Sekolah adalah institusi yang telah menjadi bagian integral dari kehidupan kita. Di indonesia, seorang anak harus mengikuti wajib belajar selama 12 Tahun. Yang mana Sekolah dasar selama 6 tahun, Sekolah Menegah Pertama selama 3 tahun dan sekolah menengah atas selama 3 tahun, ditambah untuk pendidikan setelah SLTA.Â
Secara umum, kita tahu bahwa fungsi dari sekolah adalah wadah tempat berlangsung nya aktivitas pendidikan. sederhananya tempat terlaksananya kegiatan belajar mengajar. Kegiatan belajar mengajar itu dilakukan antara guru dan murid. Guru memberikan pengajaran sesuai bidang yang ditekuni nya, dan Murid menerima pengajaran dari guru, Guru memberikan tugas dan murid mengerjakannya, guru menasehati dan murid melakukannya. Secara umum akan terlihat seperti itu, dan kegiatan itu akan berlangsung hingga sang murid tamat.
Namun, dalam perjalanan pendidikan saya, saya sering melihat sekolah sekolah yang melabeli sekolahnya dengan label akreditas Unggul. Yang mana untuk masuk kesana saja harus melewati berbagai proses seleksi. Ada banyak berkas yang harus terpenuhi, dan juga tidak lupa akan biaya yang harus di keluarkan untuk dapat bersekolah disana. Ya, walaupun saya seorang yang biasa biasa saja, dan tidak pernah lolos masuk menjadi murid sekolah-sekolah favorit.
Hal itu menunjukkan bahwa ada fungsi lain dari sekolah, selain dari tempat berlangsung nya kegiatan belajar mengajar tersebut. Jika disekolah biasa yang tidak ada embel-embel akreditasi "Unggul", memang nya tidak akan mendapatkan pelajaran yang sama dengan mereka yang ada disekolah dengan akreditasi unggul. Tentu saja sama, sebab yang mengatur "agenda pendidikan" adalah kementrian pendidikan. Jadi, mengapa ada perbedaan sekolah biasa dan sekolah sekolah unggul.Â
Melihat dari kejadian itu, kalau boleh digambarkan tujuan dari sekolah ada dua bentuk seperti gambar berikut kontinu. Yang mana sekolah itu berfungsi untuk Learning dan Signaling . Apa itu Learning dan Signaling? Simak pada artikel ini.
Jika dilihat dari gambar diatas, maka akan menampilkan dua gambar Universitas dan sebuah untaian garis panjang. Disini akan membandingkan antara Universitas Terbuka dan Universitas Hardvard. hal ini dapat menggambarkan bagaimana fungsi dari sekolah yang merupakan tempat berlangsung nya pendidikan untuk Learning dan Signalling.Â
Disisi sebelah kiri gambar, ada Universitas Terbuka, yang mana siapa saja dapat menjadi mahasiswa Universitas Tersebut dengan syatar berkas dan dapat membayar biaya kuliah. Â Yang mana acceptance rate pada universitas ini dapat mencapai 100%. Sedangkan disisi lain, ada Universitas Harvard. Menjadi Mahasiswa kemungkinan diterimanya hanya 4%. Â Padahal mungkin Anda punya nilai SAT tinggi, pernah juara olimpiade matematika dan sanggup membayar mahal. Hanya mereka yang benar-benar berkualitas tinggi yang bisa belajar di Harvard.Â
Disinilah kita dapat memperhatikan letak perbedaanya. Walau mahasiswa UT dan mahasiswa Harvard sama sama belajar.
1. Mahasiswa yang keterima di Harvard, adalah mahasiswa pilihan terbaik dari seluruh negeri. Mereka mulai dari awal sudah menjadi orang cerdas, walau tidak diajarin sekalipun. Ketika mereka lulus, pasti akan mendapatkan banyak lamaran pekerjaan dari perusahaan ataupun instansi pemerintah, jika mereka melamar. Namun, banyak juga yang sudah dilamar oleh perusahaan. Contoh nya adalah Pak Menteri Nadiem Makarim, yang telah mendirikan Gojek dan Zalora hingga sekarang beliau menjadi Menteri Pendidikan. Beliau adalah orang cerdas, sebagai mahasiswa Bisnis Harvard yang mampu terjun ke dunia Enterpreneur langsung setelah tamat kuliah.Â
Mendapatkan gelar dari Harvard sering dianggap sebagai prestasi yang luar biasa, dan itu dapat membuka pintu banyak peluang. Namun, biaya pendidikan di Harvard sangat tinggi, dan tidak semua orang memiliki akses ke institusi semacam itu. Harvard sering digunakan sebagai sinyal prestise yang menunjukkan kepada pemberi kerja bahwa seseorang memiliki bakat dan kemampuan tertentu.