"Tubuhnya tampak sangat lemah dan wajahnya pucat bak mayat. Ia terlihat seperti sedang sekarat," ujar Mak Nah kepada ibuku.
Hingga hari ini pun ia tak kembali ke rumah. Kami memperkirakan bahwa ia telah tiada, kembali kepada Sang Pencipta. Dugaan ini didukung oleh Mak Nah yang menuturkan bahwasanya beliau mencium aroma tak sedap, berbau menyengat di sekitar pekarangan dekat rumahnya.
Dari sini, kemungkinan yang terjadi adalah bau busuk itu merupakan bau yang dimunculkan oleh tubuh yang sudah tak bernyawa dan mulai membusuk. Kami belum menginvestigasi lebih lanjut, namun kami berasumsi bahwa jasad yang membusuk itu adalah jasad Bundel, kucing yang kucari-cari selama berhari-hari.
Ya Tuhan, Bundel telah berpulang. Selama hidupnya, tak ada yang memedulikannya. Bahkan di saat-saat terakhirnya, ia sendirian, kesakitan di luar sana. Malang nian nasibnya. Pantas saja, belakangan ini, ia acapkali batuk-batuk dan tak begitu berselera untuk menghabiskan makanan. Ternyata hal itu memang suatu pertanda bahwa ia sedang sakit-sakitan dan akan segera meninggalkan dunia untuk selamanya.
Selamat jalan, kawan. Selamat jalan, Bundel yang malang. Meski kehidupanmu tak indah di dunia, setidaknya saat ini kau bisa bahagia berada di sisi-Nya. Meskipun tak ada yang pernah mengharapkan kehadiranmu saat kau hidup dulu, setidaknya aku masih memikirkanmu. RIP, kawanku.
By: Yeni Fadilla
It's based on a real event.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H