Mohon tunggu...
Yesaya Selvix (JEJE)
Yesaya Selvix (JEJE) Mohon Tunggu... -

Always KEEP CALM and BE YOURSELF

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Bagian Rangka Hilang Seiring Berjalannya Waktu!

13 Oktober 2017   21:19 Diperbarui: 13 Oktober 2017   21:31 1541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekarang ini, banyak orang lanjut usia yang sudah kesulitan untuk berjalan dan beraktivitas. Semua itu berasal dari tulang kerangka kita. Setiap orang pasti menginginkan tulang yang sehat. Namun, tak bisa dipungkiri, ternyata fakta telah mengatakan bahwa sebagian besar orang lansia yaitu sekitar 80% memang sudah mengalami masalah di sistem gerak mereka, baik itu tulang, sendi, maupun bagian rangka dalam tubuh.

Tulang merupakan salah satu komponen yang menunjang terjadinya suatu pergerakan pada tubuh manusia. Pada dasarnya, kumpulan dari beberapa tulang didalam tubuh, akan membentuk rangka (skeleton). Rangka memliki fungsi untuk menyongkong organisme, memberi bentuk tubuh, tempat melekatnya otot, dan membantu pergerakan yang stabil. Tanpa adanya kerangka, maka tubuh kita tidak akan terbentuk dengan kokoh. Rangka dapat digolongkan menjadi 2 kelompok besar, yakni rangka aksial(rangka sumbu tubuh) dan rangka apendikuler(rangka pelengkap atau anggota gerak tubuh).

Semua kerangka pada tubuh manusia memiliki fungsi masing-masing. Sebenarnya, tidak ada rangka yang dibilang "hanya pajangan" atau dengan kata lain tidak memiliki fungsi kusus. Namun, terdapat pula beberapa tulang yang fungsinya tidak terlalu penting adanya, sehingga kita bisa menganggap tulang tersebut seperti tidak memiliki fungsi kusus. Maka dari itu, jika ada penyataan yang mengatakan bahwa bagian rangka yang tidak memiliki fungsi, lambat laun akan menghilang, pernyataan ini bisa dianggap benar. Penulis memiliki beberapa argumen yang bisa menunjang pernyataan tadi.

Pertama, mengenai tulang yang keropos. Tanpa disadari, kita lambat laun akan membuat tulang kita sendiri keropos. Hal ini dapat terjadi karena banyak faktor. Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, tulang keropos memang beresiko lebih besar di rentang usia 50-80 tahun. Namun, tidak menutup kemungkian bahwa usia muda juga dapat mengalami tulang keropos. Kurangnya vitamin D dan kalsium, ketidakseimbangan hormon, aktifitas fisik yang rendah, dan juga pola hidup yang kurang sehat seperti konsumsi rokok, menyebabkan laju tulang keropos bertambah pesat. Tulang yang keropos lebih dulu adalah tulang yang kurang mendapat asupan. Dalam artian, tulang tersebut tidak memiliki fungsi yang terlalu penting sehingga tidak menjadi prioritas utama. Perlu diingat, bahwa kumpulan dari tulang akan membentuk suatu rangka tertentu yang memiliki fungsi kusus. Jika ada tulang yang sudah mulai keropos, maka lambat laun bagian rangka akan keropos pula, menggangu kinerja fungsi, hingga hilang.

Bagian tulang tengkorak
Bagian tulang tengkorak
Kedua, mengenai kerangka yang diprioritaskan. Fungsi rangka yang paling utama adalah untuk melindungi satu organ tertentu. Seperti yang kita ketahui, tulang tengkorak berfungsi untuk melindungi otak. Semua jaringan saraf dan sisem koordinasi pada manusia berpusat di otak kita. Maka dari itu, tulang tengkorak sudah dirancang untuk memiliki proteksi yang sangat kuat. Tak lupa asupan kalsium dan vitamin D akan otomatis diprioritaskan ke tulang tengkorak terlebih dahulu yang memiliki fungsi penting. Maka tidak heran jika kita jarang mendengar kasus tulang tengkorak remuk dan hilang akibat pertambahan usia. Yang sering kita dengar biasanya orang lanjut usia yang sudah sulit untuk berjalan. Maka yang menjadi masalah adalah rangka apendikuler bagian anggota gerak bawah. Memang tulang-tulang yang tersusun di anggota gerak bawah hanya berfungsi untuk pergerakan, berjalan, dan menopang tubuh. Sehingga, jika terjadi semacam pengkeroposan tulang, rangka bagian anggota gerak bawah inilah yang akan menjadi target utama karena tidak memiliki fungsi yang terlalu penting dibanding tulang tengkorak yang harus menjaga sistem koordinasi satu organisme.

Ketiga, mengenai faktor eksternal yang mendukung. Penelitian dari WHOpernah menyatakan bahwa penyakit kusta yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae akan bertumbuh pesat pada bagian tubuh yang bersuhu lebih dingin, yakni seperti di tangan, wajah, kaki, dan lutut. Efek dari penyakit ini bisa menyebabkan cacat permanen, seperti hilangnya jari tangan atau jari kaki. Hal ini bisa terjadi karena falangus (tulang jari tangan atau jari kaki) tidak memiliki ketebalan dan dinding yang keras jika dibandingkan dengan tulang lain yang memiliki dinding tulang yang cukup tebal dan kokoh. Maka, bagian rangka yang tidak memiliki fungsi kusus akan lebih cepat terserang oleh bakteri seperti penyakit kusta ini. Sehingga, lambat laun bagian tulang maupun rangka akan hilang karena faktor eksternal dari bakteri luar atau virus yang masuk ke dalam tubuh.

DNA
DNA
Keempat, mengenai faktor internal yang mendukung. Genetik juga dapat memengaruhi hal ini, walaupun jarang terjadi. DNA yang sudah bermutasi dengan penyakit kanker dapat tertular ke generasi berikutnya dan mengakibatkan penyakit kanker tulang. Penyakit ini tergolong berbahaya karena harus melakukan amputasi sebagai cara pengobatannya. Tulang yang tidak sehat, akan mudah untuk dihinggapi oleh virus. Sehingga, bagian rangka lambat laun akan habis termakan oleh virus dan akhirnya menyebar ke organ yang dilindungi seperti paru-paru. Jadi, faktor gen juga memengaruhi dampak ini walaupun tidak sepenuhnya dari DNA murni, tetapi juga didukung beberapa faktor dari luar.

Kelima,mengenai lingkungan sekitar. Telah kita ketahui bahwa, lingkungan menjadi faktor penting yang memengaruhi bentuk suatu rangka dan tulang. Sebagai contoh, wilayah di daerah tropis secara umum hanya memiliki 2 musim. Tentu saja organisme yang tinggal di daerah ini, akan menyesuaikan diri seperti bentuk tulang yang tidak perlu terlalu tebal. Sedangkan di daerah subtropis yang memiliki cuaca lebih ekstrim, bagian rangka pastinya akan menyesuaikan diri dengan mempertebal dinding tulang agar bertahan lebih lama. Penyesuaian rangka rahang mulut juga dapat terjadi di berbagai wilayah yang memiliki kondisi tekstur makanan tertentu. Rangka yang sudah tidak memiliki fungsi di suatu wilayah tersebut, lambat laun akan menghilang dan merubah bentuknya menjadi bentuk yang cocok di daerah yang ditinggali.

Selain itu, faktor usia memang menjadi penentu dan juga saksi apakah suatu rangka kita masih kokoh atau sudah tidak dapat menopang tubuh kita lagi. Keroposnya tulang pada saat lanjut usia memang merupakan hal yang wajar. Tak bisa dipungkiri, kadar kalsium dalam tubuh sudah terpakai saat kita muda dan dewasa. Alhasil, tulang kita saat lanjut usia sudah tak mampu menjalankan fungsinya secara optimal akibat kekurangan gizi. Maka diperlukan asupan gizi yang cukup walaupun sudah lanjut usia, perlu untuk menjaga kestabilan tulang dan rangka agar dapat melakukan aktivitas.

Lalu bagaimana dengan rangka hewan? Pada prinsipnya, hewan memiliki "nasib" yang sama dengan manusia dalam hal ini. Rangka pada hewan akan mengalami pegkeroposan saat kekurangan gizi. Rangka hewan juga dapat menyesuaikan kondisi lingkungan, bahkan dapat terlihat lebih jelas dibandingkan manusia. Mengapa? Karena hewan diwajibkan untuk berburu mangsa sendiri dan juga mencari tempat tinggal sendiri. Dengan demikian rangka pada hewan tertentu memiliki ciri khas masing-masing. Misal burung elang yang memiliki paruh yang runcing dan struktur kaki yang dilengkapi cakar sehingga bisa memangsa dengan mudah. Bebek yang memiliki struktur kaki unik agar bisa berenang dan menyesuaikan tempat tinggalnya. Harimau memiliki gigi yang tajam untuk mengoyak makanan dan mangsa. Dari sini, dapat kita lihat bahwa hewan memiliki rangka yang fungsinya lebih unik. Bisa jadi, ketika habitat hewan dirusak, maka hewan tersebut harus mencari habitat baru yang berbeda dari sebelumnya, maka rangka yang sudah tidak berfungsi di habitat baru akan mengalami penyesuaian agar sesuai dengan kondisi habitat baru.

Jika kita mau berpikir jauh kedepan dengan sedikit berangan-angan, faktanya telah ada beberapa peneliti yang dapat menemukan solusi untuk mengganti tulang yang rusak atau sudah tidak berfungsi. Perlu kita kembalikan lagi ke fungsi rangka yaitu salah satunya menyokong tubuh. Yang menjadi masalah yaitu banyak lansia yang sudah kesulitan untuk beraktivitas. Maka di masa depan, bisa jadi rangka yang tidak memiliki fungsi akan digantikan dengan suatu rangka yang masih belum jelas hingga kini.

Dampak yang sebenarnya dapat kita lihat adalah otot yang tidak berfungsi. Karena tanpa ada tulang dan rangka, maka otot tidak bisa melekat. Akibatnya, fungsi otot tidak bisa berjalan optimal. Satu sistem gerak bermasalah, maka sistem gerak yang lain juga akan bermasalah atau terganggu fungsinya. Sendi juga tidak akan berfungsi jika ada tulang yang kurang kokoh atau tulang yang sudah patah. Maka dari itu, mulailah dari dini untuk menjaga kesehatan tulang agar fungsi rangka dapat berjalan dengan optimal. Berawal dari hal sederhana untuk rajin berolahraga, maka rangka tubuh akan terlatih untuk semakin bergerak aktif. Menjaga pola hidup dan pola makan yang baik, seperti minum sehari 8 gelas air agar kadar mineral tercukupi. Rajin mengkonsumsi buah dan sayur agar vitamin dan karbohidrat dapat berguna bagi kesehatan tulang. Mengkonsumsi susu juga dapat membantu agar kadar kalsium dalam tulang dapat terpenuhi.

4 sehat 5 sempurna
4 sehat 5 sempurna
Dari beragam argumen yang sudah disebutkan di atas, maka penulis akan menegaskan kembali pernyataan di awal. Jadi, apakah bagian rangka yang sudah tidak memiliki fungsi, lambat laun akan menghilang? Ya, penulis setuju. Karena hal ini telah terbukti dari berbagai faktor, mulai dari tulang keropos, prioritas rangka, faktor internal-eksternal, pengaruh lingkungan yang dapat menyebabkan suatu rangka berubah bentuk sesuai kebutuhan lingkungannya, dan juga faktor usia. Maka, ada dua alasan penting yang akan disimpulkan dalam akhir essai ini.

Alasan pertama,bagian rangka yang tidak memiliki fungsi, tidak akan diprioritaskan oleh tubuh. Sehingga, asupan kalsium dan vitamin D berkurang. Jika hal itu terjadi, maka bagian rangka tersebut yang tersusun atas bermacam-macam tulang akan mengalami pengkeroposan dan mudah untuk terserang penyakit dari luar yang disebabkan oleh virus maupun bakteri.

Alasan kedua,bagian rangka yang tidak memiliki fungsi akibat kondisi lingkungan, lambat laun bagian rangka tersebut akan mengalami perubahan dan penyesuaian sehingga dapat mendukung lingkungan baru tersebut. Hal ini dapat terjadi saat suatu organisme berpindah dari satu tempat ke tempat lain yang berbeda, baik dari segi lingkungan, cuaca, tempat tinggal, maupun makanan.

Demikian informasi yang dapat penulis berikan mengenai rangka pada suatu organisme. Penulis mohon maaf bila ada kesalahan kata yang kurang berkenan. Semoga informasi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan para pembaca. Terima kasih.

Sumber referensi :

Irnaningtyas. Biologi Untuk SMA/MA kelas XI. 2017. Jakarta : Erlangga.

https://id.wikipedia.org/wiki/Kerangka

www.alodokter.com/kanker-tulang

www.alodokter.com/kusta

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun