Pada awal kehidupan anak usia dini, anak-anak lebih cenderung mengamati dan menyerap apa yang sebenarnya ia lihat dalam lingkungan kehidupan sehari-harinya. Di masa ini, orang disekelilingnya akan menjadi tauladan yang sangat berpengaruh bagi anak. Apa yang diajarkan oleh orang tua akan menjadi sebuah kebiasaan bagi anak-anak, sebagaimana jika orang tua yang membiasakan sebuah kebiasaan baik seperti mengucapkan terimakasih dan minta maaf maka anak akan memiliki sikap yang baik.
Tugas bagi seorang orang tua atau pengasuh adalah memastikan agar anak dapat memperhatikan apa yang kita ajarkan secara tersirat maupun tersurat, pastikan bahwa mereka fokus memperhatikan. Setelah itu barulah anak mengikuti langkah yang kita ajarkan step by step agar mencapai sebuah keterampilan yang diharapkan.
Setelah mencapai sebuah keterampilan, orang tua tidak harus mengatur anak untuk dapat melakukan sebuah pencapaian, tetapi sebagai orang tua berhak memberikan kesempatan bagi anak untuk berlatih apa yang sudah ia serap dan mengembangkan sesuai kreativitasnya. Tahap akhirnya, jika anak sudah mampu mengembangkan sesuai kreativitasnya, orang tua dapat memberikan sebuah apresiasi pada anak dan memujinya jika anak sudah mulai dapat melakukannya secara rutin.
Hal-hal yang dapat diajarkan melalui step-step sederhana namun akan berpengaruh sampai anak sudah besar nanti adalah langkah yang ditanamkan orang tua sehingga anak memiliki keahlian baru seperti membiasakan anak mengambil pakaiannya sendiri di almari, membiasakan anak menggunakan celana dalam, menggunakan kaos kaki, begitu juga berpakaian lengkap lainnya.
Pengalaman yang pernah dijumpai adalah penerapan di sekolah paud misalnya ketika selesai bermain saat istirahat, anak selalu membereskan sendiri mainan yang sudah mereka gunakan dan mengembalikannya ke tempat semula sebelum mereka berbaris dan berdoa sebelum pulang.
Orang tua juga dapat membiasakan anak untuk membereskan tempat tidurnya setelah bangun tidur, mewarnai tanpa keluar garis, membedakan antara kiri dan kanan, belajar sedikit demi sedikit dalam menghitung uang, mengetahui alamat rumah, menghitung sampai 20, bermain di taman rumah, mengajarkan anak untuk berbagi dengan teman lainnya, mengetahui alfabet, mengajarkan cara mencuci tangan, mencuci muka, berhitung, melompat, mencuci piring setelah makan, naik kendaraan tanpa terjatuh, mengatur tabel, dan kegiatan lainnya.
Disamping kebiasaan sederhana yang diajarkan oleh orang tua pada anak, manfaat mengajarkan langkah-langkah dalam hal diatas adalah mengajarkan anak dalam berfikir kognitif, disanalah anak mulai berfikir kompleks untuk melakukan penalaran dan pemecahan masalah.
Ahli psikologi berpendapat bahwa hal-hal yang berhubungan dengan ingatan, memperoleh pengetahuan setelah mengolah informasi, pemikiran, persepsi, memperhatikan, mengamati, membayangkan, menilai, memperkirakan, dan bagaimana seseorang mempelajari sesuatu dalam lingkungannya adalah bentuk aktifitas dari kognitif.
Montessori mengatakan bahwa lingkungan adalah kunci utama pembelajaran spontan anak. Dalam mengembangkan proses pembelajaran anak, sangat penting yang namanya pengorganisasian. Menurut Heidjarahman Ranupandojo, pengorganisasian merupakan sebuah kegiatan untuk mencapai tujuan yang dilakukan, yang dilakukan dengan membagi tugas, tanggung jawab dan wewenang.
Dari setiap pengorganisasian tersebut proses belajar anak dapat tertata secara kondusif. Dari interaksi, kemudian informasi yang diperoleh anak lalu masuk dan menjadi bagian dari dirinya, pengalaman dan jaringan konseptual anak serta kebebasan ativitas yang dilakukan anak akan mengarahkan pada perkembangan anak.
Sayangnya tidak semua anak memiliki otak yang sama, begitu juga antara otak yang kanan dan kiri, mana yang lebih dominan itu saja sudah berbeda kemampuannya. Biasanya jika otak kanan yang mendominasi maka ia akan lebih suka dalam berbakat seni, namun hal itu tentu memerlukan fokus untuk belajar ilmu seni yang tentunya otak kiri pun akan dikaitkan. Sebaliknya jika ia berbakat dalam matatika berarti otak kanannya yang lebih mendominasi.
Faktor bawaan saya tidak bisa menentukan masa depan seorang anak, namun lingkungan pengenalan dari keluarga sekolah dan ditambah lagi usaha seorang anak sendiri dalam mengembangkan bakatnyalah yang nantinya akan menentukan masa depan seorang anak.
Gimana sih cara mendeteksi bakat anak? Semuanya tentunya butuh proses (waktu), observasi dan stimulasi yang variatif. Selain itu butuh keuletan, kesabaran dan pikiran yang terbuka dari orang tua. Anak berkembang dalam tahapan usianya dan kemampuan anak muncul jika kematangan anak dalam hal tertentu sudah tercapai. Contohnya seperti anak belum bisa menunjukkan bakat melukisnya sebelum ia mampu menggambar dan mewarnai dengan baik.
Terkait dengan hal tersebut termasuk talenta anak atau tidak, kita bisa melihatnya dari biasanya anak bertahan lama menekuni aktivitas tersebut, bukan hitungan bulan tapi tahunan. Dia seolah tak pernah bosan, tak pernah lelah dan selalu terlihat asyik menikmati aktivitas tersebut. Selalu ingin belajar tentang hal tersebut dan lebih mudah menguasai dalam bidang tersebut maka bisa dikatakan bahwa itu adalah talenta anak.
Setiap anak memiliki talenta bawaan dan kemampuan yang berbeda-beda, mereka tidak harus menjadi ahli dan pandai dalam semua bidang, namun mereka semua tetap harua mendapatkan perhatian penuh dalam mengasah talenta mereka masing-masing.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H