Mohon tunggu...
Yeni Fadilla
Yeni Fadilla Mohon Tunggu... Freelancer - Hanya seorang gadis desa yang gemar menulis cerita dan mengolah kata~~

A mere country gurl who's trying to get her happiness back~~

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Selamat Jalan Kawan

19 Februari 2022   19:20 Diperbarui: 19 Februari 2022   19:30 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tubuhnya tampak sangat lemah dan wajahnya pucat bak mayat. Ia terlihat seperti sedang sekarat," ujar Mak Nah kepada ibuku.

Hingga hari ini pun ia tak kembali ke rumah. Kami memperkirakan bahwa ia telah tiada, kembali kepada Sang Pencipta. Dugaan ini didukung oleh Mak Nah yang menuturkan bahwasanya beliau mencium aroma tak sedap, berbau menyengat di sekitar pekarangan dekat rumahnya.

Dari sini, kemungkinan yang terjadi adalah bau busuk itu merupakan bau yang dimunculkan oleh tubuh yang sudah tak bernyawa dan mulai membusuk. Kami belum menginvestigasi lebih lanjut, namun kami berasumsi bahwa jasad yang membusuk itu adalah jasad Bundel, kucing yang kucari-cari selama berhari-hari.

Ya Tuhan, Bundel telah berpulang. Selama hidupnya, tak ada yang memedulikannya. Bahkan di saat-saat terakhirnya, ia sendirian, kesakitan di luar sana. Malang nian nasibnya. Pantas saja, belakangan ini, ia acapkali batuk-batuk dan tak begitu berselera untuk menghabiskan makanan. Ternyata hal itu memang suatu pertanda bahwa ia sedang sakit-sakitan dan akan segera meninggalkan dunia untuk selamanya.


Selamat jalan, kawan. Selamat jalan, Bundel yang malang. Meski kehidupanmu tak indah di dunia, setidaknya saat ini kau bisa bahagia berada di sisi-Nya. Meskipun tak ada yang pernah mengharapkan kehadiranmu saat kau hidup dulu, setidaknya aku masih memikirkanmu. RIP, kawanku.

By: Yeni Fadilla

It's based on a real event.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun