dari segi latar tempat, suasana, penokohan, dan lainnya sudah digambarkan dengan sangat baik. Walaupun begitu, menurut beberapa pihak film ini memiliki kontroversi, sang sutradara Westi sudah menanggapi dan menerima berbagai kritik maupun pujian mengenai film ini
Kesimpulannya, film ini saya rekomendasikan bagi para pemuda dan masyarakat lain agar bisa mengenang para tokoh pejuang kemerdekaan. Dan bisa mengambil segi positif dan nilai etika yang baik dari film ini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H