Mohon tunggu...
Yesaya Whisnu Wardhana
Yesaya Whisnu Wardhana Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Writing Enthusiast, Longing for changes, and most of all, God oriented \r\nTwitter: @jezzwardhana, philosophy maker #KnowledgeIsPain\r\nKnowledge is pain but you have to keep working on it to make yourself a brainiac

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kebangkitan Ethiopia: Awal Dari Sebuah Kerja Keras Dan Keberanian

19 Maret 2014   19:59 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:45 3705
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Ethiopia, negara yang dikenal dengan kemiskinan paling parah didunia ini ternyata memiliki banyak asset, khususnya dalam hal peradaban budaya dan pemandangan yang cukup indah bagi traveler yang hendak melakukan perjalanan disana. Selain itu, terdapat juga situs-situs bersejarah, seperti kota tua (ancient city) yang digambarkan sebagai ‘Camelot of Africa’ dan kemudian ada bangunan-bangunan gereja yang telah berdiri sejak abad ke-12 dan kini oleh UNSESCO dijadikan sebagai keajaiban dunia yang ke-8.

Ethiopia sendiri memiliki sejarah yang panjang dan menggelora: dari awal mula sejarah yang tercatat, diketahui bahwa Mesir, Yunani dan Romawi memiliki kontak komersial dan kultural di negara yang berada di kawasan Afrika Timur itu, hingga pelaksanaan Maxist State di tahun 1974, kemiskinan dan kelaparan mulai melanda negeri itu. Hingga akhirnya mengundang perhatian dunia untuk mebantu meringankan kemiskinan dan kelaparan yang ada di negara itu dan sampai saat ini, Ethiopia dapat melaksanakan pembangunannya dibeberapa sektor, khususnya di sektor ekonomi yang dibuktikan dimana Ethiopia  dapat mengekspor makanan. Kebangkitan Ethiopia dari perjuangan panjang ini telah menjadi symbol dari semangat yang berani dan pantang menyerah. Sekarang banyak sekali dijumpai gedung-gedung pencakar langit di Ethiopia, khususnya di Addis Ababa

Kebangkitan Ethiopia ini juga tak luput dari aliran dana dari beberapa investor, salah satunya investor asal Amerika Serikat bernama, Gabriel Schulze merupakan investor pertama yang memulai dana ekuitas swasta pertama di Ethiopia dan setelah 7 tahun dia menanamkan modal di Ethipia, ekuitas swasta lain saat ini mengantri untuk menanamkan modal di negara yang beribu kota di Addis Ababa itu. Hal yang menarik para investor untuk menanamkan modal di Ethiopia adalah sektor ekonomi pasar yang luas tapi belum dimanfaatkan maksimal dan kebanyakan dari pasar yang luas ini adalah sector swasta yang baru lahir.

Pemerintah Ethiopia pada dasarnya membatasi investasi asing, khususnya yang ada di sektor retail, perbankan, dan telekomunikasi maka dari itu para investor asing ini lebih memilih untuk menanamkan modalnya pada sektor pasar yang berada  dalam keadaan kritis.

Hingga saat ini banyak perusahaan-perusahaan asing di segala bidang telah berdiri di Ethiopia, seperti perusahaan asset yang berbasis di Inggris, Duet group dan Vasari telah berhasil membuat investasi ekuitas swasta terbesar di Ethiopia, kemudian ada perusahaan makanan dari Afrika Selatan, Tiger Brand telah membeli saham perusahaan manufaktur pasta, tepung dan biskuit di tahun 2011. Perusahaan investasi Silk yang berbasis di Inggris telah membeli saham minoritas yang ada di perusahaan pembuat biskuit, NAS tahun lalu, sementara Schulze Global Investment juga membeli saham minoritas di perusahaan makanan lain.

Selain sektor pemasaran, sektor transportasi di Ethiopia juga diperlebar dengan dibangunnya railways yang ditujukan untuk mengurangi kemacetan serta polusi udara di Addis Ababa. Pembangunan railway ini membangun sekitar 2.400 km elektronik railway, ditambah 34 km light rail di Addis Ababa dan pembangunan ini telah menajdi bagian dari usaha “Pertumbuhan dan Transformasi” yang diprediksi akan selesai di tahun 2015

Ethiopia adalah negara dengan penduduk sekitar 70 juta jiwa, terdiri dari berbagai suku dan bahasa. 35% penduduknya beragama Islam yang kebanyakan penganutnya tinggal di kota Harar, dan separuh penduduknya beragama Kristen orthodox yang sudah lama dianut oleh penduduk Ethiopia pada abad ke 4SM, jauh sebelum Eropa menerima Kekristenan, sisanya adalah agama tradisional dan Yahudi. Dalam sejarahnya, Ethiopia adalah negara Afrika yang tidak pernah dijajah oleh bangsa Eropa. (Sumber)

Dari fakta ini, saya mau berbagi bahwa negara yang dulunya sangat miskin saja bisa mengalami suatu “Breakthrough” apalagi Indonesia yang memiliki begitu banyak asset dan kekayaan alam melimpah. Pastinya bisa lebih maju dari Ethiopia.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun