Terkadang, kita justru mempersulit kenyataan yang terjadi. Pemacu jantung kita (pacemaker) ini walaupun sudah menjalankan tugasnya untuk memacu jantung, tidak akan bekerja optimal ketika kita tidak merawatnya dengan pola hidup yang sehat. Tidak menutup kemungkinan bahwa masalah pada sistem respirasi juga dapat berimbas kepada sistem peredaran darah kita. Misal kanker paru-paru. Tentunya mekanisme peredaran darah akan terganggu, baik peredaran darah besar maupun peredaran darah kecil. Justru yang lebih parah yakni darah akan membawa kanker untuk menginfeksi jantung maupun seluruh tubuh. Dalam kondisi ini, yang bermasalah sistem respirasi. Namun, tidak dipungkiri bahwa sistem respirasi memiliki hubungan erat pada sistem peredaran darah.
Suatu penyakit tentunya perlu di diagnosa agar memudahkan dokter menangani penyakit yang dialami pasien. Terkusus penyakit yang berat, terdapat tingkatan/stadium yang mengindikasikan tahapan penyakit tersebut. Dalam dunia medis, kita mungkin tidak asing dengan istilah tes elektrokardiogram. Tes ini dapat membantu dokter menganalisa penyakit gagal jantung yang dialami pasien dengan memperhatikan ritme jantung. Dalam tes elektrokardiogram, aktivitas elektrik jantung dicatat melalui elektroda yang dipasang pada kulit pasien. Tentunya, akan ada pendiagnosa penyakit jantung dengan cara lain juga, tidak harus selalu dengan menggunakan tes ini. Namun, tes elektrokardiogram dapat mewakili apakah pemacu jantung masih bekerja dengan normal atau sudah mengalami kerusakan dan beralih ke nodus AV.
Setelah dilakukan pemeriksaan, apabila pasien positif terkena gagal jantung, maka akan ada klasifikasi tingkatan kusus. Tingkat pertama, yakni tidak ada gejala saat melakukan aktivitas normal. Tingkatan kedua, gejala tidak muncul saat istirahat, namun gejala akan memengaruhi aktivitas normal pasien. Tingkat ketiga, gejala akan terjadi ketika pasien melakukan aktivitas ringan sekalipun. Tingkat keempat, yakni tingkat terberat dan gejala akan dirasakan pasien bahkan saat pasien sedang beristirahat.
Setelah kita mengetahui beragam sebab dan akibat, dapat disimpulkan secara garis besar bahwa 1 pemacu jantung saja tidak berfungsi, maka kita bisa terkena penyakit gagal jantung. Hal ini dipertegas dengan salah satu penyebab gagal jantung yakni ritme jantung yang berkurang. Nodus SA yang sudah mengalami masalah akan menurunkan kinerja denyut yang akan mengakibatkan berkurangnya ritme jantung dan rentan terjadinya gagal jantung.Â
Namun dapat disimpulkan juga, bahwa jika nodus AV dan pemacu cadangan lain masih berfungsi, berarti masih ada denyut untuk mengedarkan darah. Dengan demikian tingkatan gagal jantung tidak terlalu tinggi. Berbeda kondisi ketika 4 pemacu jantung kita tidak berfungsi sama sekali, tingkatan gagal jantung akan jauh lebih tinggi. Untuk menanggulangi hal ini terjadi, para pakar sudah menyediakan salah satu ala pacu jantung yakni Implantable cardioverter-defibrillator (ICD). Fungsi ICD sama seperti alat pacu jantung. Perangkat dihubungkan ke jantung melalui pembuluh darah dan akan terus memonitor detak jantung.Â
Mencegah tentunya lebih baik. Maka untuk menjaga pacemaker kita tetap stabil bekerja memacu jantung, kita memerlukan olahraga rutin dan sehat. Dengan menjalani olahraga, jantung akan terbiasa untuk terpicu dengan stabil, menjaga detak jantung normal, dan dapat melatih tubuh yang membutuhkan darah dan oksigen dalam kondisi terdesak. Menjaga pola makan yang baik juga merupakan upaya dalam mencegah kerusakan pacu jantung yang kita miliki.
Sekian pembahasan mengenai gagal jantung, semoga dapat memberi informasi dan wawasan baru bagi para pembaca. A.M.D.G
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H