Jember dari sebuah kota yang dikenal sebagai penghasil tembakau hingga menjadi salah satu pusat ekonomi kreatif terkemuka di Jawa Timur merupakan kisah transformasi yang menginspirasi. Selama beberapa dekade terakhir, kota yang terletak di bagian timur Pulau Jawa ini telah mengalami perubahan signifikan dalam struktur ekonomi dan sosial budayanya, membuktikan bahwa tradisi dan modernitas dapat berjalan beriringan dalam menciptakan ekosistem ekonomi yang dinamis dan berkelanjutan.Sejarah Jember sebagai kota tembakau dimulai sejak masa kolonial Belanda, ketika perkebunan tembakau menjadi tulang punggung perekonomian wilayah ini. Kondisi geografis dan iklim yang ideal untuk pertumbuhan tembakau menjadikan Jember sebagai penghasil tembakau berkualitas tinggi yang dikenal hingga ke mancanegara. Namun, seiring dengan perkembangan zaman dan tuntutan diversifikasi ekonomi, Jember mulai melakukan transformasi dengan mengembangkan sektor ekonomi kreatif tanpa meninggalkan warisan budaya tembakau yang telah mengakar.
Perjalanan KotaTitik balik transformasi Jember terjadi pada awal tahun 2000-an dengan lahirnya Jember Fashion Carnaval (JFC). Event yang awalnya merupakan parade fashion sederhana ini berkembang menjadi festival bertaraf internasional yang menggabungkan unsur mode, seni pertunjukan, dan budaya lokal. JFC tidak hanya menjadi showcase kreativitas, tetapi juga katalis yang mendorong pertumbuhan industri kreatif lainnya di Jember. Para desainer lokal mulai bermunculan, industri pendukung fashion berkembang pesat, dan nama Jember mulai dikenal sebagai kota yang memiliki potensi kreatif yang luar biasa.
Keberhasilan JFC membuka mata berbagai pihak terhadap potensi ekonomi kreatif di Jember. Pemerintah daerah mulai mengambil langkah strategis dengan membuat kebijakan yang mendukung pengembangan ekonomi kreatif. Pembentukan sentra-sentra kreativitas, penyediaan ruang publik untuk kegiatan seni dan budaya, serta program pembinaan UMKM kreatif menjadi prioritas dalam agenda pembangunan kota. Universitas dan lembaga pendidikan tinggi juga turut berperan dengan membuka program studi yang relevan dengan industri kreatif dan melakukan riset-riset yang mendukung pengembangan sektor ini.
Salah satu aspek menarik dari transformasi Jember adalah bagaimana kota ini berhasil mengintegrasikan warisan budaya tembakau ke dalam ekonomi kreatif. Motif daun tembakau menjadi inspirasi dalam desain batik khas Jember, museum tembakau direvitalisasi menjadi ruang kreatif yang interaktif, dan festival-festival yang menggabungkan unsur tradisi tembakau dengan seni kontemporer mulai digelar secara reguler. Hal ini menunjukkan bahwa transformasi ekonomi tidak harus menghilangkan identitas asli sebuah kota.
Sektor kuliner kreatif juga menjadi salah satu pionir dalam transformasi ekonomi Jember. Para pengusaha muda mulai mengembangkan inovasi dalam pengolahan produk makanan tradisional, menciptakan fusion food yang menggabungkan cita rasa lokal dengan presentasi modern, serta mengembangkan café dan restoran dengan konsep unik. Tape singkong, yang merupakan produk khas Jember, mengalami revitalisasi menjadi berbagai produk turunan yang bernilai tambah tinggi. Industri kopi lokal juga berkembang pesat dengan munculnya kedai-kedai kopi artisan yang mengedepankan kualitas dan pengalaman konsumen.
Pemberdayaan komunitas menjadi kunci keberhasilan transformasi Jember. Berbagai program pelatihan, mentoring, dan inkubasi bisnis diselenggarakan untuk meningkatkan kapasitas pelaku ekonomi kreatif. Kolaborasi antara pemerintah, akademisi, pelaku bisnis, dan komunitas kreatif menciptakan ekosistem yang mendukung inovasi dan kreativitas. Program-program pemberdayaan ini tidak hanya fokus pada aspek bisnis, tetapi juga pada pengembangan soft skill, networking, dan pemahaman terhadap tren global.
Dampak transformasi ini terlihat dari meningkatnya kontribusi sektor ekonomi kreatif terhadap PDRB Jember, terciptanya lapangan kerja baru, dan berkembangnya industri pendukung. Multiplier effect yang dihasilkan juga mendorong pertumbuhan sektor pariwisata, perhotelan, dan jasa lainnya. Yang tidak kalah penting, transformasi ini telah mengubah persepsi masyarakat terhadap Jember dari sekadar kota tembakau menjadi kota kreatif yang dinamis dan progresif.
Namun, transformasi ini bukanlah tanpa tantangan. Akses permodalan, standardisasi kualitas produk, dan persaingan dengan produk dari daerah lain menjadi kendala yang harus dihadapi pelaku ekonomi kreatif. Regenerasi pelaku usaha dan adaptasi terhadap perubahan teknologi juga menjadi isu yang perlu mendapat perhatian khusus. Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan strategi yang komprehensif dan berkelanjutan dari semua pemangku kepentingan.
Transformasi Jember dari kota tembakau menjadi hub ekonomi kreatif membuktikan bahwa dengan visi yang jelas, komitmen pemangku kepentingan, dan partisipasi aktif masyarakat, sebuah kota dapat melakukan transformasi ekonomi tanpa kehilangan identitasnya. Keberhasilan Jember dapat menjadi model bagi kota-kota lain yang ingin mengembangkan ekonomi kreatif sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Dengan fondasi yang telah dibangun dan visi ke depan yang jelas, Jember siap melangkah maju menjadi salah satu pusat ekonomi kreatif terkemuka di Indonesia.
Untuk memperkuat posisi Jember sebagai hub ekonomi kreatif, beberapa inisiatif strategis perlu dikembangkan dalam jangka pendek dan menengah. Pembentukan Jember Creative Network (JCN) sebagai wadah kolaborasi antar pelaku ekonomi kreatif dapat menjadi langkah awal yang signifikan. JCN dapat berfungsi sebagai platform untuk berbagi pengetahuan, membangun kemitraan, dan mengembangkan proyek-proyek kolaboratif yang inovatif.
Pengembangan kampung-kampung tematik kreatif juga perlu diprioritaskan untuk menciptakan destinasi wisata kreatif yang menarik. Setiap kampung dapat mengangkat tema spesifik seperti kampung batik, kampung digital, atau kampung kuliner, yang tidak hanya menjadi pusat produksi tetapi juga pusat edukasi dan wisata kreatif. Konsep ini telah terbukti berhasil di beberapa kota kreatif dunia dan dapat diadaptasi sesuai dengan konteks lokal Jember.
Penguatan aspek riset dan pengembangan dalam ekonomi kreatif juga menjadi kunci keberhasilan transformasi Jember. Pembentukan Creative Research and Development Center yang melibatkan kolaborasi antara perguruan tinggi, industri, dan pemerintah dapat menjadi solusi untuk menghasilkan inovasi berkelanjutan. Pusat ini dapat fokus pada pengembangan material baru berbasis sumber daya lokal, desain produk yang berkelanjutan, dan teknologi tepat guna untuk industri kreatif.
Dengan implementasi strategi-strategi tersebut, ditambah dengan komitmen yang kuat dari seluruh pemangku kepentingan, Jember memiliki potensi besar untuk menjadi role model pengembangan ekonomi kreatif di tingkat nasional dan bahkan internasional. Transformasi yang telah dilakukan hingga saat ini menjadi bukti nyata bahwa dengan kreativitas, inovasi, dan kolaborasi yang tepat, sebuah kota dapat menciptakan identitas baru yang lebih dinamis dan berkelanjutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H