Mohon tunggu...
Marya Yenita Sitohang
Marya Yenita Sitohang Mohon Tunggu... Peneliti -

Let's live a normal life

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Pemanfaatan Pelayanan PMTCT oleh Ibu Hamil

5 Juli 2018   18:37 Diperbarui: 5 Juli 2018   21:37 1068
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang menyerang sistem imunitas manusia, sedangkan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala yang diakibatkan dari virus tersebut. 

Infeksi HIV akan menyebabkan penurunan sistem imunitas sehingga memudahkan penderita untuk terserang berbagai penyakit lainnya. Penularan virus ini umumnya terjadi melalui cairan tubuh dan sebagian besar disebabkan oleh perilaku seksual berisiko. Salah satu yang menjembatani terjadinya perilaku seksual berisiko adalah mobilitas penduduk yang semakin meningkat pada era globalisasi. Akibatnya telah terjadi perubahan pola transmisi HIV dari kelompok berisiko tinggi yaitu wanita penjaja seks (WPS), dan lelaki seks dengan lelaki (LSL), pada masyarakat umum yaitu ibu rumah tangga (IRT). Padahal, ibu rumah tangga adalah kelompok yang sebagian besar akan menjadi ibu hamil dan meneruskan keturunan. 

Kejadian HIV/AIDS pada ibu hamil semakin meningkat dan umumnya ditemukan pada usia 20-29 tahun. Selain itu, HIV/AIDS pada ibu hamil menyebabkan masalah yang lebih berat karena dapat membahayakan keselamatan jiwa ibu dan menular kepada bayi melalui masa kehamilan, saat melahirkan dan menyusui. Oleh karena itu, WHO (World Helath Organization) menggagas program prevention of mother to child HIV transmission (PMTCT) yang diintegrasikan dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak serta bersifat berkelanjutan. 

PMTCT merupakan program global yang disusun secara ideal untuk mencegah bahaya yang diakibatkan HIV/AIDS pada ibu hamil. Indonesia, khususnya di daerah dengan tingkat epidemi HIV tinggi, telah melaksanakan upaya PMTCT sejak tahun 2004. 

Dua provinsi yang menduduki posisi teratas dalam jumlah kasus infeksi HIV pada tahun 2016 adalah DKI Jakarta dan Papua. Namun hingga tahun 2011, upaya PMTCT baru menjangkau 7% dari perkiraan jumlah ibu yang memerlukan layanan tersebut. Upaya peningkatan terus dilakukan oleh pihak pemberi layanan PMTCT di tingkat dasar (puskesmas) maupun di tingkat rujukan (rumah sakit). 

Namun demikian, dibutuhkan partisipasi aktif dari masyarakat sasaran dalam hal ini adalah ibu hamil untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan yang telah disediakan agar tujuan dari pemberian layanan PMTCT dapat tercapai. Pemanfaatan layanan PMTCT pada ibu hamil dengan HIV/AIDS dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. 

Faktor internal berupa struktur sosial, pengetahuan tentang HIV/AIDS dan layanan PMTCT serta persepsi atau kepercayaan ibu. Struktur sosial yang dimaksud adalah pendidikan, pekerjaan, serta status ekonomi. 

Pendidikan akan membentuk pola pikir ibu hamil dalam menyerap informasi. Pekerjaan berkaitan dengan aktivitas yang dilakukan sehari-hari oleh ibu serta dapat membentuk lingkaran pergaulan ibu. Lingkaran pergaulan akan berkaitan dengan paparan informasi yang akan didapatkan ibu baik bersifat positif maupun negatif sedangkan pendidikan mempengaruhi cara ibu menanggapi informasi yang didapatkan. Status ekonomi dilihat dari pendapatan suami maupun ibu dan menunjukkan kemampuan untuk mengakses pelayanan kesehatan. 

Penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa pengetahuan ibu hamil tentang HIV/AIDS dan layanan PMTCT berhubungan dengan sikap sukarela ibu hamil untuk datang dan memanfaatkan layanan konseling dan tes HIV/AIDS di puskesmas. 

Persepsi atau kepercayaan ibu hamil terkait bahaya HIV/AIDS, kebutuhan terhadap layanan PMTCT serta kualitas pelayanan kesehatan juga mempengaruhi perilaku ibu hamil untuk memanfaatkan layanan PMTCT. Selain faktor internal dari dalam diri seseorang, faktor eksternal juga berpengaruh terhadap perilaku ibu hamil yang memanfaatkan layanan PMTCT. 

Pemanfaatan terhadap layanan PMTCT akan berbeda di DKI Jakarta dan di Papua yang masing-masing memiliki karakter geografis dan sosial tersendiri. Keterjangkauan lokasi, keterjangkauan informasi, mutu pelayanan, sarana prasarana, serta kualitas tenaga kesehatan yang berkaitan dengan layanan PMTCT, dukungan keluarga dan stigma yang ada di masyarakat merupakan beberapa faktor dari luar diri ibu hamil yang mempengaruhi perilaku ibu dalam memanfaatkan layanan PMTCT. DKI Jakarta sebagai pusat kota mengalami perkembangan baik teknologi maupun informasi. 

Perkembangan teknologi yang terjadi meningkatkan kualitas sarana dan prasarana, tenaga kesehatan dan mutu layanan PMTCT. Selain itu, perkembangan teknologi juga meningkatkan akses ibu hamil untuk memanfaatkan layanan PMTCT. Perkembangan yang terjadi juga memudahkan ibu hamil dalam mengakses informasi terkait HIV/AIDS dan layanan PMTCT. Selain itu, masyarakat di daerah perkotaan juga lebih terbuka terhadap perubahan dan informasi baru baik terkait HIV/AIDS maupun layanan PMTCT. 

Hal sebaliknya terjadi di daerah seperti Papua padahal layanan PMTCT perlu dimanfaatkan juga secara maksimal di daerah ini. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya-upaya strategis untuk meningkatkan pemanfaatan layanan PMTCT oleh ibu hamil dengan HIV/AIDS berdasarkan faktor-faktor yang berkaitan sehingga generasi selanjutnya terbebas dari HIV/AIDS.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun