Mohon tunggu...
Yeni Juliana
Yeni Juliana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Trunojoyo Madura

Saya Yeni seorang mahasiswi Prodi Ilmu Komunikasi UTM. Orang yang cukup humoris, suka jajan dan jalan-jalan.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Representasi Perempuan Dalam Film Dangal 2016, Mimpi Yang Berbenturan Dengan Norma Patriarki

12 Desember 2024   14:40 Diperbarui: 12 Desember 2024   14:36 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbicara tentang gender, saat ini banyak fenomena-fenomena yang terjadi di lingkungan sekitar bahkan salah satunya hingga dikemas dalam sebuah narasi film. Salah satu tujuannya yakni sebagai media edukasi yang mungkin bisa lebih diterima dikalangan masyarakat umum bahkan lebih daripada itu. Kali ini saya akan membahas tentang salah satu film dari negara India yakni Film Dangal 2016. Film ini di sutradarai oleh Nitesh Tiwari yang dirilis pada tahun 2016 dengan pemeran utamanya Aamir Khan sebagai Mahavir, Fatima Sana Shaikh sebagai Geeta, Sonya Malhotra sebagai Babita. Mahavir sebagai seorang mantan atlet gulat sekaligus ayah dari Geeta dan Babita menginginkan putrinya tersebut menjadi seorang atlet internasional bahkan bisa mempersembahkan medali emas untuk negaranya. Impian Mahavir ini sangat bertolak belakang dengan budaya, norma dalam masyarakat tentunya di India. Yang mana budaya patriarki masih sangat kental, apalagi olahraga gulat didominasi oleh laki-laki dan perempuan di India sendiri haruslah bersikap layaknya perempuan yang feminim, menurut pada laki-laki, memakai baju tertutup, bahkan perempuan hanya dipersiapkan untuk menjadi "pelayan" bagi suaminya kelak. Namun semua itu tidak menghalangi keinginan Mahavir, dia terus berusaha melatih kedua putrinya meskipun tak jarang mendapatkan ejekan dan cemohan dari lingkungannya. Pada awalnya Geeta dan Babita kurang percaya diri melihat situasi saat itu, namun berkat semangat dan dukungan dari keluarganya mereka berdua menjadi termotivasi dan berlatih giat dengan ayah mereka.         

Melalui metode kualitatif analisis konten media yang mengidentifikasi unsur-unsur dalam film ini seperti stereotip gender, peran gender, dan representasi yang berfokus bagaimana komunikasi membentuk dan memperkuat konstruksi sosial tentang representasi perempuan hinggi mimpi mereka yang berbenturan dengan budaya patriarki dan membuktikan identitas gender seseorang. Teori yang dapat digunakan dalam menganalisis film ini yakni Teori Peran Sosial oleh Erving Goffman (1959). Dalam teori ini memberikan gambaran peran sosial sebagai "pentas" dimana seorang individu memainkan perannya untuk mencapai tujuan mereka. Pada film ini digambarkan sosok Mahavir dan kedua putrinya yang terus berusaha membuktikan dan mengubah stereotip jika seorang perempuan hanyalah sosok yang lemah, hanya berlindung dibalik kekuatan laki-laki, bahkan ada yang sampai dibatasi mimpinya. Dalam budaya India, seorang perempuan saat itu juga masih banyak yang dibatasi dengan alasan menjaga marwah perempuan, menjaga nama baik keluarga, tunjukkan kelemah lembutan dan keanggunan untuk nantinya dipersunting laki-laki. Dengan dalih itulah para perempuan disana memilih untuk mengikuti "perintah" orang tua dan budaya yang ada disana. Film ini merepresentasikan kegigihan Geeta dan Babita yang berhasil melawan semua itu dengan semua kerja keras dan pembuktian yang membuat penonton merasa memiliki pandangan lebih baik untuk memberikan perempuan kesempatan dan panggung agar mereka bisa tampil. Dibalik sosok Geeta dan Babita ini tentunya tak lepas dari sosok ayah mereka, Mahavir yang sudah berhasil mematahkan budaya patriarki dimana sosok lali-laki yang selalu dipandang utama dan dominan nyatanya perempuan juga bisa melakukan dan bahkan bisa lebih baik daripada mereka para laki-laki.Sebenarnya apa itu budaya patriarki dan kenapa masih ada dalam masyarakat?
         Patriarki sendiri adalah sebuah sistem dalam norma masyarakat yang mana kaum laki-laki sangat mendominasi bahkan hingga dianggap power sehingga hal ini berbanding terbalik dengan kaum perempuan yang dianggap minoritas dan lemah. Sistem ini masih bisa sering kita lihat dalam masyarakat, tak lepas dari masyarakat yang ada di India. Sehingga film ini memberikan makna mengenai bagaimana sosok perempuan disana masih harus mengikuti tradisi dan budaya dari nenek moyang yang mana mereka harus melayani laki-laki dan menjaga marwah seorang perempuan yang penurut dan lemah lembut. Hal seperti ini akan terus terjadi jika masyarakat itu sendiri tidak mau merubahnya, sampai kapanpun perempuan akan dinomor duakan dan berada dibalik laki-laki tanpa bisa dianggap berdiri dengan kaki mereka sendiri. Namun film ini membuktikan jika itu semua bisa dihentikan ketika mindset masyarakat dalam suatu lingkungan lebih terbuka dan bisa menerima kalau perempuan juga memiliki hak yang sama dengan laki-laki sesuai dengan batasannya, ditunjukkan dengan pembuktian oleh Mahavir yang berhasil membawa Geeta dan Babita mendapat medali emas untuk India pada akhir film.
         Film Dangal 2016 ini memberikan perspektif baru tentang bagaimana peran sosial gender dan kesetaraan dalam bermasyarakat di India. Film ini dapat menjadi inspirasi perjuangan kesetaraan gender, menantang stereotip peran gende tradisional hingga diharapkan dapat membuka diskusi tentang pemikiran kekuasaan patriarki. Melalui analisis Teori Peran Sosial Erving Goffman, film ini menunjukkan bagaimana peran sosial itu dibentuk hingga ditantang. Film ini dapat menjadi contoh baik dalam studi komunikasi gender dan peran sosial.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun