Si gajahpun mencoba untuk memanjat pohon itu. Saat kaki pertamanya memanjat, dia terjatuh. Lalu dia mencobanya lagi dengan menggunakan kedua kakinya, namun pohon itu malah roboh.
“Oh, apa yang sudah kamu lakukan gajah. Kamu ini bodoh sekali, memanjat saja tidak bisa. Bagaimana nanti dengan masa depanmu. Bagaimana kamu bisa mandiri, jika memanjat saja tidak bisa? “teriak Sang Guru.
Si gajahpun hanya terdiam dan menundukkan kepalanya.
“Baik, sekarang giliranmu Si Macan”, perintah guru
“Baiklah Sang Guru, akan aku coba” Jawab Si Macan.
Macanpun dengan sangat mudah melakukan hal tersebut. Dia memanjat dengan Sigap dan dengan cepat telah sampai di atas pohon. Dengan kukunya yang tajam, dia mampu menakhlukkan pohon yang tinggi itu.
“Bagus, bagus sekali Si Macan. Kamu memang Siswa yang pandai. Kamu bisa melakukan semua hal. Di masa depan, pasti kamu akan menjadi orang yang sukses”, puji Sang Guru.
“Sekarang giliranmu, wahai Si Ikan.”
“Giliran saya Sang Guru? Bagaimana saya bisa melakukannya? Bagaimana saya bisa naik ke atas sana?”tanya Si Ikan.
“Bagaimana kamu ini, tadi sudah di beri contoh oleh Si Monyet dan Si Macan, masak kamu tidak melihat. Dasar anak yang malas. Tidak mau memperhatikan, tidak mau belajar. Saya akan bicarakan hal ini pada orang tuamu!”teriak Sang Guru lagi.
“Bagaimana saya bisa keluar dari air Guru, hidup saya adalah di air, bagaimana bisa anda meminta saya untuk menjadi seekor monyet yang bergelantungan dan memanjat di atas pohon? Tanpa memanjatpun saya akan tetap bisa hidup, karena makananku ada di dalam air. Bagaimana anda mengatakan saya bodoh? Bagaimana kalau sekarang pelajarannya kita ganti dengan cara berenang paling lama di dalam air. Apakah Si Monyet dan Si Macan bisa melakukan?” Penjelasan Si Ikan