Derrida mempunyai ciri khas tersendiri dalam mengartikan dekonstruksi. Pertama, dekonstruksi bertujuan untuk memahami sebuah teks, yaitu bertolak dari makna asal teks itu sendiri. Kedua, pembacaan terhadap teks guna melawan dominasi petanda yang mengikat teks itu sendiri. Kedua ciri tersebut memperlihatkan suatu fenomena memiliki maknanya sendiri-sendiri berdasarkan interpretasi oleh masyarakat atau pelakunya, karena makna tersebut mengalami penundaan dan pembongkaran makna terhadap struktur yang ada.
Dari contoh teks-teks sederhana di atas terlihat sesungguhnya tidak ada struktur tunggal dan stabil yang menentukan makna yang pasti. Lebih lanjut, Derrida mengemukakan bahwa makna diciptakan melalui permainan penanda (play of Diffrance). Menurut gagasan Derrida mengenai Diffrance memiliki tiga pengertian, pertama mengenai to differ (en), untuk membedakan sifat dasarnya suatu makna. Kedua differe (fr), yang merupakan untuk menyebarkan makna tersebut. Ketiga to defer (en), merupakan penundaan makna.
Analisis "Perbedaan" Menggunakan  Metode Dekonstruksi Derrida
Ketika pemilu tiba, seringkali dihembuskan bahwa pemimpin terbaik Indonesia adalah dari suku Jawa. Derrida menggoda Anda untuk mengkritisi makna teks di atas. Pemimpin Indonesia tidak harus suku Jawa, pemimpin dari luar Jawa juga memiliki kemampuan yang mumpuni.Â
Pernyataan ini disebut to differ (en) atas pernyataan awal. Lalu dibangun wacana baru dengan argumen bahwa Habibie dan Jusuf Kala adalah pemimpin dari luar Jawa yang tidak kalah hebat dengan pemimpin Jawa sebelumnya. Wacana baru tersebut disebarkan ke seluruh masyarakat Indonesia, ini yang disebut to differe (fr). Terakhir masyarakat menemukan makna baru bahwa pemimpin Indonesia tidak harus berasal dari Jawa to defer (en)
Uraian di atas menjelaskan bagaimana memaknai pemimpin terbaik bagi Indonesia. Indonesia memiliki beragam suku bangsa dan mereka memiliki potensi memimpin negeri ini. Perbedaan tidak menjadikan halangan , seharusnya menjadikan nilai tambah  bagi Indonesia.
Contoh lainnya adalah soal radikalisme. Sesuai pemahaman tertentu, salah satu ciri muslim yang (sangat) taat pada ajarannya  adalah dengan memelihara jenggot. Sementara itu, kelompok lain mulai memberikan stempel bahwa ciri muslim radikal adalah yang memelihara jenggot, ini yang disebut pernyataan yang membedakan dengan makna awal to differ (en). Kemudian makna dan wacana  baru ini terus disampaikan melalui sejumlah media baik online maupun offline, ini yang disebut to differe (fr). Terakhir masyarakat memahami makna baru bahwa muslim berjenggot adalah muslim radikal, to defer (en)
Refleksi
Derrida selalu mengajak kita untuk tidak pernah berhenti memaknai teks. Selalu ada makna lain dibalik teks yang disajikan. Derrida mengajak kita untuk membongkar setiap oposisi biner dan hegemoni serta hirarki yang mengikutinya.
Bahkan teks "Perbedaan" sendiri bila dilakukan dekonstruksi akan menemukan makna-makna baru. Perbedaan akan mempertemukan ekstrim kiri dan kanan untuk dianalisis lebih jauh. Bukankah pintar dan bodoh saling membutuhkan ? Tidak ada dosen bila tidak ada mahasiswa ? Tidak ada Indonesia bila tidak ada Jawa, Sumatera Kalimantan dan seterusnya ? Ya, perbedaan menyatukan !
Dengan demikian, pada akhirnya Derrida justru tidak mengajak kita untuk menggali perbedaan yang memisahkan. Derrida justru menyadarkan kita untuk saling meghargai perbedaan, toleransi!