Mohon tunggu...
Yenny Destiaz
Yenny Destiaz Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Traveling

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

2. Determinan (Faktor Yang Mempengaruhi) Perkembangan Sosial Emosional

21 Januari 2025   10:29 Diperbarui: 21 Januari 2025   15:07 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Perkembangan sosial emosional anak adalah proses yang kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor ini dapat dibagi menjadi beberapa kategori, termasuk faktor biologis, lingkungan, interaksi sosial, dan budaya. Memahami determinan ini sangat penting untuk mendukung perkembangan yang sehat dan positif pada anak.

1. Faktor Biologis

Faktor biologis mencakup aspek genetik dan perkembangan fisik yang mempengaruhi perilaku dan emosi anak. Genetika memainkan peran penting dalam menentukan temperamen anak, yang merupakan karakteristik bawaan yang mempengaruhi cara anak bereaksi terhadap situasi sosial. Misalnya, anak yang memiliki temperamen yang lebih tenang mungkin lebih mudah beradaptasi dalam situasi sosial dibandingkan dengan anak yang lebih mudah marah atau cemas.

Selain itu, perkembangan otak juga berkontribusi pada kemampuan sosial dan emosional. Penelitian menunjukkan bahwa bagian otak yang bertanggung jawab untuk pengaturan emosi dan interaksi sosial, seperti amigdala dan korteks prefrontal, terus berkembang selama masa kanak-kanak. Kesehatan fisik, termasuk nutrisi yang baik dan tidur yang cukup, juga berperan dalam perkembangan otak dan, pada gilirannya, mempengaruhi kemampuan anak untuk berinteraksi secara sosial dan mengelola emosi.

2. Lingkungan Keluarga

Lingkungan keluarga adalah salah satu faktor paling signifikan dalam perkembangan sosial emosional anak. Keluarga yang memberikan dukungan emosional, kasih sayang, dan perhatian cenderung menghasilkan anak-anak yang lebih mampu mengelola emosi dan berinteraksi dengan orang lain. Pola asuh yang positif, seperti pengasuhan yang responsif dan konsisten, membantu anak merasa aman dan dihargai, yang penting untuk perkembangan emosional yang sehat.

Sebaliknya, lingkungan keluarga yang penuh konflik, kekerasan, atau pengabaian dapat mengganggu perkembangan sosial emosional anak. Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan yang tidak stabil mungkin mengalami kesulitan dalam membangun hubungan yang sehat dan mengelola emosi mereka. Mereka mungkin juga lebih rentan terhadap masalah kesehatan mental di kemudian hari.

3. Interaksi Sosial

Interaksi dengan teman sebaya dan orang dewasa di luar keluarga juga sangat mempengaruhi perkembangan sosial emosional. Melalui interaksi ini, anak belajar keterampilan sosial, seperti berbagi, berkomunikasi, dan menyelesaikan konflik. Permainan dan aktivitas kelompok memberikan kesempatan bagi anak untuk berlatih keterampilan ini dalam konteks yang aman dan mendukung.

Anak-anak yang memiliki hubungan positif dengan teman sebaya cenderung memiliki tingkat kepercayaan diri yang lebih tinggi dan kemampuan untuk berempati. Sebaliknya, anak-anak yang mengalami bullying atau isolasi sosial mungkin mengalami kesulitan dalam mengembangkan keterampilan sosial dan dapat mengalami masalah emosional, seperti kecemasan dan depresi.

4. Pengaruh Budaya

Budaya juga memainkan peran penting dalam perkembangan sosial emosional. Nilai-nilai, norma, dan praktik budaya mempengaruhi cara anak-anak belajar tentang emosi dan interaksi sosial. Misalnya, dalam beberapa budaya, ekspresi emosi mungkin lebih diterima daripada di budaya lain. Anak-anak yang dibesarkan dalam budaya yang mendorong ekspresi emosi mungkin lebih mampu mengungkapkan perasaan mereka dibandingkan dengan anak-anak yang dibesarkan dalam budaya yang lebih menekankan kontrol emosi.

Selain itu, budaya juga mempengaruhi cara orang tua mendidik anak-anak mereka. Dalam beberapa budaya, pendekatan pengasuhan yang lebih otoriter mungkin lebih umum, sementara dalam budaya lain, pendekatan yang lebih demokratis dan partisipatif mungkin lebih dihargai. Perbedaan ini dapat mempengaruhi bagaimana anak-anak belajar untuk berinteraksi dengan orang lain dan mengelola emosi mereka.

5. Pendidikan dan Lingkungan Sekolah

Lingkungan sekolah juga merupakan faktor penting dalam perkembangan sosial emosional. Sekolah yang menyediakan lingkungan yang aman dan mendukung, serta program yang mengajarkan keterampilan sosial dan emosional, dapat membantu anak-anak mengembangkan kemampuan ini. Interaksi dengan guru dan teman sebaya di sekolah memberikan kesempatan bagi anak untuk belajar tentang kolaborasi, empati, dan penyelesaian konflik.

Sebaliknya, lingkungan sekolah yang negatif, seperti yang ditandai dengan bullying atau kurangnya dukungan dari guru, dapat menghambat perkembangan sosial emosional anak. Anak-anak yang merasa tidak aman atau tidak diterima di sekolah mungkin mengalami kesulitan dalam membangun hubungan yang sehat dan mengelola emosi mereka.

Kesimpulan

Perkembangan sosial emosional anak dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling terkait. Faktor biologis, lingkungan keluarga, interaksi sosial, budaya, dan pendidikan semuanya berkontribusi pada bagaimana anak belajar untuk memahami dan mengelola emosi mereka serta berinteraksi dengan orang lain. Dengan memahami determinan ini, orang tua, pendidik, dan masyarakat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun