Mohon tunggu...
Yesaya Selvix (JEJE)
Yesaya Selvix (JEJE) Mohon Tunggu... -

Always KEEP CALM and BE YOURSELF

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pancasila Masih Sekedar Teori

25 Oktober 2017   17:42 Diperbarui: 25 Oktober 2017   17:52 1558
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kelima Sila Pancasila. Sumber: Pekat Jabar

Di sila kedua kita diharuskan untuk mengakui persamaan derajat, hak, dan kewajiban antar sesama yang ujungnya akan terwujud sila ketiga. Karena sila ketiga sudah terwujud yakni Indonesia sudah bersatu, maka kita sebagai warga negara Indonesia wajib mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat karena kedaulatan tertinggi ada di tangan rakyat, hal ini akan menciptakan sila keempat yang optimal. 

Di sila akhir, kita akan mewujudkan semua dalam bentuk nyata berupa gotong royong dan mencerminkan sikap dan perbuatan luhur. Maka dari itu, kelima sila ini memiliki hubungan yang erat satu dengan yang lain sehingga tidak dapat berdiri sendiri.

Walaupun kita sudah mengerti secara teori mengenai Pancasila sebagai dasar negara, nyatanya kita masih memiliki banyak konflik yang menentang prinsip Pancasila. Itu berarti dasar negara kita belum menjadi pedoman yang utama. Bukti konkret dari pelanggaran Pancasila seperti konflik Poso yang terjadi 3 kali pada tanggal 25 -- 29 Desember 1998, 17-21 April 2000, dan 16 Mei -- 15 Juni 2000. Tentunya, konflik Poso ini melibatkan kaum muslim dan kaum kristen. Hal ini merusak dasar Pancasila sila pertama. Jika kita melihat kembali tragedi kemanusiaan Trisakti di jaman reformasi tepatnya pada tanggal 12 Mei 1998, kondisi negara kita saat itu sangat genting. Hanya karena Presiden kedua Indonesia, sila kedua akhirnya terlanggar.

Sila ketiga yang mengutamakan persatuan keutuhan Bangsa Indonesia ternyata juga memiliki contoh konflik diantaranya muncul Gerakan Aceh Merdeka, Organisasi Papua Merdeka (OPM), hingga lepasnya Timor Timur dari NKRI. Itu bentuk perwujudan nyata bahwa sila ketiga juga masih belum terwujud secara optimal. Jika kita melihat realita sekarang ini, seperti banyaknya kasus bullying dan mempermalukan satu oknum di depan umum merupakan bentuk bahwa sila keempat dalam pancasila juga masih belum terwujud. 

Hingga kasus-kasus saat ini yang masih belum terpecahkan seperti kemiskinan, ketimpangan dalam pendidikan, dan ketimpangan dalam pelayanan kesehatan yang masih menentang sila kelima. Hal ini patut dipertimbangkan bahwa ternyata untuk mewujudkan dasar negara kita saja yang hanya berpedoman pada lima pilar sudah mengalami kesulitan yang luar biasa serta terdapat konflik-konflik yang terjadi. Maka tentu saja terdapat faktor-faktor mengapa Pancasila belum tertanam dalam di diri rakyat Indonesia. Penulis memiliki beberapa opini berkaitan hal ini.

Faktor pertama, mengenai lingkungan keluarga dan sekolah. Tentu saja pengaruh keluarga maupun ajaran dari guru di sekolah yang baik, akan membawa anak ke jalan yang benar. Maka penting sekali agar prinsip pedoman Pancasila telah ditekankan dari jenjang yang lebih dini seperti SD. Sehingga, masyarakat yang tercipta dapat lebih memiliki pedoman pada dasar negara kita. 

Faktor kedua, mengenai teknologi informatika. Telah kita ketahui jaman sekarang, teknologi semakin berkembang pesat. Tentu saja hal ini membawa dua dampak, baik positif maupun negatif. Hanya bagaimana kita menggunakan teknologi saat ini untuk hal baik atau justru menyebarkan hoaxsehingga mendapatkan popularitas namun merusak dasar negara Indonesia.

Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah solusi untuk mengatasi permasalahan ini. Agar Pancasila dapat lebih tertanam di rakyat Indonesia, maka pemerintahan harus lebih menegaskan kembali lewat jalur pendidikan, penyuluhan, dan cara sosial lainnya agar masyarakat dapat menangkap maksud Pancasila tanpa merusak keutuhan NKRI. 

Selain itu, perlu ditegaskan ulang dalam UUD mengenai Pancasila sebagai dasar negara. Pendidikan merupakan salah satu cara penyuluhan yang penting, sebab dengan memberikan pengetahuan bernegara dari sejak jenjang SD, maka anak-anak akan semakin menghidupi nilai-nilai pancasila sebagai dasar negara. Pemberian pendidikan tidak hanya sebagai dasar teori, namun juga bagaimana untuk mempraktekan dalam kehidupan sehari-hari. Teori bisa didapat dari literatur manapun maupun secara online, namun bagaimana kita menghidupi pancasila sebagai dasar negara kita, itulah yang terpenting dari sebuah pendidikan kewarganegaraan.

Pancasila adalah KITA. Sumber: www.indonesiakoran.com
Pancasila adalah KITA. Sumber: www.indonesiakoran.com
Maka, mari saudara-saudara kita bersama untuk mewujudnyatakan kelima sila pancasila dalam ehidupan kita. Tidak hanya cakap berbicara teori, namun juga prakteknya. Marilah kita mempersatukan Indonesia kembali berdasarkan kelima pilar pondasi negara kita, yang telah dilambangkan oleh burung garuda dan bertuliskan Bhinneka Tunggal Ika. Walaupun kita berbeda, tapi kita mampu untuk mempersatukan Indonesia dari beragam perbedaan. Mari mewujudkan kerukunan bersama agar tercipta keadlian sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. 

Pancasila tidak dapat berdiri sendiri, mereka saling membutuhkan satu sama lain, kelima sila tersebut saling berkesinambungan. Kita sebagai rakyat Indonesia membutuhkan semangat untuk meraih impian yang lebih baik. Bangkit bersama dan berjaya demi Indonesia!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun