Mohon tunggu...
Yesi Arela
Yesi Arela Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya yesy arella hobby saya menyanyi

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Perkembangan politik nasional sampai saat ini

4 Januari 2025   21:26 Diperbarui: 4 Januari 2025   21:26 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orde Baru: Pembangunan Ekonomi dan Sentralisasi Kekuasaan

Pada 1966, Soeharto mengambil alih kekuasaan melalui Orde Baru. Masa ini dikenal dengan stabilitas politik yang diprioritaskan melalui pendekatan sentralistik. Soeharto menggunakan Golongan Karya (Golkar) sebagai alat politik utama untuk mendominasi pemerintahan.

Meskipun stabilitas politik berhasil diwujudkan, demokrasi mengalami kemunduran. Kebebasan pers dibatasi, partai politik dikooptasi, dan suara oposisi ditekan. Namun, Orde Baru juga berhasil membawa pertumbuhan ekonomi yang signifikan, terutama pada 1980-an.

Namun, krisis ekonomi Asia pada 1997 menjadi titik balik bagi rezim ini. Demonstrasi besar-besaran dan tekanan rakyat akhirnya memaksa Soeharto mundur pada 1998, menandai berakhirnya Orde Baru.

Reformasi: Kebangkitan Demokrasi

Reformasi 1998 membuka jalan bagi demokrasi yang lebih inklusif. Pembatasan masa jabatan presiden, otonomi daerah, dan kebebasan pers menjadi beberapa pencapaian besar era ini.

Pemilu pertama yang demokratis digelar pada 1999, dan sejak saat itu, pemilu menjadi sarana utama untuk menentukan pemimpin nasional maupun daerah. Reformasi juga memunculkan partai-partai baru yang memberikan alternatif pilihan kepada masyarakat.

Namun, demokrasi Indonesia masih menghadapi tantangan. Korupsi, politik uang, dan polarisasi akibat isu SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan) seringkali menjadi masalah utama dalam proses politik.

Era Digital: Transformasi Politik Nasional

Di era modern, teknologi digital membawa perubahan besar dalam politik nasional. Media sosial menjadi alat kampanye yang efektif, baik untuk partai politik maupun calon independen. Platform seperti Facebook, Twitter, dan Instagram digunakan untuk menyampaikan visi, misi, dan program kerja kepada pemilih.

Namun, era digital juga membawa tantangan baru. Penyebaran hoaks, ujaran kebencian, dan politik identitas menjadi masalah serius yang dapat mengganggu stabilitas politik nasional. Regulasi yang efektif dan edukasi digital menjadi kunci untuk mengatasi tantangan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun