Selain makan, minum, tempat tinggal, dan seks, kebutuhan hidup manusia yang juga esensial adalah komunikasi. Komunikasi terjadi setiap hari, baik itu di lingkungan keluarga, masyarakat maupun tempat bekerja. Komunikasi merupakan proses penyampaian lambang-lambang verbal dan non verbal dari komunikator (sumber) kepada komunikan (penerima) untuk tujuan tertentu.
Ekspresi marah, sedih, senang, bahagia merupakan wujud komunikasi yang sering kita lihat dan rasakan. Bahkan diam pun dianggap sebagai komunikasi. Diamnya seorang yang periang tatkala ia berkumpul bersama teman-temannya merupakan simbol komunikasi. Orang beranggapan mungkin si periang itu memiliki masalah dengan keluarga atau temannya sehingga tak seharusnya ia berdiam diri saat berkumpul dengan teman-temannya yang sedang bersuka cita.
Komunikasi dilakukan untuk tujuan tertentu. Segalanya bermuara pada niat atau kepentingan manusia. Jadi, komunikasi itu bisa dilakukan untuk tujuan yang positif atau negatif. Untuk tujuan yang positif, misalnya untuk menghibur teman atau keluarga yang sedang dirundung duka, kegiatan belajar mengajar. Untuk tujuan negatif misalnya, fitnah yang ditujukan kepada individu maupun kelompok lain yang berseberangan pemahaman.
Seperti Bung Karno, sosok komunikator ulung yang pesan-pesan politiknya selalu membuat rakyat terkesima. Misalnya, pidatonya ketika menentang setiap campur tangan asing yang ingin menguasai sumber daya alam dan berbuat semena-mena terhadap bangsa Indonesia. Bung Karno juga memiliki kepribadian mulia. Ia tidak korup, bahkan hidup sederhana serta dekat dengan rakyat. Bung Karno telah menanamkan dalam dirinya bahwa komunikasi dan perilakunya semata-mata ditujukan untuk kemaslahatan bangsa. Jadi, niat dan kepentingan Bung Karno untuk hal yang positif.
Kebalikan dari Bung Karno adalah George Bush, mantan Presiden Amerika. Bush adalah sosok komunikator yang picik. Ia memiliki niat dan tujuan yang jahat untuk kepentingan kelompoknya. Tatkala agresi militer Amerika Serikat ke Irak tahun 2003 dengan dalih melepaskan penderitaan rakyat Irak akibat kesewenang-wenangan pemerintah Saddam Hussein, justru dimanfaatkan AS untuk menguasai ladang minyak Irak. Selain itu, akibat agresi militer AS banyak warga Irak yang tak berdosa dizalimi, bahkan sampai menimbulkan korban jiwa. Bush dan kelompoknya jelas mengelabui masyarakat dunia dengan anggapan membantu rakyat Irak agar dapat lepas dari rezim Saddam Hussein.
Dari contoh-contoh yang telah dikemukakan tadi, efek komunikasi itu dahsyat sekali. Komunikasi bisa memberikan dampak yang signifikan kepada individu maupun kelompok tertentu. Komunikasi dapat menimbulkan konflik, keresahan dan pertikaian. Tapi, komunikasi juga dapat mempersatukan pihak-pihak yang bertikai. Sekali lagi, baik konflik atau perdamaian bisa terjadi karena ada niat atau kepentingan dari pelaku komunikasi.
Pentingnya Cek dan Ricek Terhadap Informasi
Salah satu penyebab konflik perorangan maupun kelompok di masyarakat adalah karena adanya informasi yang bersifat fitnah. Sebagian orang lupa bahwa sesungguhnya kita wajib memeriksa informasi yang datang dari mana pun agar jelas kebenarannya. Sebagaimana yang dijelaskan Al-Quran, yakni “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah (kebenarannya) dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu” (Al-Hujurat: 6). Jadi, jelas sekali apa yang diperintahkan Al-Quran mengenai pentingnya memeriksa informasi yang datang untuk memastikan kebenarannya. Kewajiban memeriksa informasi (tabayyun) bukanlah untuk umat Islam semata. Tapi, untuk seluruh umat manusia apa pun agamanya.
Bagaimanakah cara kita memastikan informasi yang datang itu benar atau salah? Paling tidak ada dua cara. Pertama yang harus dilakukan adalah dengan bertanya kepada sumbernya. Seringkali kita menganggap sebuah informasi benar karena yang menyampaikannya adalah seorang ulama, pendeta atau profesor yang memiliki status sosial tinggi di masyarakat tanpa memeriksa apakah informasi itu benar atau salah.
Anggapan ini jelas salah. Kita harus memeriksa isi pesan, bukan melihat siapa yang menyampaikan pesan. Sebagian orang langsung memercayai informasi dari orang yang punya gelar atau kedudukan di masyarakat. Dalam sebuah contoh kasus, misalnya ada kelompok yang dituduh menyimpang dari ajaran agama. Sejatinya kita tidak langsung memercayai informasi tersebut walaupun datang dari tokoh agama. Kita harus memeriksa informasi itu dengan bertanya kepada kelompok yang dituduh menyimpang. Kalau perlu kita adakan penelitian di seputar masalah itu. Itulah yang dimaksud dengan bertanya kepada sumbernya.
Kedua, dengan membaca dokumen resmi atau literatur asli kelompok yang dianggap menyimpang tadi. Dengan membaca literatur asli suatu kelompok, kita mendapatkan informasi yang sesungguhnya. Sebab, literatur kelompok tertentu mencerminkan sebuah pemahaman yang mereka anut. Jadi, bacalah buku asli dari kelompok yang dituduh menyimpang itu.