Mohon tunggu...
Yenny Bambang
Yenny Bambang Mohon Tunggu... Notaris - Notaris dan Ppat

Ibu Rumah Tangga, Notaris dan PPAT, Istri dan Ibu dari Tiga Anak, hobi Membaca dan Menulis. Menulis di Karyakarsa.com/@Yenny Bambang13, Novelis di Noveltoon.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta dalam Semangkuk Che Hun Tiau

30 November 2022   17:08 Diperbarui: 30 November 2022   17:14 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


 

Hari ini rasanya teramat melelahkan. Jadwal kuliah teramat padat ditambah lagi tes-tes mata kuliah yang diadakan secara mendadak. Rasanya tidak semua soal bisa kujawab dengan benar ada soal yang belum kupahami. Tenggorokanku rasanya haus sekali, sebotol kecil minuman mineral sudah kuminum tetapi rasanya masih haus. 

Rasanya pasti segar sore-sore begini minum es kesukaanku, es che hun tiau. Membayangkan semangkok es Che Hun Tiau yang segar, dengan isian kacang merah, potongan cincau, ketan hitam, che hun Tiau ditambah potongan bongko hijau yang aromanya harum daun bongko sungguh membuatku semakin bertambah haus.

Kacang merah, potongan cincau, ketan hitam, Che hun Tiau, potongan bongko berpadu dengan es batu beserta kuah santan sungguh rasanya enak, segar, dan kuahnya sungguh creamy. Segera aku melangkah ke parkiran kampus dan menuju motorku yang terparkir di sana. 

Hari sudah sore ketika motorku melaju di jalanan, kukendarai motor menuju ke arah jalan Waru. Di jalan Waru banyak pedagang kaki lima yang menjual che hun tiau. Che hun tiau adalah makanan khas dari kota asalku yaitu Kota Pontianak. 

Che hun tiau adalah makanan menyerupai cendol dan mempunyai bentuk seperti mie yang terbuat dari tepung kanji, berwarna putih bening. che hun tiau  disajikan dalam wadah mangkok dan didalam wadah mangkok tersebut selain ce hun tiau ditambahkan juga kacang merah, ketan hitam, potongan bongko serta potongan cincau. 

Kuah che hun tiau adalah kuah santan yang rasanya manis dan creamy. Disajikan dengan potongan es batu di dalamnya sehingga rasanya segar, manis, creamy dan dingin. 

Sangat nikmat jika disantap di saat cuaca sedang panas ataupun di saat sedang haus. Setelah sampai di tempat pedagang  che hun tiau yang sudah menjadi langgananku, aku bergegas masuk ke dalam. Kupesan semangkok es che hun tiau lengkap dengan isian di dalamnya yaitu ketan hitam, kacang merah, che hun tiau, potongan cincau, dan bongko. 

Biar saya bawa sendiri saja es che hun tiaunya Bang, kataku sambil berjalan ke kursi untuk duduk, di tempat duduk yang sudah disediakan. 

Sambil berjalan dan membawa semangkok es che hun tiau, tiba-tiba aku teringat belum melihat hp siapa tahu ada pesan penting yang masuk. Sambil menunduk mengambil hp yang ada di saku depan blouse yang kupakai, aku juga melangkah. Tiba-tiba, brukk, aku bertabrakan dengan seseorang yang tidak kulihat. 

Semangkuk che hun tiau yang sedang kupegang, tumpah ke bahu orang yang telah kutabrak tersebut dan mengotori bajunya. "Kalau jalan pakai mata dong." Ketika kepalaku kuangkat untuk melihat orang yang tertabrak olehku, astaga ternyata cowok yang ganteng, hidungnya mancung, dan bermata besar. 

Dimana ya wajahnya pernah kulihat? Wajahnya familiar tetapi aku lupa. Baju kaos cowok tersebut sudah berlumuran tumpahan che hun tiau. "Maaf, saya tidak sengaja" dan  aku  menggelap baju kaos cowok itu dengan tissue yang kuambil dari meja dekat tempatku berdiri.

"Tidak usah kamu lap lagi, bajuku kotor karena kecerobohan kamu makanya jalan pakai mata, jangan pakai dengkul. " Ujar cowok tersebut. "Mimpi apa semalam sampai ketemu cewek ceroboh begini?" aku cuma bisa terpana di depan dan melihat cowok itu berlalu sambil menggerutu kesal. Rasa haus yang kurasakan hilang akibat kejadian tersebut, setelah membayar harga che hun tiau tersebut, kuputuskan pulang ke rumah saja karena hari semakin sore.

Besok paginya aku terbangun, jam weker di atas meja sudah menunjukkan jam enam pagi. Hari ini aku ada jadwal kuliah di jam tujuh pagi. Buru-buru aku melangkah ke kamar mandi untuk mandi, kemudian berganti pakaian. 

Setelah rapi bergegas aku turun ke bawah kebetulan kamarku ada di lantai dua. Sesampainya di lantai bawah, di ruang makan, papa, mama, dan adikku sedang sarapan. "Sarapan dulu, sebelum berangkat kuliah", ujar mama sambil menyodorkan segelas susu.  

Sambil meminum segelas susu, "Diah makan di kampus saja ma, pagi-pagi sudah ada jadwal kuliah mana dosennya tegas dan disiplin," jawabku. Sesampainya di kampus, sambil melangkah di koridor kampus, "Diah, buku novelnya sudah selesai kubaca. Ini kukembalikan." Ujar temanku Tias.  

Kuambil buku novel tersebut dan kumasukkan ke tas sambil berjalan masuk ke kelas. Tiba-tiba, brukk, aku menabrak seseorang yang ketika kulihat ya ampun ternyata cowok itu lagi, yang kutabrak ketika membawa semangkuk Che hun tiau. "Seperti biasa jalan memakai dengkul bukan mata," begitu perkataan cowok tersebut sambil masuk ke dalam kelas. 

Aku cuma bisa terpana, hatiku kesal. Dasar cowok judes, cowok yang mengesalkan. Pagi itu perkuliahan dimulai, dan jadwal mata kuliah hari ini adalah hukum waris perdata. Teori dipadukan dengan soal hukum waris perdata, suatu simulasi soal agar mahasiswa mampu memahami teori mata kuliah dan kemudian menerapkan teori tersebut ke dalam soal. 

Kalau tidak memahami teorinya dengan benar pasti akan salah dalam mengisi soal. Sungguh mata kuliah yang bagi mahasiswa jurusan Notariat harus mereka pahami supaya bisa mereka praktekkan dalam kehidupan nyata pada saat menghadapi klien saat sudah menjabat sebagai notaris. Sungguh tidak mudah untuk lulus dari mata kuliah ini. Pada saat ini, perkuliahan digabung dengan kelas B sehingga menjadi kelas gabungan.

"Untuk tugas mata kuliah ini, Saya akan membentuk kelompok yang beranggotakan tiga orang. Tugasnya mesti selesai dan dikumpulkan dalam waktu satu Minggu", ujar Pak Teguh, dosen mata kuliah hukum waris perdata. Kelompok dibentuk dan ditunjuk oleh Pak Teguh. "Diah, Tias, dan Bayu kelompok ketujuh," Ujar Pak Teguh, sambil melihat daftar absen . 

"Mana yang bernama Diah, Tias, dan Bayu?" Pak Teguh menanyakan. Begitu kulihat cowok yang mengangkat tangan tersebut, cowok yang kutabrak saat membawa semangkok Che hun tiau,  pantas saja wajahnya familiar, rupanya mahasiswa di kelas B, ternyata kami teman sekampus. Namanya Bayu. Aduh, kacau mengapa mesti satu kelompok dengan Bayu, kenapa tidak sekelompok dengan yang lain saja?

Sehabis hukum waris perdata selesai, kelas dibubarkan dan mahasiswa-mahasiswa pun keluar kelas. Aku berjalan dengan Tias, sahabatku di kampus. "Aku malas sekelompok dengan Bayu, Tias" ujarku. "Memangnya kenapa?" tanya Tias. Aku bertabrakan dengan Bayu sambil membawa semangkuk che hun tiau, Che hun tiaunya tumpah mengenai baju Bayu. 

Bajunya berlumuran che hun tiau, dan kubantu lap dengan tissue. Yang ada bajunya bertambah kotor. Terus aku dikatakan kalau jalan pakai mata jangan pakai dengkul. Aku kan tidak sengaja Tias menabrak Bayu dan juga sudah meminta maaf kepada Bayu. Aku jadi tidak suka dengan Bayu, Tias, bawaannya kesal kalau melihat wajah Bayu", ujarku. 

Tias tertawa terbahak-bahak mendengar perkataanku. Jangan seperti itu Diah, tidak boleh tidak suka, karena kalau benci lama-lama jadi suka terus jatuh cinta bagaimana?", ujar Tias. "Enggak bakalan aku suka dengan Bayu, cowok judes itu. Memangnya di dunia ini tidak ada cowok lain selain Bayu?"jawabku. "Dibilangin enggak percaya ya Diah" ujar Tias. 

Besoknya, aku, Tias, dan Bayu bertemu di perpustakaan kampus. Di perpustakaan kami akan bersama-sama mengerjakan tugas waris hukum perdata. Ternyata Bayu pintar dan pandai menjelaskan, walaupun rumit ternyata akhirnya aku paham juga dan bisa mengerjakan soalnya. 

Ternyata Bayu perpaduan dari cowok ganteng, pintar tetapi judes, judes kalau lagi kesal. Kalau tidak sedang kesal, Bayu ternyata ramah juga. Aih, kenapa pikiranku ini "ayo konsentrasi Diah", ujarku dalam hati.

Sejak hari mengerjakan tugas kelompok di perpustakaan, terkadang aku mencuri pandang ke arah Bayu, jika kebetulan Bayu lewat, sedang bercanda dengan temannya, bertemu di kantin kampus atau ketika sedang kuliah  gabungan. Pernah tanpa sengaja aku tertangkap basah sedang mencuri-curi pandang ke arahnya, cepat-cepat kupalingkan wajahku, pura-pura melihat ke arah lain.

Sudah satu Minggu ini aku tidak melihat Bayu di kampus. Sosoknya yang biasanya terlihat di saat aku melangkah di koridor kampus menuju ke kelas sama sekali tidak ada. Perasaanku rasanya ada yang hilang. Rasanya gundah. Ketika aku minum es che hun tiau kesukaanku, aku malah teringat saat aku menabrak Bayu dan mangkok Che Hun Tiau yang kupegang tumpah ke bajunya. 

Ingat kata-kata Bayu kalau jalan pakai mata jangan pakai dengkul. Entah kenapa perasaanku ini. Rasanya aku kehilangan semangat untuk beraktivitas, malam pun susah rasanya untuk tertidur, yang terbayang malah wajah Bayu. Saking kesalnya guling yang kupegang kulempar ke sudut ranjang, gubrakk, ah galau, kangen bercampur aduk menjadi satu. Mungkinkah aku telah jatuh cinta?

Sore itu, sepulang kuliah aku mampir ke pedagang Che hun tiau yang sudah menjadi langgananku. Aku memesan empat bungkus Che hun tiau untuk kubawa pulang ke rumah. Tiba-tiba dari arah belakangku, ada yang menyapa "Diah". Aku segera menoleh ke belakang, ternyata itu Bayu. 

Orang yang sudah membikin hari-hariku menjadi kacau, yang membuat perasaanku galau, dan rindu. "Bayu", jawabku. "Dari mana saja, sudah seminggu lebih tidak kelihatan di kampus?"Aku pulang ke Bandung, kakak perempuanku menikah. Aku ijin semingguan tidak masuk kuliah", ucap Bayu. 

"Kita duduk yuk Diah sambil minum es che hun tiau" ucap Bayu kepadaku. "Iya Bayu", jawabku. Tidak lama kemudian es che hun tiau pesanan kami diantarkan. Sanbil menikmati che hun tiau kami mengobrol. Tiba-tiba Bayu memandang wajahku, "Diah aku mau bicara', ucap Bayu. "Dari tadi kita sudah berbicara Bayu", jawabku.

"Diah, aku jatuh cinta denganmu?maukah kau menjadi pacarku?". Aku tertegun mendengar perkataan Bayu. Wajahku tersipu malu. Aku mau menjadi pacarmu", jawabku. Semangkok es che hun tiau itu rasanya teramat manis, semanis perasaanku sore ini. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun