Mohon tunggu...
jepeg
jepeg Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hakikat Komunikasi

29 Januari 2016   10:26 Diperbarui: 29 Januari 2016   13:36 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita tidak bisa tidak berkomunikasi. Komunikasi adalah aktivitas yang setiap hari kita lakukan. Tanpa komunikasi manusia tidak bisa mencapai tujuan yang diinginkannya. Tanpa komunikasi juga manusia tidak akan bertahan hidup lebih lama. Hafied Cangara (2004:1) mengatakan bahwa dalam hidup bermasyarakat, orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan orang lain niscaya akan terisolasi dari masyarakatnya. Pengaruh keterisolasian ini akan menimbulkan depresi mental yang pada akhirnya membawa orang kehilangan keseimbangan jiwa. Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi penting sekali bagi kesehatan fisik maupun mental manusia. Orang yang terisolasi dari masyarakatnya akan mengalami gangguan kesehatan mental. Bahkan boleh jadi ia juga tidak akan memiliki umur yang panjang.

Mengenai pentingnya komunikasi bagi kesehatan mental manusia, Jalaluddin Rakhmat (2009:2) mengatakan bahwa komunikasi amat esensial buat pertumbuhan kepribadian manusia. Ahli-ahli ilmu sosial telah berkali-kali mengungkapkan bahwa kurangnya komunikasi akan menghambat perkembangan kepribadian. Jadi, orang yang kurang dalam melakukan interaksi sosial bisa tumbuh menjadi pribadi yang tidak percaya diri, memiliki emosi yang tidak stabil, yang pada akhirnya menghambat dirinya untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Sebelum membahas mengenai inti tulisan ini, saya mengajak pembaca untuk merenungkan tentang tujuan penciptaan manusia. Menurut Murtadha Muthahhari (2012:33) dengan mengutip Al-Qur’an surat 51 ayat 56 tujuan penciptaan manusia adalah untuk “menghamba” kepada Tuhan. Menurutnya (2012:34) manusia diciptakan untuk mengabdi, dan pengabdian kepada Tuhan adalah tujuan itu sendiri. Pengabdian kepada Tuhan berarti manusia harus tunduk, taat terhadap segala perintah dan larangan-Nya. Bukan hanya tunduk dan patuh pada aktivitas ritual, seperti berdoa, shalat, haji, tapi juga menciptakan hubungan sosial yang saling menguntungkan dan penuh cinta kasih. Sebab, menyebarkan cinta kasih kepada sesama makhluk adalah perintah Tuhan yang wajib dilaksanakan, dan itu bagian yang tak terpisahkan dari pengabdian kepada Tuhan.

Interaksi sosial yang saling menguntungkan yang disertai cinta kasih dapat membangun kepribadian manusia yang baik. Jadi, kalau komunikasi yang dilakukan orang tua kepada anaknya dengan memaki atau mencemooh, maka akan merusak kepribadiannya. Boleh jadi anak-anak itu kelak dewasa akan tampil sebagai pribadi yang agresif, sering memaki teman-temannya karena ia belajar dari perilaku orang tuanya. Sebaliknya, kalau orang tua mengajarkan kasih sayang dan perkataan yang memotivasi, maka kelak anak-anaknya akan menjadi pribadi yang tampil dengan penuh kasih sayang dan memiliki rasa percaya diri yang tinggi.

Inti dari interaksi sosial adalah mengubah sikap dan perilaku seseorang. Kata Uchjana Effendy (1992:138) hubungan manusiawi itu komunikasi karena sifatnya action oriented, mengandung kegiatan untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang. Jadi, sejatinya interaksi sosial itu harus dapat mengubah pola pikir dan perilaku manusia. Tentunya mengubah perilaku atau pola pikir yang asalnya buruk menjadi baik.

Kata Martin Buber, seorang filsuf berkebangsaan Jerman, ada dua hubungan manusia. Pertama, hubungan yang saling memanfaatkan untuk kepentingan masing-masing individu (vergegnung). Misalnya, pertemuan seorang ibu rumah tangga dengan pedagang sayur. Ibu rumah tangga punya kepentingan untuk membeli sayuran, dan pedagang sayur itu punya kepentingannya sendiri, yaitu mendapatkan keuntungan dari hasil jualannya. Setelah proses jual-beli sayuran itu selesai, maka berakhirlah hubungan tersebut. Kedua, hubungan yang melibatkan seluruh pribadi kita, baik fisik maupun ruhaniah untuk mengubah sikap dan perilaku seseorang (begegnung). Mengubah sikap dan perilaku seseorang tidak bisa dengan kata-kata kasar, seperti memaki. Orang bisa berubah dari sikap dan berperilaku buruk, seperti intoleran, malas, nakal, tidak rajin beribadah menjadi toleran, baik, rajin beribadah karena komunikasi yang dilakukannya dilandasi dengan cinta kasih dan penuh motivasi.

Menurut Buber komunikasi ideal ada pada begegnung. Penulis mengartikan begegnung adalah hubungan yang dijalin dengan penuh cinta kasih, pemberian harapan dan motivasi. Begegnung adalah salah satu bentuk pengabdian manusia kepada Tuhan. Begegnung adalah hakikat komunikasi. Oleh karena itu, marilah kita aplikasikan begegnung dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan keluarga, masyarakat, dan tempat bekerja agar rasa persaudaraan dan cinta kasih dapat kita rasakan.

Referensi:

Cangara, Hafied. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Effendy, Uchjana. 1992. Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Muthahhari, Murtadha. 2012. Mengapa Kita Diciptakan. Yogyakarta: RausyanFikr.
Rakhmat, Jalaluddin. 2009. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Internet: 

www.youtube.com [Democracy project] Kang Jalal Tentang Martin Buber Dan Teori Dialog

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun