Sebuah pernyataan yang mengatakan "Yah, namanya juga hidup, kadang di atas, kadang di bawah", mungkin sudah terdengar sangat klise.
Namun inilah yang sering terjadi dalam kehidupan seseorang, bahkan juga terjadi pada klub sepakbola. Inilah yang sedang dialami dua klub Bundesliga asal ibu kota Berlin, Union Berlin dan Hertha Berlin.
Kita tahu bahwa klub Berlin yang paling lama eksis di Bundesliga adalah Hertha Berlin. Jika ditanya mengenai sesuatu yang berhubungan tentang Berlin, pastilah Hertha Berlin ada di antara jawaban-jawaban yang akan muncul.
Hertha sendiri adalah salah satu klub sepak bola tertua di Jerman. Hertha adalah salah satu anggota klub pendiri dari DFB atau PSSInya Jerman pada tahun 1900 di Leipzig. Jadi agak mustahil jika pecinta sepak bola khususnya pecinta sepakbola Jerman melupakan Hertha dari daftar klub sepakbola Jerman.
Dengan eksistensi yang sudah cukup lama ini, Hertha sudah banyak melewati masa naik dan turun dalam dunia sepakbola Jerman.
Pencapaian terbaik Hertha adalah menjadi juara Bundesliga di tahun 1930 dan 1931. Pencapaian besar lainnya adalah beberapa kali menjadi peringkat kedua Bundesliga dan DFB Pokal.
Tidak hanya pencapaian yang baik, Hertha juga beberapa kali mengalami penurunan dengan terdegradasi ke 2. Bundesliga. Penurunan inilah yang dialami Hertha di musim ini, walaupun tidak sampai terdegradasi. Hertha hampir saja terhempas dari Bundesliga musim ini.
Musim ini Hertha harus mengakhiri Bundesliga di peringkat ke 16, dimana mereka harus menjalani laga play-off untuk tetap bisa bertahan di Bundesliga.Â
Di laga play-off mereka dipertemukan dengan peringkat ketiga dari 2. Bundesliga yang juga adalah raksasa Jerman yang sedang tertidur, Hamburg SV.Â
Laga ini dimainkan dengan sistem 2 leg. Pada pertandingan leg pertama Hertha bermain sebagai tuan rumah, namun sayangnya keuntungan sebagai tuan rumah tidak dapat dimanfaatkan. Hertha kalah 0-1 dari tim tamu. Namun di leg kedua Hertha mampu membalikkan keadaan dengan meraih kemenangan di Volksparkstadion, Hamburg. Hertha pun pada akhirnya selamat dan bertahan di Bundesliga musim depan.
Penurunan performa tim Berlin biru ini memang bisa dimaklumi sebagai sebuah siklus pencapaian sebuah tim sepakbola. Namun yang membuat kurang berkenan di hati adalah karena di musim yang sama, sesama tim Berlin lainnya, yang baru pertama kali bermain di Bundesliga pada musim 2019/2020 lalu, Union Berlin, sudah menjadi tim yang lebih maju dibandingkan Hertha musim ini.
Sebagaimana yang sudah dikatakan sebelumnya, bahwa Union Berlin merupakan tim baru di Bundesliga. Namun secara perlahan bahwa tim membuktikan bahwa mereka juga bersaing di Liga Jerman. Promosi ke Bundesliga untuk pertama kalinya sepanjang sejarah klub, merupakan bukti nyata dari usaha Union untuk terus bersaing.
Untuk sebuah tim yang baru saja promosi dan baru pertama kali bermain di Bundesliga, mengakhiri musim di papan tengah klasemen adalah capaian yang pantas diacungi jempol. Di musim pertama mereka di Bundesliga, Union finis di peringkat 11, tepat di bawah si Berlin Biru.
Mungkin banyak yang menganggap pencapaian Union hanyalah sebatas keberuntungan pemula. Namun ternyata hal itu tidaklah benar. Di musim kedua, Union berhasil finis di peringkat yang lebih baik yaitu di peringkat ke-7. Ini membuat Union mendapatkan kesempatan untuk bermain di UEFA Conference League lewat jalur play-off.
Union tampil impresif di babak play-off yang akhirnya mengantarkan mereka lolos ke kompetisi Eropa pertama mereka sepanjang sejarah klub. Namun sayang perjalanan mereka harus terhenti di babak grup karena hanya finis di peringkat ketiga di bawah sang finalis Feyenoord dan wakil Ceko, Slavia Praha. Terlepas dari tidak lolosnya Union dari fase grup, untuk bisa bermain di kompetisi Eropa di musim kedua sejak pertama kali promosi ke Bundesliga merupakan capaian luar biasa.
Capaian Union di musim 2020/2021 ini berbanding terbalik dengan Hertha yang harus finis di peringkat ke-14, jauh dari capaian di musim sebelumnya. Status Hertha sebagai tim terbaik Berlin perlahan mulai terkikis.
Keajaiban Union belumlah berhenti. Di akhir musim 2021/2022 ini, mereka berhasil finis di peringkat yang lebih baik lagi yaitu di peringkat ke-5 yang sekaligus mengantarkan mereka secara otomatis untuk bermain di kompetisi Eropa di kasta yang lebih tinggi, yaitu Europa League.
Jika Union finis di peringkat yang lebih baik, sangat disayangkan untuk Hertha yang harus mengakhiri musim di peringkat yang lebih buruk. Hertha harus terdampar ke peringkat ke-16 atau dengan kata lain hampir terdegradasi., seperti yang sudah diceritakan di awal tulisan ini.
Jika kita berkaca pada kenyataan saat ini, saya rasa status tim terbaik Berlin saat ini sudah pantas disematkan pada Union Berlin dan Hertha hanyalah si Nyonya Tua yang sedang berusaha untuk meraih kejayaan kembali seperti di masa lalu.
Hanya dalam waktu 3 musim, Union sudah berhasil, paling tidak menyamai capaian Hertha untuk bermain di kompetisi Eropa. Union bisa saja melampaui capaian Hertha, jika di musim 2022/2023 nanti bisa finis di peringkat 4 besar dan lolos ke Liga Champions. Dengan begitu, lengkaplah cerita perjalanan Union yang bisa cicipi 3 atmosfer kompetisi Eropa yang ada.
Keberhasilan Union yang mampu berbicara banyak di Bundesliga, sekaligus membuktikan bahwa uang bukanlah segalanya dalam sepakbola. Di saat klub lain mencari investor kaya dari luar negeri untuk membangun tim secara instan dengan uang, Union membuktikan bahwa semuanya itu tidaklah dibutuhkan.
Nama Union ternyata memang bukan sekedar nama belaka, kesatuan itu bisa dilihat dari loyalitas fans mereka yang selalu memenuhi Stadion An der Alten Forstrei saat Union bermain. Sebuah kisah di tahun 2004 menceritakan bagaimana loyalnya fans terhadap klub ini.
Saat itu Union didera krisis finansial. Para fans memutuskan untuk mendonorkan darah untuk membantu klub. Mengapa mendonorkan darah? Karena di Jerman, jika kita ikut mendonorkan darah, maka kita akan dibayar. Inilah yang dilakukan fans Union. Mereka menyumbangkan uang dari hasil mendonor darah ke klub dan hasilnya klub bisa keluar dari krisis keuangan.
Cerita lainnya ada di tahun 2009. Saat itu Union menjadi salah satu tim pendiri 3. Liga. Namun sayangnya stadion mereka tidak memenuhi standarisasi liga. Pada akhirnya lebih dari 2.000 fans mendedikasikan 140.000 jam untuk menjadi tukang dan mereka rela tidak dibayar untuk merenovasi Stadion An der Alten Forstrei.
Jika melihat dua cerita di atas, rasanya tidak heran fans langsung membludak turun ke lapangan untuk merayakan saat Union promosi ke Bundesliga.
Perjuangan dengan modal cinta dan kesatuan akhirnya terbayarkan dan saat ini bisa dilihat hasilnya bahwa Union sudah selangkah di depan Hertha. Tidak hanya itu, Union juga berpotensi menjadi klub yang bisa bersaing di papan atas klasemen Bundesliga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H