Mohon tunggu...
Yenny Liana
Yenny Liana Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Catat yang berharga dan lewatkan yang cuma cari perkara.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Telat Nikah Bukan Berarti Kiamat

28 Desember 2014   20:25 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:18 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi perempuan yang telat nikah, adalah sebuah kebêtean yang akut jika setiap bangun pagi sarapan sapaan dari keluarga, sahabat, teman kerja, ataupun keponakan-keponakan seperti ini: “Makanya buruan nikah, biar selepas shubuh gak tepar lagi karena harus nyiapin sarapan bwat suami!”, “Hari ini kan libur, gak ada agenda kemana-mana pastinya. Aku bisa ditemenin belanja karena suamiku lagi ke luar kota.”, “Tante, tante disuruh ke rumah sama mama, bantu mama jagain adek, hari ini aku lomba lukis di alun2 kota Malang.” de el el.. de el el..

Memang ungkapan “kalo jodoh gak akan kemana” bisa buat menghibur diri barang sebentar, namun jika kondisi “gawat” ini gak sesegera mungkin mendapatkan solusi, ungkapan itu justru seperti ejekan yang bikin sakitnya itu di sini (nunjuk dada sampe ujung jempol kaki).

Muhammad Rasyid al-Uwaid dalam buku "Telat Menikah Tapi Bahagia" menyebutkan seorang yang menolak untuk menikah boleh jadi karena matanya disilaukan oleh dunia. Nyari suami yang gantengnya kayak Won Bin, mobilnya Nissan Juke, atletis kayak Jason Statham (tp gak pake botaknya), atau alim dan meneduhkan hati kayak AA Gym (Peringatan Pemerintah: Awas Dimadu!!). Telatnya seorang perempuan untuk menikah tak jarang karena dirinyalah yang mempersulit meskipun kesempatan bukan tak pernah datang namun sibuk dengan karirnya dan terlalu banyaknya kriteria tentang jodohnya. Ketika ia disibukkan dengan karir yang diimpikan ia menolak semua ajakan serius dan ketika ia menetapkan kriteria yang terlalu banyak akhirnya tidak ada yang sesuai dengan keinginannya.

Belajar Dari Siti Khadijah

Mungkin saja sepanjang merambahnya usia, Allah SWT masih belum menakdirkan mempertemukan belahan jiwa bagi mereka yang telat menikah. Dalam hal ini sulit untuk dipaksakan. Sebab, bagaimanapun, masalah selera dan kecenderungn jiwa akan keindahan dan keshalehan merupakan hak prerogatif setiap orang. Namun ada cara yang sebaiknya dicoba oleh kaum muslimah yang telat menikah. Yakni melamar atau meminang sebagaimana Khadijah binti Khuwailid melamar Nabi Muhammad SAW. Sepintas, pandangan ini terasa tabu untuk jaman sekarang namun hal ini bukanlah suatu kejelekan, aib atau tindakan yang merendahkan martabat perempuan jika ia meminang seorang laki-laki. Pernikahan adalah hubungan bersama sehingga tidak mesti laki-laki yang memulai meminang. Selama perempuan itu tidak terbawa nafsu dan tidak tertipu dengan penampilan luar, meminang laki-laki tidak menjadi masalah baginya dan tidak berbahaya.

Di daerah Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, ada adat istiadat yang berlaku di mana kaum perempuan justru yang meminang kaum laki-laki. Istilahnya, “Unggah-unggahi”. Keluarga yang perempuan datang ke keluarga laki-laki untuk melakukan pinangan. Mereka juga membawa seperangkat penganan, baju, perhiasan, dll agar tampak “pantas” dan pinangannya dapat diterima. Seperti dalam dongeng Ande-Ande Lumut, kleting-kleting yang jatuh cinta dengan ketampanan Si Ande-Ande Lumut juga melakukan “unggah-unggahi”, membuat kaum adam di Lamongan justru yang jadi primadona. Tapi adat-istiadat ini sekarang juga mulai luntur, hanya tinggal di desa-desa terpencil yang jauh dari pusat Kota Lamongan saja yang masing memberlakukan adat ini.

14197478052135261580
14197478052135261580

Pasrah Pada Allah SWT

Di tengah kondisi yang tak menentu, sebaiknya perempuan muslim yang telat menikah bersikap sabar. Sebab sikap seperti inilah yang akan membantu merendam hati yang terpuruk, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, "Dan tidaklah seseorang diberi sesuatu yng lebih luas melebihi kesabaran". Dengan demikian, kesabaran yang tertanam merupakan kebaikan, kelapangan dalam jiwa, dan keluasan dalam hidup yang bisa jadi tidak dimiliki oleh mereka yang menyandang status sebagai seorang istri. Kemarahan dan frustrasi tidak memberi manfaat apa-apa dan tidak akan menghadirkan seorang suami. Sebaliknya, keridhaan yang dipupuk dalam jiwa mereka yang masih lajang di usia matang akan mengundang ridha Allah SWT. Atau, paling tidak, di saat seseorang merasa tak sanggup menanggung kesendiriannya, perbanyaklah doa. Sebagaimana Nabi Zakariya AS yang pernah memohon kepada Allah agar kesendiriannya berakhir. "Tuhan-ku, jangan biarkan aku sendirian. Dan Engkau adalah sebaik-baik warits". (QS.Al.Anbiya:89).

Sebagaimana Nabi Zakariya, rasa sepi itu pun sudah sepantasnya kita adukan kepada Allah. Semoga Ia hadirkan seorang pendamping yang menentramkan jiwa dan membahagiakan hati. Memasrahkan kepada-Nya apa yang terbaik untuk kita. Dan sebaiknya panjatkan doa tersebut di saat kita merasa amat membutuhkan hadirnya seorang pendamping; saat hati kita dicekam oleh kesedihan karena tidak adanya teman sejati atau ketika jiwa dipenuhi kerinduan untuk menimang buah hati yang lucu. Panjatkan pula doa saat hati merasa dekat dengan-Nya.

So, telat menikah bukan berarti kiamat kan??

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun