Tina adalah seorang siswi SMA yang ingin melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, karena dia tinggal di kota besar hampir semua teman temannya melanjutkan pendidikan ke jenjang perkuliahan. Terlebih lagi Tina berasal dari keluarga yang akademis. jadi Tina dituntut untuk masuk di institusi terbaik oleh orang tuanya. Â Pada saat pengumuman SNMPTN kemarin, Tina merasa sangat sedih karena ia tidak lolos dalam seleksi tersebut sedangkan banyak teman seperjuangan Tina yang lolos di PTN (Perguruan Tinggi Negeri) yang diimpikannya.
Tina merasa takut dan putus asa. Tina merasa nilai rapotnya belum cukup bagus untuk menembus Fakultas Kedokteran UI. Lalu Tina pergi menemui guru BK yang ada disekolahnya untuk membicarakan masalah ini. guru BK menyarankan Tina agar tidak mudah menyerah dan berusaha untuk lolos di SBMPTN. Meskipun SBMPTN belum dimulai Tina merasa gelisah bagaimana jika ia tidak lolos dalam SBMPTN? apa yang aku katakan kepada orang tuaku? Kenapa aku tidak lolos SNMPTN? Apa saja yang aku lakukan selaam tiga tahun ini?
Akhirnya Tina mengikuti banyak bimbel (bimbingan belajar), menghafal banyak rumus, belajar siang malam dan berdoa. dan guru BK Tina mengingatkan Tina agar tidak mudah depresi, tidak menyerah dan selalu berusaha dan berdoa. saat itu hasil SBMPTN resmi diumumkan. Tina sudah merasa percaya diri diterima di UI ataupun UGM karena dia merasa sudah bekerja keras selama ini. Dan ternyata Tina tidak lolos juga, akhirnya ia memutuskan untuk daftar di ujian Mandiri UI.
Ia berusaha lebih keras lagi dalam belajar, karena orang tua Tina menuntut Tina untuk kuliah di perguruan tinggi terbaik. setelah hasil pengumuman dibuka ternyata Tina tidak lolos juga. Tina tidak kehabisan akal, ia langsung daftar di SIMAK UI. karena keputusasaan Tina, ia tidak juga diterima di SIMAK UI.Â
setelah di rumah, Tina dimarahi oleh orang tuanya. mereka mengatakan bahwa Tina tidak bisa melakukan semua hal dengan becus dan tidak belajar dengan sungguh-sungguh selama ini.  Mereka merasa malu dengan teman-temanya karena Tina tidak lolos dalam berbagai seleksi. Tina pun menghubungi guru BK SMA-nya. Tina menceritakan masalah yang dihadapinya karena saat itu Tina merasa sangat depresi dan  kabur dari rumah selama tiga hari. mendengar hal itu guru BK Tina langsung melarang Tina untuk berbuat nekad karena hal ini bisa diselesaikan dengan baik-baik.
Akhirnya Tina dan guru BK-nya menyambangi rumah Tina untuk membicarakan masalah ini dengan pikiran yang tenang. setelah mendiskusikan maslaah ini dengan orang tau Tina dengan diselingi perdebatan akhirnya guru BK-nya berhasil membuat pikiran orang tua Tina terbuka bahwa tidak harus kuliah di PTN untuk membanggakan Tina, karena Tina masih bisa kuliah di PTS (Perguruan Tinggi Swasta) yang bisa mendukung proses belajar Tina.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H